Desember 30, 2018

CUKUP SIAP

Rasa syukur yang bertambah, melatih diri untuk selalu merasa cukup. Rasa sabar yang bertumbuh, mendidik diri untuk selalu merasa siap.

Kita selalu sepakat, sabar dan syukur harus selalu sepaket.

Senantiasa bersyukur, bisa membuat kita selalu merasa cukup. Kebutuhan itu selalu terasa terpenuhi. Tersebab, yakin Allah Maha Kaya, sedangkan kebutuhan manusia tidak ada apa-apanya dibanding karunia-Nya.

Senantiasa bersabar, bisa membuat kita selalu merasa siap. Tentang qada dan qadar-Nya. Tentang ketetapan-ketetapan-Nya. Lahaula Walaquwwata illa billah adalah azam sepenuh hati, menjadikan kita selalu merasa siap. Bersabar dalam ujian. Bersabar dalam kelapangan.


#quotezie_
#azurazie_

Desember 29, 2018

KHAWATIR

Penghujung tahun, selalu menjadi 'wacana' yang menarik. Meski sebagai seorang muslim - dan secara pribadi tidak ikut ber-uforia untuk merayakannya. Tetap saja tahun masehi ini menjadi semacam 'batasan' untuk beberapa hal. Terutama yang menyangkut dengan urusan dunia. Dari kalender meja yang harus diganti sampai agenda kerja yang perlu di susun dan diperbaharui.

Maka, sudah tidak asing lagi ditelinga kita, tentang resolusi-resolusi itu. Tentang rencana-rencana dan target untuk tahun depan.

Lalu, sebenarnya apa yang lebih kamu khawatirkan? Apa-apa yang akan kita hadapi di depan, atau apa-apa yang sudah kamu tinggalkan di belakang?

Masa depan akan selalu ada harapan baru, karena masih bisa mengandalkan pilihan-pilihan yang akan kita ambil untuk melaluinya. Baik dan buruk tergantung usaha kita. Sedangkan masa lalu adalah kenyataan yang telah terbentuk. Tidak lagi bisa diubah atau di apa-apakan lagi.

Mengingat hal itu, sebagai seseorang yang cukup aktif di beberapa media sosial, timbul kecemasan baru. Tentang apa-apa yang telah ditinggalkan kemarin-kemarin. Tulisan-tulisan lama, komentar-komentar yang telah dilakukan. Like and share. Semua itu telah terjadi dan perlu dipertanggungjawabkan. Bagaimana bila ada satu dua kata yang tanpa sengaja telah menyinggung atau menyakiti orang lain? Bagaimana bila ada satu dua tulisan yang terlanjur membuat harapan semu untuk orang lain? Buruknya, bagaimana bila ada yang menjerumuskan orang lain ke hal yang tidak baik? Naudzubillah.

Ini tentang kecemasan di dunia maya. Belum lagi yang menyangkut di dunia yang lebih nyata.
Semoga kita semua tambah lebih bijak untuk meninggalkan sesuatu di belakang, tambah lebih bijak untuk merencanakan masa depan. Agar hal buruk tidak lagi terjadi. Agar pribadi dan lingkungan sekitar menjadi lebih baik lagi.


#azurazie_

Desember 27, 2018

KUN ANTA

Jadilah diri sendiri. Begitu biasanya orang lain memberimu nasihat sederhana. Tapi, sadarkah kamu, apa-apa yang melibatkan dirinya sendiri, biasanya bisa begitu tangguh atau amatlah rapuh.

Sebab, bila sudah melibatkan sepenuh sadar atas dirinya sendiri, otomatis ia akan membawa yang namanya perasaan. Perasaan itulah yang pada akhirnya berpengaruh besar pada langkah berikutnya. Pada pilihan-pilihan yang akan diambilnya kemudian.

Seseorang yang percaya sepenuhnya pada kemampuan sendiri, ia akan menjadi sangat tangguh. Apabila berhasil menjadi dirinya sendiri. Tanpa ada pengaruh dari orang lain. Tekadnya kukuh sepenuh harap, percaya dengan apa yang menjadi pilihannya. Sesuatu yang dipertaruhkan untuk kebaikan langkahnya.

Sebaliknya, seseorang yang pada dasarnya tidak terlalu percaya diri akan kemampuannya sendiri, ia bisa jadi sangat rapuh. Nasihat jadilah diri sendiri tidak serta merta membangkitkan kekuatannya. Justru membuat ia tambah sadar, bahwa dirinya sendiri tidak terlalu baik untuk menyelesaikan sesuatu.

Lalu, apa yang dibutuhkan untuk tetap menjadi diri sendiri, dengan sikap yang paling bijak? Selalu berusaha percaya sepenuhnya, kalau bukan karena kemauan dirinya sendiri untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Siapa lagi yang paling bisa diandalkan untuk melakukan perubahan.
Jadilah diri sendiri, bukan sekadar membuatmu jadi lebih tangguh. Tapi, membantu memperbaiki sisi rapuhmu dengan sungguh-sungguh.

#azurazie_

Desember 14, 2018

ANTARA ADZAN DAN IQOMAH

Bagaimana bila dunia ini sesingkat waktu antara adzan dan iqomah? Perkara soal dunia, lenyap semenjak kaki kanan melangkah masuk ke masjid. Waktu terbaik untuk sepenuh hati bersujud.

Kualitas hidup itu, seperti waktu antara adzan dan iqomah. Dalam keadaan bersuci duduk bersila, jemari kanan menggilir butir-butir tasbih, seraya lidah mengeja istighfar. Jemari kiri menengadah, seraya hati ikut berdoa untuk terhapusnya dosa-dosa yang diperbuat dengan terlanjur.

Bagaimana bila dunia sesingkat waktu antara adzan dan iqomah? Di manakah saat itu dirimu berada? Siap menjadi makmum untuk imam yang terpilih? Atau menjadi masbuk yang terburu-buru mencari shaf kosong, takut tertinggal jauh? Atau seringnya telinga dan hati tertutup gemerlapnya dunia, tak peduli dengan panggilan adzan. Bila dunia sesingkat waktu antara adzan dan iqomah, segera tentukan pilihan.


@azurazie_