Sedih rasanya ketika ada orang lain yang memuji anak dengan kalimat, "Wah udah pintar main gamenya ya." Ya itu memang bentuk kelonggaran saya sebagai Ayah masih membolehkan bermain game, hanya saat saya ada di rumah. Saya ada alasan tersendiri untuk itu. Walaupun tentu saja ibunya mah cemberut dengan keputusan saya itu.
Saya pun patut bersyukur anak yang sebentar lagi sudah 4 tahun ini masih salah paham, menyebut video iklan games di playstore adalah youtube. Alhamdulillah sejauh ini dalam pengawasan kami sebagai orang tua, Hayyin anak kami tidak menonton Youtube.
Soal games di gadget mungkin saya satu dibanding satu juta anak pada masanya dulu yang memang tidak dikenalkan dengan itu oleh orangtua saya. Terutama Ibu yang super tega dalam artian positif waktu saya masih kecil.
Tidak ada sejarahnya saya pernah pegang stik PS atau main nitendo atau bahkan punya gamebot sendiri. Dalam kurun 30 tahun satu-satunya game yang saya berhasil tamatkan cuma Plant & Zombies, itu pun yang versi 1. Miris ya? Tentu tidak. Karena ternyata memang nggak rugi-rugi amat. Malahan saya bersyukur tidak jadi salah satu dari sekian banyak orang yang kecanduan dengan games di gadget. Yang kadang sampai tidak kenal waktu dan tempat. Di masjid jadi. Di WC pun jadi.
Malahan saya ikutan bangga ketika ibu di suatu waktu berkelakar kalau anak-anaknya saat masuk SD sudah pada lancar baca Al-Qur'annya. Alhamdulillah, semoga amal jariah itu terus-terusan jadi tabungan kebaikan untuk orangtua saya dari pertama kali saya mengenal alif ba ta hingga ya.
Maka, setelah menjadi orangtua ingin rasanya berhasil mendidik anaknya dengan baik dari sedini mungkin. Tanpa menghilangkan hak mereka untuk bermain seperti anak lain. Dalam hal ini bermain hp boleh tapi tidak berlebihan. Main games boleh tapi tetap dibatasi. Karena saya tahu rasanya dulu ketika melihat anak lain bermain tapi saya dilarang ini itu terutama sama ibu. Biasanya waktu itu ayah saya yang lebih toleran, sampai-sampai bela-belain pulang kerja langsung menuju pasar parung karena tidak tega melihat anaknya merajuk minta dibelikan mainan. Waktu itu ingat sekali yang dibawa pulang malah Aquarium seharga seratus ribu.
Saya tidak ingin anak saya pun buta banget dengan yang namanya tehnologi, ketika anak lain sudah lebih pandai mengoperasikan gadget melebihi neneknya sendiri. Karena zaman kami memang jauh berbeda. Maka lahirlah kesepakatan dengan anak saya sekarang, ketika ada Ayah boleh bermain games dengan catatan ketika sudah berlebihan dan mempengaruhi tingkah laku anak. Games di hapus. Atau games hanya dibatasi dua yang boleh di install. Tentu saja efeknya anak nangis sejadi-jadinya. Tapi biarkan. Harus tega. Biar anak mengerti. Kalau kata salah satu bibi saya "jangan mau kalah sama anak."
Tentu saja masa lebih tega kalau melihat anak jadi kecanduan hp. Yang dari bangun tidur sampai mau tidur pun tidak bisa jauh dari hp. Yang nangis menjerit karena hp. Semoga dengan begitu, seiring berjalannya waktu anak-anak kita akan tumbuh dengan pemahaman yang baik.
Dengan tetap cerita dan tanpa banyak tekanan dari sekitarnya. Semoga.
@azurazie_