tag:blogger.com,1999:blog-45688042404935450872024-03-18T10:02:09.367+07:00Lakaran MindaSemua mimpi tertuang dalam pikiran, seluas dunia Lakaran Minda, di ruang yang lebih nyata.lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.comBlogger1044125tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-43032577102187658432024-03-03T06:15:00.001+07:002024-03-03T06:15:32.390+07:00TOLAK UKUR<p>Dalam hal keberuntungan, tolak ukur kita melihatnya selalu yang berada di paling atas. Maka jadilah rumput tetangga selalu nampak lebih hijau dibanding rumput sendiri. Padahal kita tidak tahu seberapa besar perjuangan dan pengorbanan mereka hingga mampu berada di titik itu. Yang seandainya kita tahu, belum tentu juga kita mampu melakukan hal yang sama. Maka yang lebih tumbuh subur sifat iri. Dibanding qonaah.</p><p><br /></p><p>Sedangkan dalam hal ketidakberuntungan, kita sendiri yang menempatkan di titik paling bawah. Seolah-seolah jadi manusia yang sedang paling nelangsa saat itu. Paling terpuruk keadaannya. Padahal lagi-lagi kita tidak tahu, yang kita anggap ketidakberuntungan itu. Bagi orang lain hanyalah kerikil di kaki mereka. Sebab sudah pernah melalui yang lebih dari itu. Sedangkan bagi kita kerikil itu saja sudah menghambat langkah untuk maju. Sudah terasa berat untuk dijalani. Menjadi beban yang berlebihan. Seolah tertumpuk di pundak.</p><p><br /></p><p>Maka yang ada kita selalu mengeluh. Bukan bersabar.</p><p><br /></p><p>Egois ya? Itulah kebanyakan dari kita.</p><p>@azurazie_</p>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-16647103160934096472024-02-22T05:21:00.004+07:002024-02-22T05:21:55.537+07:00MAKNA BERJUANG<p> Sungguh mudah bagi Allah untuk membolak balikkan hati manusia. Maka, bersyukurlah ketika masih dibalikkan kepada yang hak, yang baik, yang benar dalam hidayah-Nya. Sekalipun mungkin karenanya itu, kita berada di antara golongan orang yang segelintir. Yang sedikit.</p><p><br /></p><p>Tak apa jikalau harus kalah dalam perhitungan yang dibuat oleh sistem manusia. Tapi yakinlah kita sudah menang dalam keberpihakan yang lebih baik di hadapan Allah ta'ala.</p><p><br /></p><p>Karena pejuang yang berpegang teguh bahwa : ketika menang berarti Allah izinkan, jika pun kalah itu artinya Allah selamatkan. Sejatinya kedua ketetapan itu apapun yang pada akhirnya ditakdirkan adalah sebenar-benarnya kemenangan yang nyata.</p><p><br /></p><p>@azurazie_</p>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-89834941891433152112024-01-23T13:49:00.004+07:002024-01-23T13:49:32.942+07:00PINTU-PINTU<p style="text-align: justify;">Tentang kebaikan yang datang dan kemudahan-kemudahan dalam tiap-tiap urusanmu, maka itulah kasih sayang yang Allah berikan kepadamu.</p><p style="text-align: justify;">Boleh jadi atas sebab terkabulnya doa tulus kedua orang tuamu dari sejak dalam kandungan sampai saat ini.</p><p style="text-align: justify;">Boleh jadi atas sebab kebaikan-kebaikan yang lebih dulu kau lakukan kemarin-kemarin.</p><p style="text-align: justify;">Boleh jadi atas sebab nilai sedekah yang telah kau keluarkan.</p><p style="text-align: justify;">Boleh jadi atas sebab Shalawat-Shalawat atas nabimu yang setiap hari kau lantunkan dengan sepenuh cinta dan kerinduan.</p><p style="text-align: justify;">Boleh jadi atas sebab amalan-amalan rahasia yang sengaja kau rutinkan.</p><p style="text-align: justify;">Boleh jadi atas sebab doa-doa yang orang lain khususkan untukmu secara diam-diam.</p><p style="text-align: justify;">Maka, bersyukurlah atas kebaikan-kebaikan dan kemudahan-kemudahan itu yang datang dari banyak pintu-pintu. Maka, jagalah pintu-pintu itu agar satupun tidak tertutup. </p><p style="text-align: justify;">Dan tentang kemalangan yang datang padamu, sudah tentu itu akan selalu cenderung atas sebab dosamu sendiri yang kau telah lakukan. Pintu kemalangan itu justru seringnya dibuka atas sebab perilakumu sendiri. Yang karenanya bisa membuat pintu-pintu kebaikan itu menjadi tertutup satu persatu. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">@azurazie_</p>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-23796790481862294452024-01-13T14:42:00.001+07:002024-01-13T14:42:24.328+07:00SAJADAH YANG KESEPIAN<div>Aku adalah sajadah yang kesepian di sebuah surau di kampung ini. Yang selalu merasa dingin ketika waktu subuh tiba. Aku bertanya-tanya, kenapa di waktu itu selalu tidak banyak orang yang datang ke surau ini. Apa memang di kampung ini sudah sedikit sekali kaum laki-lakinya yang berkewajiban shalat berjamaah. Apa di kampung ini sudah tidak banyak yang perlu mengaduh dan bersujud kepada sang penciptanya. Sungguh aku sebagai sajadah yang selalu menanti kedatangan mereka bertanya-tanya. </div><div><br></div><div>Akan tetapi aku sedikit punya harapan, infonya tinggal 60 hari dari hari ini bulan Ramadhan akan datang. Biasanya pada bulan tersebut surau ini akan kembali ramai pada waktu subuh. Bahkan anak-anak kecilpun ikut berlarian di atas ku. Rasanya aku sudah tidak sabar menanti hal itu. Sembari berharap pada Ramadhan tahun ini akan lebih banyak lagi yang konsisten meramaikan waktu subuh di tiap harinya. Semoga.</div><div><br></div><div><br></div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-512090960667839662024-01-11T20:47:00.000+07:002024-01-11T20:47:00.150+07:00BALOK PERASAAN<div>Sejak membuka mata, kita mulai menyusun balok-balok perasaan. Mulai dari rasa syukur karena masih dibangunkan setelah semalaman tidur. Kemudian pergi untuk melewati aktivitas-aktivitas rutin sehari-sehari. Bekerja. Berniaga. Berlibur. Mencari sesuatu dan lain-lain. Balok-balok perasaan itu semakin beragam bentuknya. Terlebih setelah bertemu-bersinggungan-bersisian dengan banyak orang. Baik yang memang sudah dikenal maupun orang asing di jalan. Dengan berbagai macam karakter dan kepentingan-kepentingannya masing-masing. Balok-balok perasaan itu semakin berwarna. Bahagia. Senang. Sedih. Sebal. Merasa lelah. Penat. Mulai muak. Pusing. Merasa diburu-buru. Dan warna-warna lain yang terkadang di luar kendali kita. Sampai-sampai sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata.</div><div><br></div><div>Kemudian balok-balok perasaan itu akan sempurna setelah kembali ke rumah. Ketika disambut ceria oleh keluarga yang kita sayang. Anak yang menyambut ceria dengan celotehnya tentang ini itu yang sudah ia kerjakan seharian. Pamer tentang mainannya. Pamer tentang pencapaiannya. Istri yang sumringah tersenyum karena sudah merasa lega suaminya sampai rumah. Merasa senang karena kembali ditemani untuk menghadapi kerandoman anaknya. </div><div><br></div><div>Balok-balok perasaan itu menjadi utuh setelah sampai rumah. Sekalipun kita sama-sama tidak tahu persis apa warna balok perasaan yang paling dominan di diri masing-masing. Yang di rumah tidak tahu persis kondisi apa yang sudah dialami di luar seperti apa. Yang baru pulang pun demikian tidak tahu persis seharian keadaan rumah seperti apa. Sama-sama tidak tahu tentang keruwetan-keribetan masing-masing. </div><div><br></div><div>Akan tetapi balok-balok perasaan itu dirasa menjadi utuh. Menjadi bentuk yang sempurna - terlepas tampilan yang terlihat seperti apa. Rasanya sempurna saja. Karena pada waktunya semua balok-balok perasaan itu dari pertama terbentuk semenjak bangun tidur sampai kembali pulang, dirasa sempurna karena kembali bersama di bawah atap yang sama bernama keluarga. </div><div><br></div><div>@30haribercerita </div><div>#30hbc2411</div><div>#30haribercerita </div><div>#azurazie_ </div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-59634120269006722692024-01-09T05:10:00.001+07:002024-01-09T05:10:19.923+07:00SUDAH BERAPAKAH BERSHALAWAT HARI INI? <div>Tahun 2024 ayo lebih bersemangat untuk perbanyak shalawat kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Minimal untuk tiga hal ini :</div><div><br></div><div>1. Bershalawat karena memang menyenangkan. Ringan di lidah. Mudah dilafalnya. Fleksibel bisa kapan dan dimana saja. </div><div><br></div><div>2. Bershalawat karena menenangkan. Urusan-urusanmu terasa lebih mudah. Karena rasanya hati lebih riang. Lebih gembira. </div><div><br></div><div>3. Bershalawat agar bisa memenangkan. Terus berharap agar shalawat yang kita baca pada akhirnya bisa memenangkan hati Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Kita dapat perhatiannya. </div><div><br></div><div>Jadi, sudah berapa banyak shalawat hari ini? Mulai di target ya sehari minimal harus berapa. Agar lebih konsisten.</div><div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-66629524386222619002024-01-07T05:20:00.001+07:002024-01-07T05:20:42.371+07:00TENTANG PAKAIAN<div>Selalu terlihat memakai baju-celana itu-itu saja bukan sebuah kekurangan. Boleh jadi sebenarnya itu ada nilai kelebihannya. Sebab, nanti apa yang kita miliki di dunia ada hisabnya. Ada pertanggungjawabannya. Termasuk apa yang kita pakai. Untuk tulisan ini akan menitikberatkan soal pakaian. Semakin sedikit punya baju, semakin sedikit yang perlu kita pertanggungjawabkan nanti.</div><div><br></div><div>Maka, penting rasanya sesekali mengingat kira-kira pakaian mana yang kita punya, yang belum pernah kita pakai dalam menunaikan ibadah. Belum pernah kita pakai untuk shalat. belum pernah kita pakai untuk pergi menuntut ilmu. Pergi silaturahmi. Mencari nafkah dan bentuk kegiatan lain yang ada banyak unsur kebaikan-kebaikan di dalamnya. Mininal satu kali dalam seumur hidup kita pernah memakainya untuk hal-hal demikian. Yang di saat nanti tiba waktunya untuk dipertanggungjawabkan, pakaian-pakaian itu bisa bantu bersaksi untuk sebuah kebaikan. Semoga dengan begitu hisab atas kepemilikan kita menjadi lebih ringan. </div><div><br></div><div>Maka, penting juga sedari awal ketika membeli carilah pakaian yang baik untuk dipakai dalam moment apapun. Dipakai silaturahmi-berlibur-bermain dirasa aman. Dipakai untuk shalat pun pantas dan sopan. Dalam artian pakaian-pakaian itu sudah memiliki kelayakan untuk menutup aurat dan membantu menjaga kehormatanmu.</div><div><br></div><div>Jadi, jangan sekalipun usil ketika melihat orang yang kita kenal, memakai pakaian yang itu-itu saja di setiap moment kegiatannya. Terlepas ia masih memiliki pakaian lain atau tidak. Boleh jadi ia hanya memang sedang menerapkan prinsipnya. Menerapkan pemahamannya. Sedang berusaha meminimalisir sesuatu yang kelak belum tentu ia mampu pertanggungjawabkan. </div><div><br></div><div><br></div><div>@30haribercerita</div><div>#30hbc2407</div><div>#30haribercerita</div><div>#pakaian</div><div>#azurazie_</div><div><br></div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-11925485624910857462024-01-06T05:27:00.001+07:002024-01-06T05:27:09.292+07:00TEMPAT YANG MENJADI SAKSI SUJUD<div><br></div><div><br></div><div>يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَا رَهَا </div><div>"Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,"</div><div>(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 4)</div><div><br></div><div>Alangkah beruntungnya apabila yang diberitakan oleh bumi adalah seberapa banyak tempat yang pernah kita pakai untuk bersujud. Makanya, ketika sedang melakukan perjalanan yang apalagi jarak tempuhnya jauh, sebaiknya sempatkan diri untuk mampir ke masjid-masjid yang kita lewati. Agar kita punya sejarah semasa hidup pernah shalat di masjid A sampai masjid Z. Lebih beruntung lagi shalatnya berjamaah dengan orang-orang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya. Jamaah transit yang sama-sama menumpang shalat di masjid itu. Beruntung, kita memiliki saksi hidup yang banyak nanti. </div><div><br></div><div>Atau bisa juga mulai diperhatikan sudut-sudut rumahmu yang belum pernah digelar sajadah di atasnya. Agar di rumahmu tidak hanya ada satu sudut yang pernah dipakai untuk tempat shalat. Tentu perlu diperhatikan juga soal kebersihan atau layak atau tidaknya shalat di sana. </div><div><br></div><div>Karena hal ini juga, maka sangat dianjurkan ketika sehabis shalat fardu untuk menggeser atau berpindah tempat ketika hendak melanjutkan dengan shalat sunnah ba'diyah setelahnya. </div><div><br></div><div>Besar harapan kita semua, semoga kelak apa yang diberitakan oleh bumi adalah tentang lebih banyak tempat-tempat yang baik yang pernah kita gunakan untuk beribadah. Bukan sebaliknya yang kita gunakan untuk tempat bersenda gurau atau lalai. </div><div><br></div><div>@30haribercerita </div><div>#30hbc2406 </div><div>#30haribercerita </div><div>#sujud </div><div>#azurazie_ </div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-92199858706084714262024-01-04T05:16:00.001+07:002024-01-04T05:16:32.700+07:00YAKIN DENGAN REZEKI <div>Bila sepenuh yakin bahwa rezekimu sudah sesuai dengan takaran. Seharusnya tidak akan mengganggu waktu ibadah dalam proses mengupayakannya. </div><div><br></div><div>Bila sepenuh yakin bahwa rezekimu tidak akan tertukar. Seharusnya tidak ada pernah terbesit dalam pikiran untuk mengambil bagian orang lain. </div><div><br></div><div>Dan apabila masih cenderung demikian, apa mungkin dirimu belum benar-benar seyakin itu? </div><div><br></div><div>وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ</div><div><br></div><div><br></div><div>Artinya: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." (Surat Hud Ayat 6) </div><div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-77034606742809382462024-01-02T05:05:00.001+07:002024-01-02T05:05:44.449+07:00HUJAN PERTAMA DI 2024<div><br></div><div><br></div><div>Aku iri kepada mereka yang khusu dalam doanya. </div><div>Tentang mereka yang sepenuh yakin akan didengar rintihannya. Dalam pengaduannya. Dalam sujud panjangnya. </div><div><br></div><div>Bermunajat tanpa ragu. Terus menerus meminta tanpa lelah. Tanpa memikirkan, sudahkah harapan-harapan dalam doa itu dikabulkan satu-satu. Tugasnya hanya berdoa. Setelahnya, baiknya Allah saja. </div><div><br></div><div>Aku iri kepada rintik hujan yang turun kala itu. Hujan yang membersamai untaian doa-doa mereka. Begitu sendu. Begitu syahdu. </div><div><br></div><div>اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً</div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-248279785192004102024-01-01T04:47:00.000+07:002024-01-02T04:48:08.018+07:00TAHUN 2024<div>Sekitar minggu lalu, sempat sumringah ketika mendengar himbauan dari bapak walikota tentang pelarangan perayaan pergantian tahun baru, dengan tidak berkumpul di titik point yang biasanya tiap tahun diadakan, maupun tentang pemasangan kembang apinya.</div><div><br></div><div>Sumringah hati ini dan mulai berekspektasi : wah tahun ini mah sepi mudah-mudahan, sudah mulai banyak masyarakat yang sadar diri. Ditambah berempati mengingat masih gencarnya seruan #safepalestine🇵🇸 #freepalestine🇵🇸 #stopgenocide.</div><div><br></div><div>Maka, kami sekeluarga mulai tumbuh ekspektasi-ekspektasi itu, bahwa malam pergantian tahun bisa tidur nyenyak, ditambah habis diguyur hujan di waktu maghribnya. Jalan raya pun terbilang sepi. </div><div><br></div><div>Sayangnya, sekitar pukul 23.15 ekpektasi itu mulai runtuh. Karena kami terbangun mendengar ada yang mulai menyalakan kembang api, di kampung sendiri. Ekspektasi itu semakin ambyar saat pukul 0.00 semakin berisik dar der dor ramai bersahut-sahutan dengan kampung tetangga juga. </div><div><br></div><div>Saat itu juga rasanya ingin berteriak tentang masih hilangnya empati di negeri ini. Ingin mengumpat kemudian sedih hati ini tentang minimnya kesadaran diri. </div><div><br></div><div>Dan rasanya ingin pula mencari orang-orang yang sudah berbohong di hari pertama pergantian tahun dengan dirinya sendiri. Mereka yang mengaku punya resolusi agar tahun ini menjadi lebih baik, akan tetapi barisan shalat subuh masih saja bisa terhitung dengan jari. </div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-46160731069838232542023-12-30T02:30:00.000+07:002023-12-30T02:30:00.127+07:00MAMPUKita tidak akan mampu menyenangkan hati semua orang dengan bermacam-macam ekspektasinya tentang kita. Tapi seharusnya kita bisa untuk selalu berusaha menyenangkan hati sendiri. Dengan penerimaan-penerimaan yang baik. Dengan pikiran-pikiran yang positip. Bahwa segalanya akan baik-baik saja. Dengan kesabarannya. Dengan rasa syukurnya. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-56589948888925240122023-12-28T15:02:00.000+07:002023-12-28T15:02:00.135+07:00BERSYUKURBila hari ini tidak mampu bersyukur lebih banyak dari hari kemarin, rasa-rasanya hari ini pun kita belum pantas untuk mendapatkan sesuatu lebih dari sebelumnya. Maka, tambahkan lagi kesabarannya, agar syukur itu selalu bertambah, terus bertambah dan terus bertambah. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-58058540717001922672023-12-27T06:37:00.000+07:002023-12-27T06:37:00.123+07:00TAK DIDENGAR<div>Bagaimana rasanya, ketika apa yang kita keluhkan tidak didengar, tidak diperhatikan, tidak ditanggapi. Seperti keluhan-keluhan kita yang berserakan di status social media. Tapi, meskipun begitu, kita tetap percaya diri untuk mengutarakannya di sana. </div><div><br></div><div>Lalu, bagaimana rasanya ketika Allah telah menjamin kita, untuk segala doa akan didengar, akan diperhatikan, akan ditanggapi. Akan tetapi kita masih saja sekenanya saja dalam berdoa. Sekenanya saja dalam berkeluh kesah kepada-Nya. </div><div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-21206174787002515892023-12-26T21:56:00.001+07:002023-12-26T21:56:49.713+07:00SETELAH BERBUAT<div>Setelah berbuat baik, tidak perlu menengok ke belakang. Tidak untuk diungkit atau bahkan diperhitungkan. Biarkan kebaikan itu tumbuh sendiri menjadi ranting yang bercabang, yang menghadirkan kebaikan lainnya. Kita tidak perlu menengok kebelakang untuk mencari tahu. Agar definisi ikhlas itu tetap terjaga dengan baik. </div><div><br></div><div>Dan ketika berbuat salah, sering-seringlah menengok ke belakang. Untuk memastikan, sudahkah ada perbaikan setelahnya, dengan meminta maaf, dengan berintrofeksi diri. Untuk mencari ridho. Jangan sampai kesalahan itu membekas lama, sehingga akan semakin sulit dihilangkan. Tidak mudah dimaafkan. Atau bahkan sampai tidak bisa dilupakan orang lain. </div><div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-11772363411390332622023-12-26T13:03:00.001+07:002023-12-26T13:03:49.663+07:00MENJADI DIRIKU<div>Inginnya kita selalu menampilkan performa terbaik dalam segala hal. Yang bisa menyenangkan. Yang mampu menenangkan. Yang cukup memenangkan. Pada penilaian orang lain. </div><div>Akan tetapi, di beberapa waktu kita sendiri merasa kelimpungan untuk tetap seimbang berdiri di atas kaki kita sendiri. Karena kita memang manusia yang memiliki keterbatasan. Yang sewaktu-waktu ingin pula dimaklumi. Yang sewaktu-waktu butuh juga penopang untuk membantu kembali berdiri. </div><div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-68535094178084895462023-12-10T03:18:00.001+07:002023-12-10T03:18:04.214+07:00YAKINILAHYakinilah akan lebih bergaransi :Allah memampukan yang mau, Daripada yang mampu akan tetapi belum tentu mau. Maka, teruslah berkukuh untuk mau. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-78928908846293832872023-11-15T13:26:00.001+07:002023-11-15T13:26:58.245+07:00SAFE PALESTINA<div><div>Saudaraku, berkaca pada surat Al-Fiil.</div><div>Apabila belum mau berdiri di antara ababil-ababil yang berbondong-bondong berusaha dengan cara apapun untuk mengubah keadaan, atau bahkan belum mampu menjadi 'Sijjil', dalam artian terjun langsung menjadi alat untuk memperbaiki situasinya. Dengan sebenar-benarnya berjuang di medannya. Setidaknya janganlah sampai justru diri ini baik disadari maupun tidak, telah menjadi bagiam dari tentara gajah yang kelak akan ikut diluluhlantakkan Allah, seperti daun-daun yang dimakan ulat. Karena ketidakpedulian kita. Atau bahkan berpihak di tempat yang salah.</div><div><br></div><div>Segera tentukan di mana barisanmu. Dengan tindakanmu sesuai dengan kemampuan. Atau minimal dengan hatimu. </div><div><br></div><div>#safepalestine🇵🇸 </div><div>#freepalestine </div><div>#gazagenocide </div><div>#azurazie_</div><div><br></div><div>#safepalestina</div></div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-86270214315680265562023-10-26T20:57:00.001+07:002023-10-26T20:57:43.600+07:00TENTANG PEMBERIANApapun itu, ketika Allah memberi sesuatu atas sebab setelah upayamu yang sungguh-sungguh dalam mewujudkanya, yang karena memang sedang butuh, karena memang sedang ingin. Maka itulah rezeki yang dinamakan balasan terbaik dari-Nya. Bukankah Allah sebaik-baiknya Sang Maha Pemberi Rezeki? Maka, bersyukurlah! Atau ketika Allah memberikan sesuatu tanpa ada upaya apapun yang dirimu lakukan sebelumnya. Yang bukan karena sedang ingin, atau bahkan sedang dirasa butuh. Seakan tiba-tiba dapat begitu saja. Maka itulah takdir yang memang jadi milikmu. Boleh jadi atas sebab dari doa-doa orang lain yang diam-diam tulus untukmu. Boleh jadi atas sebab, kebaikan-kebaikan dulu-dulu yang tidak sengaja dirimu lakukan. Yang bahkan sampai tidak kepikiran. Maka, tambahkan lagi syukurnya, atas sebab Allah begitu Maha Baik tetap memberi perhatian. Meski pun dirimu sedang tidak terlalu membutuhkan, atau bahkan belum ada keinginan. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-12430314478740446332023-10-07T19:51:00.001+07:002023-10-07T19:51:24.893+07:00TENTANG YANG MEMBUAT TENANG<div>Tentang yang bisa membuatmu tenang adalah, ketika tidak terlalu mendengarkan penilaian orang lain. Baik secara tampilan fisik maupun hal lain di luar bentuk penampilan. Tak perlu risau ketika kata orang lain kita kurang begini, kurang begitu. Padahal kita sendiri memang sudah nyamannya begini. Sudah maunya seperti tampilan saat ini. Selagi tindak-tanduk, tutur katamu memang tidak menyinggung perasaan orang lain. Atau bahkan sampai merugikan. Jalani saja apa adanya, terus menjadi diri sendiri. </div><div><br></div><div>Tentang yang bisa membuatmu tenang adalah, ketika tidak terlalu memperhatikan pencapaian orang lain. Tidak memusingkan orang lain sudah dapat ini, sudah dapat itu. Tidak sampai iri ketika orang lain sudah punya ini, punya itu. Yang karena memang sudah sesuai dengan kemampuan mereka untuk mencapainya. Untuk memilikinya.</div><div><br></div><div>Sedangkan kita sendiri perlu mendidik keinginan untuk memiliki sesuatu sesuai dengan kebutuhannya, dan tentu kemampuan untuk mewujudkannya. </div><div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-46448169850819395072023-09-28T19:53:00.001+07:002023-09-28T19:53:40.600+07:00SEIMBANGKetika kadar sabar dan syukurmu terasa sedang tidak seimbang, mungkin artinya dirimu sedang tidak baik-baik saja. Dan agar kembali baik-baik saja, maka seimbangkan kembali keduanya.<div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-38086203364060461332023-09-21T20:52:00.001+07:002023-09-21T20:52:12.022+07:00KETIDAKSEMPURNAANPutri, terima kasih untuk ketidaksempurnaanmu dalam berperan dalam keadaan apapun. Karena ketika tetap mau berperan disaat kita masih tidak sempurna untuk berusaha menyempurnakan orang lain adalah hebat. Dan itu yang mendidik kita menjadi lebih kuat. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-40493804395945394682023-09-17T18:52:00.001+07:002023-09-17T18:52:51.712+07:00BERBAIK SANGKATeruslah berbaik sangka sama Allah, semoga dengan begitu tiap-tiap urusan kita pun akan selalu baik-baik saja. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-92074562397028376232023-09-01T00:12:00.001+07:002023-09-01T00:12:43.437+07:00SIDETIK, SIMENIT, SIJAM<div><div>Alkisah ada tiga SI yang sedang berperan dengan takdirnya masing-masing. Dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.Mereka adalah SIDETIK, SIMENIT dan SIJAM. SIDETIK yang perannya harus lebih bekerja keras dari yang lain. Ibarat kata, ia adalah promotor untuk yang lain agar terus bergerak. Agar tetap hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya. Meskipun ya tahu sendirilah, SIDETIK seolah yang paling capek dari yang lain. Melaju terus seolah tanpa jeda. Dipacu terus sampai tidak kenal yang namanya istirahat, walau hanya sedetik. Nasibnya menjadi kaki-kaki paling bawah dalam sebuah organisasi. Dalam hal ini adalah Waktu. </div><div><br></div><div>Lain hal dengan SIMENIT perannya bisa lebih santai sedikit. Perannya enam puluh detik lebih pelan dari SIDETIK. SIMENIT cukup beruntung, ada sedikit jeda untuk sekadar menghela napas. Untuk sekadar selonjoran, meluruskan kaki-kaki yang pegal. Tapi, meskipun begitu sebenarnya tanggung jawab dan bebannya tentu lebih besar dari SIDETIK. Ada target-target yang perlu dicapai agar lajunya bisa sampai ke tujuan. Bisa mencapai satu jam dengan efesien, produktif dan berkualitas.</div><div><br></div><div>Lain hal lagi dengan SIJAM, perannya lebih santuy dari yang lain. Akan tetapi secara bersamaan, perannya menjadi yang paling penting, sekaligus rentan. Seperti seorang pemimpin. Ketika ia bijak, jeda dalam kurun waktu enam puluh menit itu bisa ia manfaatkan untuk banyak hal. Untuk mengatur strategi. Untuk mencari solusi. Untuk mendapatkan kebaikan lebih untuk semuanya. Akan tetapi, kita lalai semua jadi berantakan, waktu yang berharga selama enam puluh menit itu seolah terbuang cuma-cuma. </div><div><br></div><div>Al-kisah ada tiga SI yang sedang berperan dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Dan ketiganya memiliki satu kesamaan. Yakni, TIDAK ADA YANG MAU MUNDUR KE BELAKANG. Semua berharapnya terus maju. Semua sama ingin sampai pada tujuan. Maka, adalah penting untuk saling menghargai peran satu sama lainnya. Bahu membahu berjuang untuk kebaikan bersama. Baik peran SIDETIK, peran SIMENIT maupun peran SIJAM. Karena ketika salah satu dari mereka ada yang terpaksa berhenti bergerak, karena satu dan lain hal. Maka, sudah dipastikan putaran roda kehidupan dalam satuan waktu itu akan berantakan. </div><div><br></div><div>Maka, apapun peranmu saat ini, bersemangatlah untuk terus bergerak ke depan. Jangan berhenti melangkah. Dalam porsinya masing-masing. Dengan tetap menghargai dan menghormati peran satu sama lain. </div></div><div><br></div><div>Jampang, 01.09.23 | 00.10 WIB</div>Ditulis ketika memperhatikan laju jarum jam dinding kamar dan kepikiran. Kok kayaknya lelah ya kalau jadi sidetik. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4568804240493545087.post-73352066016446789162023-08-29T20:21:00.001+07:002023-08-29T20:21:52.019+07:00MENJAGA HAKWajib rasanya, membalas kebaikan orang-orang yang selalu berusaha untuk menjaga hak-hak kita agar tetap terpenuhi. Menjaga hak-hak kita agar tepat tercukupi. Membalas kebaikan itu dengan berdoa, agar mereka pun senantiasa Allah jaga hak-haknya. <div><br></div><div>@azurazie_</div>lakaranmindahttp://www.blogger.com/profile/16935247816768189081noreply@blogger.com0