Agustus 23, 2013

Jika air mata ini



Jika air mata Allah ciptakan untuk melunakkan hati manusia dari keangkuhan,,
Maka biarkanlah ia mengalir sebagaimana layaknya ia terlahir..
Sungguh!! Aku lebih menyukai air mata ini..
Karena dengannya aku bisa meraba hati yang terlihat tak sepakat pada keadaan..
Aku lebih menyukai air mata ini,,
Karena dengannya aku bisa mengukur tingkat rasa seseorang yang berada di bawahku..
Aku lebih menyukai air mata ini,,
Dalam diam.. tanpa butuh kata-kata,, tanpa butuh senyuman..
Jika mereka hanya akan hadir menyakitkan..



Najma  Tazkiyatunnafs



Agustus 18, 2013

KURA-KURA DI DALAM TOPLES

"Kapan kamu mulai masuk kuliah lagi Dek?"

"Dua minggu lagi Kak. Hmm... cepat banget waktu liburannya."

"Ya sudah seharusnya. Biar kehidupan berjalan lebih normal."

"Iyaa, lama lagi liburannya. Kembali ke aktivitas yang mono, Kak. Itu-itu saja yang kerjain."

"Hei, yang namanya liburan itu kan karena ada aktivitas yang panjang. Kalau lebih banyak liburannya dibanding aktivitasnya, ya nggak lucu. Padahal meskipun monoton aktivitas itu yang nantinya bakalan membawa kita ke tujuan. Bukan liburannya."

Agustus 13, 2013

Katalog dunia

Aku sedang melihat-lihat katalog dunia.

Wow! Di halaman paling depan terpampang spesial item-item menarik yang menjanjikan kesenangan. Diskon besar-besaran dan di banded dengan hadiah yang tak kalah menggiurkan untuk memilikinya. Bahasa jualnya pun benar-benar menarik,

“BELI SEKARANG,  ANDA AKAN MENDAPATKAN KESENANGAN DUNIA.”
“PESAN SEKARANG SELAGI ADA BONUS DAN MUDAH PEMESANANNYA.”

Agustus 12, 2013

Perempuan berwajah adem


Kalian tahu apa yang biasanya aku lakukan ketika merasa jenuh dan pikiran agak menyemut?

‘Makhluk’ yang sering kita sebut bernama jenuh memang kerap kali datang menggelayuti rutinitas kita sehari-hari. Apalagi yang monoton, yang kegiatan sehari-harinya seperti menyetel kaset rekaman.

Nah, ketika ‘makhluk’ jenuh itu mulai menggangu, biasanya aku usir dengan menyisir jalanan. Sedikit usil dengan penghuni-penghuni yang tersebar di beberapa sudut pinggir jalan. Apa yang aku lakukan?  Hanya mengajak mereka ngobrol. Bertanya apa saja yang menurut aku bakalan menarik jawabannya.

Misalnya, di lain waktu aku sengaja menepikan kendaraan persis di depan penjual gorengan. Tentu saja misinya bukan sekedar untuk mengisi perut, aku mewawancarai mereka. Minimal bertanya tempat tinggal atau bertanya biasanya mereka tutup jam berapa.

Agustus 10, 2013

Ini tentang keresahan-keresahanku...



Dear sebilah tulang rusukku... 

Apakabar imanmu?
Senantiasa dalam jalur yang aman ya, yang selalu membawa ketaatan. Insya Allah. 

Entah kenapa malam ini aku ingin kembali menyapamu. Rindu? Ah, mungkin. Bukankah rindu itu sering kita namai bentuk termanis (r)asa dari sebuah doa?

Agustus 08, 2013

Idul Fitri 1434 H

Selemah-lemahnya iman, ia yang hanya mampu memperbaiki kerusakan di dalam hati. 
Selemah-lemahnya hati, ia tak cukup berani memperbaiki laku dan budi.
Aku memantaskan diri menjadi golongan yang mampu memperbaiki nasib sendiri.
Mendorong hati untuk selalu waspada dari golongan yang merugi.
Membujuk diri untuk menjadi golongan yang berbesar hati mengakui kesalahan diri.
Yang senantiasa bertaubat dan membenahi diri.

Lakaran Minda mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1434 H.
Barakallahu Fik. Selalu memperbaiki ketakwaan.
Taqobbal ya karim.
Mohon Maaf Lahir Dan Batin.




Agustus 06, 2013

(R)asa yang baik

Semoga (r)asa yang baik akan selalu pulang membawa kebahagiaan.



Seseorang yang tidak percaya lagi dengan waktu

Seseorang sedang berdiri di batas persimpangan. Aku mengenalnya dengan panggilan Bang JF. Entah apa kepanjangannya. Ia manusia paling keras kepala yang pernah aku kenal. Bagaimana tidak, ia tidak pernah percaya dengan pendapat orang lain. Termasuk soal waktu.

Suatu ketika kami secara tidak sengaja bertemu di sebuah warung makan. Katanya,

"Mana mungkin aku bisa percaya dengan waktu? aku bertahun-tahun mencari sesuatu. Lihat, mana ada waktu membantuku menemukan apa yang aku cari. Mana mungkin aku bisa menaruh harapan kepada waktu, bertahun-tahun aku menunggu sesuatu. Sampai detik ini aku tidak juga bisa melihat apa yang aku tunggu."

Aku menelan ludah. Kalimat yang penuh sinisme keputusasaan.

Laila, tak pantaskah aku dirindu?

Laila,
Sudahkah kau datang tahun ini?
Menyemarakkan langit dengan taburan cahaya yang menenangkan.
Sudahkah kau menyajikan semua itu?
Tapi kenapa aku tak jua mampu merasakan kehadiranmu.
Sedangkan ini sudah berada di ujung perjalanan.

Laila,
Tak bisakah kamu menampakkan diri barang sebentar.
Membasuh dahaga kerongkongan yang menyekat napas iman.
Yang tandus akan kelalaian.

Laila,
Ataukah tahun ini lagi-lagi kita tak berjodoh.
Sedangkan umurku sangsi bisa menjumpaimu di tahun yang akan datang.

Laila,
Tak cukupkah kau bergembira menghampiriku.
Bergembira atas sambutanku yang (masih) saja alakadarnya.

Laila,
Masih belum pantaskah tahun ini aku dijumpai olehmu.
Membawakan cahaya 1000bulan untukku.

Laila,
Tadi malam kau datang bukan?
Menawarkan jutaan cinta kepada pemuja Sang Maha Pecinta.
Tidakkah kau menyinggahiku?
Melihatku merengkuh dan mendengar lirihan doaku.
Ah... mungkin bagimu rayuanku belum semerdu dan setulus yang kau mau.
Belum setulus dan selembut orang-orang pilihan.

Laila,
Tak pantaskah aku dirindu?



Bulan jangan pergi dulu!


Bulan, jangan pergi dulu. Banyak yang masih betah kau di sini. Sungguh! 

Mereka membicarakanmu sepanjang malam. Dalam doa-doa yang dipanjatkan. Dalam pusatan kening yang bersujud. Dalam keheningan malam yang temaram.

Mereka mengharapkan keberadaanmu sepanjang nyawa. Khawatir tidak sempat lagi berjumpa denganmu di lain hari.

Mereka menyenandungkan bait rindu sepanjang perjalanan. Dari lidah-lidah basah tasbih, hamdalah.  Dengan tarikan napas penuh kesyukuran. Dengan tetes air mata keharuan. 

Agustus 05, 2013

Mudik?

"Tahun ini mudik?"

"Iya."

"Ooh. Ke kota itu?"

"Iya.Kenapa?"

"Ada seseorang yang ingin aku temui di sana."

"Siapa?"

MATI RASA ATAU HAMPA?

"Pernah ngerasain mati rasa nggak?"

"Sepertinya belum. Yang seperti apa itu?"

"Felling empty."

"Itu sih kosong, hampa. Bukan mati rasa."

Dunia menyusut seperti otak manusia

"Puasa tahun ini terasa cepat sekali ya. Apa benar ada perpendekan waktu?"

"Kan sudah aku bilang, waktu berlalu bertambah cepat. Dulu bangun jam 3, Tahajjud dan sebagainya bisa puas. Sekarang bangun 1/2 3 kayaknya belum apa-apa."

"Iya kali. Mungkin saja itu karena kebutuhan tidur manusia yang lebih meningkat. Ya, untuk tidak menyebutnya lebih malas bangun."

"Dunia menyusut seperti otak manusia."

"Otak manusia menyusut dikerubuti kesibukan dunia." 





Jutaan lampion yang menggantung di langit

Jutaan mata sedang memandang langit yang sama, di tempat mereka berdiri masing-masing. Apa yang sedang menarik perhatian mereka? Jutaan lampion yang jumlahnya sama dengan si pemandangnya. Bukan sembarang lampion. Pendaran cahaya lampu itu memvisualkan nama-nama siapa yang memandangnya. Si pemilik asli. Tidak ada yang tertukar atau mau ditukar.

Hei, ada fenomena apa ini? Kenapa jutaan mata itu tidak sedetik pun terkedip memandang ke cahaya yang sama, di waktu yang cukup lama? Apa tidak ada yang lebih menarik dari semua itu?

Festival Kolam Ikan


Suatu ketika, di bulan yang istimewa Raja Agung menggelar sebuah festival besar-besaran di beranda istana. Semua rakyat sangat antusias menyambutnya. Berduyun-duyun mereka mulai memadati area yang sudah ditentukan. Siapa yang tidak bersemangat? Raja menjanjikan banyak hadiah untuk mereka. Raja mengiming-imingkan bonus-bonus istimewa yang bisa mereka bawa pulang. Tentu saja ada syarat yang harus ditempuh. 

Agustus 01, 2013

Wahai rusuk yang belum memiliki nama

Wahai pemilik rahim mulia.
Yang padanya aku bisikkan doa pengharapan.
Lahir darimu generasi Hafidzul Qur'an.

Wahai si perantai hati.
Penyejuk ketakwaan.
Yang padanya aku amanahkan pendidikan adab 'Qur'an'.
Pencinta Rasulullah dengan tauladan sunnahnya.
Lahir darimu generasi pengenal baik keagungan Tuhan.

Wahai sebilah rusuk yang belum memiliki nama.
Untuk dunia aku tak menawarkan banyak hal.
Aku hanya akan menawarkan, mari bersamaku mengumpulkan puing-puing kebaikan di belantara dunia.
Sebagai bahan untuk membangun istana sederhana di taman syurga.
Dengan kamu sebagai bidadari penghuninya.
Dan generasi yang kamu lahirkan sebagai pelengkap bahagianya.


Laron-laron angkasa

"Kenapa kamu memandangnya begitu dalam? Apa ada sesuatu di atas sana?"

Aku menoleh ke arahnya barang sejenak, lalu kembali menatap langit malam. Ada purnama penuh sedang siaga di bawah tempat kami berdiam.

"Kalau ada laron-laron yang bisa terbang ke angkasa, mungkin mereka sedang mengerubuti bulan malam ini."

"Begitukah? Apa spesialnya?" Ia menjawil sejumput rumput. Mungkin sudah bosan karena kami hanya terdiam sedari tadi. Sibuk dengan keheningan masing-masing. 

Aku tersenyum tipis. Setidaknya bulan itu bisa mengalihkan kekikukkanku yang tak banyak ide untuk memulai percakapan ini.

Ah barangkali bukan hanya bulan yang sedang dikerubuti laron. Telapak kakiku juga sudah kesemutan.