April 12, 2016

DOA UNTUK IBUK

Ma, derajat dikabulkannya doa dari seorang ibuk untuk kebaikan anaknya boleh jadi lebih tinggi, dibanding doa anak untuk ibuknya. Sebab ridhomu adalah ridho-Nya jua.

Tapi,

Aku harap doa memohonkan ampun untukmu dari seorang anak untuk orang tuanya, meski tidak lebih tinggi derajatnya dari doa-doamu. Semoga doa itu tetap Allah perhitungkan ketulusannya, sebab 'rabbigfirli waliwalidayya' adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah, kekasih-Nya.

April 11, 2016

KARENA KITA SUDAH BERTEMAN KAN?

Kita tidak tahu alasan apa yang membuat takdir hidup kita bertalian. Kita jadi saling mengenal satu sama lain. Tapi ketidaktahuan itu sungguh sangat disayangkan jika tidak kita syukuri. Bahwa dengan saling mengenal itu, ada kebaikan-kebaikan kecil yang terjalin. Minimal untuk saling mendoakan. Untuk saling mengingatkan.

Tak peduli seberapa lama masa saling mengenal itu. Seberapa lama benang merah itu bertalian. Kau tahu aku sendiri merasa beruntung pernah mengenalmu. Dan ingin menikmati masa-masa itu sebelum ada kekuatan di luar kendali kita yang memutuskannya. Kondisi yang membuat kita pada suatu hari menjadi menjauh. Putus komunikasi. Tidak mengetahui lagi kabar satu sama lain. Aku ingin menikmati masa-masa ini dengan sekali-kali menganggu aktivitasmu. Walaupun hanya sekedar basa-basi. Aku rasa kau pun tidak akan terganggu dengan itu. Karena kita sudah berteman kan? dan akan selamanya berteman. Boleh aku pastikan itu?

April 10, 2016

TIDAK MENDENGAR PANGGILAN ADZAN

Kala dini hari, telinga mengaduh menyesal karena ia sama sekali tidak mendengar panggilan adzan. Ia lalai tidak membukakan kelopak mata seperti biasanya.

"Maafkan aku." kata telinga menyesal.

Mata pun ikut berkaca-kaca, pagi ini ia telat membuka kelopaknya. Lalai tidak membangunkan tubuh untuk beranjak memenuhi panggilan adzan.

"Sungguh maafkan aku." Lirih berkaca-kaca ia menyesal.

Kedua kaki dan telapak tangan ikut mengaduh.  Mau bagaimana lagi, mereka memang teramat lalai pagi ini. Panggilan adzan sudah selesai dari satu jam yang lalu.

Kala dini hari itu, ketika telinga yang merasa bersalah, mata yang berkaca-kaca meminta maaf, kedua kaki dan tangan yang lemas tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki kelalaiannya.

Sungguh ada yang diam-diam terisak. Menanggung beban lebih dalam. Hati. Seharusnya ia yang terjaga paling awal membangunkan semuanya. Sehingga kesempatan memenuhi panggilan adzan tidak pergi begitu saja.

Sungguh hati diam-diam menyesali keteledorannya.

INI TJINTA

Yang tersurat pada tulisan-tulisan. Yang tersirat pada percakapan-percakapan.
Yang tersembunyi dalam-dalam. Yang dirahasiakan diam-diam.
Menatap siluet punggung itu. Menyebut sebaris nama itu.
Pada doa-doa yang dipanjatkan. Kala asa-asa yang diutarakan.
Dan rasa-rasa yang dipasrahkan.
Sungguh Dia Maha Tahu. Seluruh rahasia hatimu.
Yang tengah diharapkan. Yang tengah dinantikan.
Ini tjinta. Ini rasa. Ini asa.
Anugerah dari-Nya.

April 09, 2016

UNTUKMU RAMADHAN


Ra, bila di dunia ini hanya tinggal aku yang bersuka cita tentang kabar kedatanganmu. Apa kau akan bersedih? Tapi, itu mustahil. Sebab banyak orang yang memang bersukacita. Mulai menghitung mundur sisa-sisa harinya.

Dan sekarang justru aku takut, jangan-jangan aku satu-satunya yang terlambat bergembira.
Ra, kepastian datangmu sudah pasti tepat waktu. Kecuali esok lusa hari kiamat lebih dulu tiba.

Tapi Ra, kesempatan menyambutmu belum tentu masih berlaku bagiku. Sebab tiada yang tahu kapan raga akan kehilangan nyawa.

Ra, bila pintu gerbangmu terbuka setelah kami melewati rajab dan sya'ban. Semoga Allah menyampaikan umur kami hingga benar-benar memasuki Ramadhan.

April 03, 2016

BERGUGURAN



Yang tiba-tiba berguguran :

Doa-doa oleh sebab Maksiat.
Dosa-dosa oleh sebab Bertaubat.
Asa-asa oleh sebab mudah menyerah dengan keadaan
Lalu,
Rasa-rasa oleh sebab??
Jalan cerita takdir yang sudah ditentukan.
 

April 02, 2016

KEDAI KOPI 1 - BOLEH AKU BACA?

Siang itu,suasana kedai kopi tidak terlalu ramai. Ah, memang itu juga yang menjadi alasanku menjadi pelanggan tetap kedai kopi ini. Untuk menumpang menulis seharian. Sebenarnya menu di sini bisa dibilang tidak buruk-buruk amat, pelayanannya juga ramah plus difasilitasi wifi. Cuma mungkin karena tempat yang kurang strategis, jauh dari jalan utama yang dilewati kendaran umum dan promo yang kurang genjar yang membuat kedai ini sepi pengunjung. Sayang sekali memang, mungkin lain waktu aku akan bantu mempromosikannya. Sebagai ucapan terima kasih karena sudah memberi 'tumpangan' yang nyaman berjam-jam untuk tempat menulis.

Aku menyeruput gelas coklat panasku yang kedua. Sudah tidak terlalu panas, karena sejak tadi aku 'angguri' karena fokus dengan ide-ide di kepala yang ingin segera dituangkan dalam tulisan. Saat menikmati tegukan itulah seorang gadis berkerudung coklat pramuka menghampiriku. Sambil menggenggam secangkir kopi tubruk di tangan kanannya.

"Boleh aku gabung di sini?" Katanya basa-basi.

Sejenak aku melirik ke arahnya. Tatapan kami bertemu. Wajahnya sangat menyenangakan, aku bisa duga gadis ini tipe yang selalu periang dan ceria. Aku melirik meja lain, memastikan apa memang banyak pengunjung hari ini sehingga gadis berwajah menyenangkan itu harus mengganggu aktivitasku? Ternyata memang tidak ada.

"Keberatan?" Tanyanya yang sejak tadi berdiri menunggu jawabanku.

"Oh, tidak. Silakan dengan senang hati." Kataku berbasa-basi, sambil menggeser tas laptopku agar meja lebih lapang.

"Terima kasih." Katanya sambil meletakkan cangkir kopi.

Jemariku kembali sibuk menulis. Tidak merasa perlu berbasa-basi mengajak ngobrol 'tamu' ku itu. Sekedar berkenalan misalnya. 

"Kamu suka menulis?"

Aku melirik ke arahnya. Tersenyum mengangguk tanda mengiyakan. Gadis berwajah menyenangkan itu sudah sibuk mengunyah snack yang ia keluarkan dari tasnya. Aku suka dengan caranya mengunyah, seperti anak kecil. Ada remah-remah snack yang menempel di sekitar mulutnya. Aku menyeringai ingin sekali tertawa.

"Mau?" katanya ketika menyadari sedang diperhatikan.

"Oh tidak, terima kasih." Aku menyeruput coklat panas untuk menutupi salah tingkah.

"Ini ya tulisannya?" Gadis itu menunjuk satu bundel tulisan yang kemarin aku print, di atas tas leptopku. Aku mengangguk. "Boleh aku baca?"

"Dengan senang hati. Tapi maaf sudah banyak coretan di dalamnya." Kataku, memang bundel tulisan itu fungsinya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengetikan.

"Tak masalah." Ia mengambil bundel kertas itu, langsung membuka halaman pertama. Ah, aku suka juga dengan caranya membaca. Kadang terlihat tertawa, mengangguk, menghela napas. Seperti benar-benar menikmati jalan ceritanya.

Aku tertawa. Kembali melanjutkan ketikan, tidak ingin mengganggunya membaca. Merasa senang, ada orang lain yang mau bersedia membaca salah satu tulisanku. 


 

April 01, 2016

SELAMAT BERTUMBUH DENGAN BAIK

Selamat bertumbuh dengan baik, Syafiq Fauzan.

Barangkali di seusiamu, keinginan seperti anak-anak lain itu sedang besar-besarnya. Ingin ikut main sepeda di pinggir jalan. Ingin ikut memancing belut di pinggir empang. Ingin menyundut petasan. Ingin ikut main karambol, kelereng, layangan. Ingin punya mainan ini dan itu. Ingin ikut pergi ke sana ke sini dengan teman-teman.

Waktu itu kamu tidak jarang merengek, merasa perlu protes 'kok anak lain boleh' kok teman-teman afiq nggak diomelin orang tuanya.' sedangkan dirimu harus tertahan di dalam rumah karena tidak diperbolehkan ikut-ikutan. Beruntungnya kita memiliki orang tua yang sangat senang membatasi. Bukannya tidak boleh melakukan itu, sesekali mama mengizinkan. Tapi tidak untuk keterusan. Cuma untuk sebatas tahu dan pernah. Tidak utuk jadi kebiasaan. Sampai lupa waktu, lupa belajar, lupa pergi kepengajian.

Barangkali di seusiamu banyak hal yang tidak kamu mengerti, sebab naluri seorang anak memang bermain. Ingin terlihat 'aku juga bisa' di depan teman-temannya. 'Aku juga pernah' mengaku dengan rasa bangga. Dan jika tidak diperbolehkan rasanya sebal benar. Dulu aku juga begitu.

Ya, itulah masa anak-anak. Melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Berbeda dengan apa yang ingin dididik oleh orang tua. Apa yang mama lebih ingin kamu lakukan.

Tapi sungguh jangan berkecil hati, kelak jika kamu sudah remaja dan menemukan tulisan ini. Kamu pun akan mengerti. Bahwa tidak semua yang dibatasi oleh orang tua di masa kecil itu menyebalkan. Bahwa semua yang di'paksa' orang tua lakukan itu yang membantu banyak perjalanan hidup anaknya di masa depan.
Percayalah, karena aku lahir jauh lebih dulu darimu. Dan telah banyak menyesal karena terlalu keras kepala waktu itu.

Selamat bertumbuh dengan baik, Syafiq Fauzan. Dengan menjadi diri sendiri. Dengan menggigit pemahaman-pemahaman hidup lebih baik lagi.

Dari seorang kakak yang bangga.