Oktober 28, 2018

INI TENTANG

Ini tentang keberpihakan kita akan sesuatu. Tentang like, share, komen ketika berinteraksi di dunia maya. Ada istilah dosa jariah. Apa-apa yang kita bagikan, bila ternyata lebih banyak mudhorot untuk orang lain. Menginspirasi orang lain untuk melakukan yang tidak-tidak. Yang lebih sederhana, perkara like pun bisa jadi ikut andil dalam keberpihakan untuk hal-hal tertentu. Yang kelak di hari peradilan akan dituntut bertanggung jawab atau sekadar di interogasi sejauh mana kita terlibat dengan 'kasus' itu ketika masih di dunia dulu.

Ini tentang seberapa greget kita untuk menyampaikan sesuatu yang baik. Menjadi pemegang estafet kebaikan pertama, kedua ataupun ketiga. Kebaikan itu tidak terputus padamu. Atau kebaikan itu tidak terhambat karena ulahmu.

Ini tentang bagaimana peranmu berinteraksi di dunia maya. Pun bagaimana juga di kehidupan sehari-hari dunia nyata.

@azurazie_

Oktober 27, 2018

JEMARI YANG MENULIS

Saat ini, JEMARI TANGAN gatal sekali ingin menuliskan sesuatu. Tapi, kira-kira menulis apalagi ya?  OTAK yang sedang berpikir, melihat kecemasaan itu. Ia ingin membantu untuk sekadar mengusulkan ide. Bukankah masih banyak sekali bahan-bahan yang bisa dijadikan tulisan, dirangkai menjadi cerita. Bukankah masih banyak lembar-lembar perenungan itu, tentang kebaikan-kebaikan itu. Tentang nikmat-nikmat yang banyak itu. Tentang keresahan-keresahan itu. Hmmm... hmmm.. OTAK bergumam. Tentu saja jika semua ide yang ia pikirkan barusan benar-benar ditulis, Ia yakin JEMARI TANGAN tidak akan sanggup. Bisa-bisa pegal dia. OTAK mulai jumawa, bahwa ide-idenya masih begitu banyak berseliweran di pikiran. Sedangkan JEMARI TANGAN makin lesu, karena tidak ada satu katapun yang berhasil ia tulis.

Ketika sedang terjadi peristiwa itu. HATI diam-diam mengamati dari kejauhan. Ia menangkap ada sesuatu yang tidak beres. HATI pun menghampiri OTAK, 'menepuk pundaknya' dengan lembut.

"Hai OTAK, saudara setubuhku. Janganlah menjadi jumawa seperti itu. Jika sudah terlanjur terjerumus kekubangan riya. Sebanyak apapun tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh JEMARI TANGAN. Tidak akan ada manfaatnya. Ia hanya akan menulis tentang kesombongan, bukan lagi menulis tentang kebaikan. Niatnya sudah keliru."

Tiba-tiba OTAK memijit-mijit kepalanya. Benar sekali, ia telah khilaf sehingga sempat jumawa tadi. Dan kepada JEMARI TANGAN, hati memberi nasihat yang bijak.

"Tulislah apa-apa yang menurutmu bisa memantul kembali pada dirimu sendiri. Bila itu sebuah petikan nasihat yang pernah kamu dengar dari petuah-petuah bijak, minimal tulisan itu memantul kembali sebagai pengingat. Bila itu sebuah tulisan peringatan tentang kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Minimal tulisan itu bisa menjadi penegur, memantul agar dirimu menjadi lebih baik."

JEMARI TANGAN mengangguk mendengarkan nasihat dari HATI. Dan OTAK pun dengan perasaan lebih rendah hati memberikan satu ide untuk ditulis oleh JEMARI TANGAN.

Sedangkan HATI, selepas memberikan nasihat-nasihat kepada saudara setubuhnya. Mendadak mencelos. Ia takut apa yang telah ia sampaikan, sebenarnya belum benar-benar ia terapkan pada dirinya sendiri.

@azurazie_

ISYARAT RINDU

Bila dirimu terbangun di sepertiga malam, dengan alarm. Qum! Bangunlah segera, upayamu sedang dimudahkan oleh-Nya. Niat sebelum tidur itu dikabulkan di saat itu juga. Maka, berwudhulah jangan ragu. Bersujudlah, menghamba kepada Rabbmu. Bersimpuh mengutarakan isi hatimu.

Bila dirimu terbangun di sepertiga malam, tanpa alarm. Qum! Bangunlah segera, itulah isyarat rindu. Allah tengah merindu keluh kesahmu, menunggu rintih lirih doa-doamu. Maka, berwudhulah jangan ditunda-tunda. Bersujudlah dengan debar rindu di dalam dada. Kebiasaan itu sudah melatih dirimu untuk bangun tepat waktu. Pertahankan itu.

Bila dirimu tidak terbangun di sepertiga malam dengan atau tanpa alarm. Berkecil hatilah, barangkali azammu belum kuat. Atau hatimu belum begitu terikat oleh rindu-Nya. Raba hatimu, biasa saja kah tanpa ada rasa kecewa. Tidak juga bergerak hati itu untuk berusaha di rindu di sepertiga malam-Nya. Renungi dalam-dalam. Sebelum hatimu benar-benar mati, tidak juga terpanggil. Walaupun hanya sekadar keinginan untuk bangun.

@azurazie_

Oktober 25, 2018

CARA ALLAH MENGHIBURMU

Pernahkah kamu, ketika sedang dalam keadaan crowded, suntuk, riweh dengan dateline ini itu, tiba-tiba banyak permintaan ini itu. Ketika yang demikian membuat kepalamu pening, rungsing dan pusing. Emosimu yang sedikit meningkat. Sembari rasa sabar itu pun kamu berusaha lebih kuat. Pada saat itu, tanpa kamu sadari, ada saja kejadian sederhana yang membuat ketegangan itu terasa lebih 'lunak' untuk sementara.
 
 Semisal, ketika sedang mengalami itu, tiba-tiba saja ponselmu berdering. Telepon dari nomor yang tidak dikenal atau bisa juga yang dikenal. Logikanya di saat-saat seperti itu, biasanya dirimu enggan untuk menerima panggilan. Dering ponsel itu kamu hiraukan. Toh, ada sesuatu yang lebih butuh perhatian. Lebih menuntut untuk diselesaikan. Tapi, ternyata ada yang menggerakkan hatimu untuk tetap mengangkat telepon itu. Terjadilah percakapan itu.
 
"Haloo." 
 
"Iya haloo dengan siapa, ya?" 
 
"Loh, kok? Ini dengan siapa? Ada apa tadi nomor ini menghubungi saya duluan." 
 
"Ah, masa? Apa kepencet, ya?" 
 
"Bisa jadi kali ya, dikira tiba-tiba nelpon ada apa." 
 
"Hehe... nggak kok. Kayaknya emang kepencet. Btw gimana kabar bro?" 
 
"Alhamdulillah sehat-sehat. Tinggal di mana sekarang, bro?" Seketika senyum itu merekah. Mendengar suara teman lama yang sudah lama tak saling memberi kabar pun begitu menyenangkan. Begitulah, percakapan sederhana itu cukup mampu menguapkan penatnya pikiran. Melemaskan otot-otot kepala yang tadinya tegang. Setelah itu kamu menjadi merenungi satu hal. Masya Allah, selalu ada cara Allah untuk menghibur hamba-Nya. Selalu ada sesuatu untuk mengingatkan hamba-Nya. Bahwa apa yang kamu sedang kerjakan, apa yang sedang kamu upayakan dengan sebegitu seriusnya. Dengan sebegitu menguras tenaga, konsentrasi, emosi. Hanyalah bersifat fana. Duniawi. Yang tidak sampai di bawa mati.  
 
Sungguh, selalu ada cara Allah untuk menghibur hamba-Nya. Semoga kita bisa selalu peka untuk merenunginya.
 
@azurazie_

Oktober 23, 2018

TETANGGA DI DUNIA MAYA

Di ‘galaksi’ dunia maya, ruang bebas tempat ribuan kata-kata berseliweran di sana. Tulisan-tulisan tentang segala informasi dunia ini. Baik yang benar-benar berupa info berharga, ilmu pengetahuan, berita-berita penting yang sedang terjadi. Maupun hanya keluhan-keluhan yang berceceran, ungkapan-ungkapan perasaan yang ikut berserakan.
Semua hal itu banyak tersedia di rumah-rumah maya yang tumbuh menjamur di sana. Baik berbentuk web, blog, tumblr, instagram dan media-media lainnya. Tulisan-tulisan itu setiap detiknya akan terus bertambah, menjejali otak setiap manusia-manusia yang ‘haus’ informasi dunia maya. Mereka yang selalu update dan rajin membacanya. Manusia-manusia yang keranjingan internet. Yang online dengan gaget-nya setiap menit.


Dan di antara rumah-rumah maya itu, berdiri sebuah ‘gubug sederhana’, yang ikut meramaikan euporia dunia maya. @azurazie_ nama pemiliknya, www.azurazie.com adalah alamat url-nya. Yang di setiap ada kesempatan akan memposting tulisan-tulisan sederhana di rumah maya itu. Berusaha menjamu pengunjung yang datang dengan tulisan-tulisan yang (semoga) bermutu. Atau setidaknya tersirat kebaikan di setiap kata-katanya. Yang bisa 'dibawa pulang' setelah membacanya. Barangkali itulah yang sejauh ini diharapkan oleh si pemilik akun.

Meski di lain sisi, dalam perenungan yang panjang. Ia mulai khawatir, bila apa-apa yang telah ditulis. Terlanjur dibagikan, ada 'duri dalam daging'. Ada yang menyinggung dalam perasaan. Ada yang keliru dalam perkataan. Ia menjadi tetangga yang buruk di dunia maya. Yang keberadaannya tidak menambah manfaat. Alih-alih hanya menambah 'ganjalan' di akhirat.

Maka, seyogyanya penduduk setempat dalam perkampungan. Ia ingin terus berusaha membaur dalam perkumpulan-perkumpulan yang positif. Dalam diskusi-diskusi yang manfaat. Menyimak nasihat demi nasihat para 'sesepuh' yang lebih dulu hijrah dalam kebaikan. Ia berusaha membaur tanpa harus melebur. Tetap memiliki pendirian dalam kokohnya pijakan. Sambil sesekali mengutarakan pendapat. Ia ingin ikut punya andil dalam mufakat. Ia berusaha menyapa dengan sopan, ikut menyeru kebaikan dalam pesan.

Dan pada waktunya, sebelum dirinya terlanjut (suatu saat) menghilang dalam peredaran. Entah faktor apa yang menyebabkan itu. Diluar kuasanya dalam berusaha. Satu harapnya,   maafkan ia bila dalam 'tegur sapa' sebagai tetangga di dunia maya. Ada yang tidak berkenan. Barangkali satu-dua ada becandanya yang berlebihan. Komentar-komentar atau sekadar like yang kurang berkenan. Semoga itu menjadi pemakluman. Sebagai tetangga yang selalu ingin terlihat akrab dan ingin suasana selalu hangat.

@azurazie_

Oktober 18, 2018

CERITA TENTANG BLOG DI MASA ITU

Saya aktif ngeblog per november 2011. Sudah lama juga ya, dari zaman nama blognya agak 4lay. Sampai akhirnya memutuskan menggunakan jasa web berbayar kira-kira dari 5 tahun yang lalu. Hingga sampai hari ini beralamatkan azura-zie.com. Alhamdulillah.

Banyak hal menarik ternyata dari #ngeblog ini, salah satu di antaranya memiliki teman sehobi yang sama. Suka berbagi tulisan. Atau bisa dibilang suka curhat lewat tulisan. Dari berbagai macam daerah. Baik yang pernah bertemu di dunia nyata. Maupun sama sekali belum pernah kopidarat. Yang beberapa masih aktif berkomunikasi sampai hari ini. Lebih banyak lagi yang sudah tidak tahu bagaimana lagi kabarnya. Blognya pun sudah mirip goa yang lama tidak pernah dihuni. Horor. Sudah tidak ada update postingan bertahun-tahun. Saya berdoa di mana pun mereka berada semoga selalu dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala. Dari blog ini juga lah, pada akhirnya proses belajar menulis dengan baik itu berlanjut hingga hari ini. Alhamdulillah. Suka merasa heboh sendiri juga bila melihat jumlah postingan blog dari 2011-2018. Ternyata sudah sebanyak itu. Sambil mengingat-ingat apa aja yang sudah berhasil di tulis dengan baik. 

Apalagi kalau di baca ulang secara random, suka ke pingin ketawa sendiri. Ternyata pernah menuliskan itu. Ternyata pernah mengalami cerita itu. menarik kan, ternyata adalah benar kenangan itu bisa saja mengendap dalam tulisan. 

Dari blog ini juga lah saya menyadari satu hal, bila dulu sewaktu masih sekolah bisa dibilang menyepelekan pelajaran bahasa indonesia. Ternyata setelah menekuni dunia literasi, ejaan yang disempurnakan itu sangat penting. Bahwa yang namanya ilmu itu tidak bisa disepelekan. Suatu saat kita sangat butuhkan. Kita pasti pernah merasa gregetan ketika membaca sebuah buku, dan kita dapati banyak sekali typonya. Salah tulisnya. Iya kan?
Dan benar adanya, menulis pun bagi saya merupakan katarsis yang baik. Kita bisa menyalurkan unek-unek di kepala. Buah pikiran. Ganjalan di hati. Salah satunya bisa melalui tulisan. Segala bentuk ekspresi itu tumpah ruah dalam tulisan. Efeknya bisa merasa lebih lega setelah berhasil menuliskannya. Walaupun kasarnya tulisan itu pada akhirnya cuma kita sendiri yang membacanya. Yang suatu hari kita bisa merenungi sesuatu dari tulisan itu sendiri.

Makanya, saya selalu salut kepada penulis-penulis, yang dengan tulisan-tulisannya bisa membuka pikiran orang lain menjadi lebih baik. Membuka sudut pandang yang berbeda. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini kita mungkin bingung harus ke mana mencari jawabannya. Tulisan yang menginspirasi untuk menjadi lebih baik. Terbuka dan berlapang dada. Salut! Semoga kebaikan-kebaikan itu terus mengalir kepada mereka.  

Suatu hari tiba-tiba terbersit kesadaran itu. Bahwa setiap sesuatu ada umur-umurnya. Ada masa-masanya. Seperti masa-masa #ngeblog itu. Barangkali untuk #blogger yang pernah saya kenal dulu, sudah tidak menjadi prioritas utama mereka untuk mengisi blog. Suka tiba-tiba sedih rumah tetangga di dunia maya itu sudah lama ditinggalkan pemiliknya.

Segala sesuatu ada umur-umurnya. Tidak menutup kemungkinan masa-masa blog itu pun ada batasnya. Ada sudahnya. Entah aplikasinya yang sudah tidak bisa di akses. Seperti para pendahulunya : #friendster atau yang baru baru ini #path. Makanya sebelum itu terjadi ingin rasanya mem-backup tulisan-tulisan di blog itu. Agar suatu saat ketika ingin dibaca. Masih bisa. Tercetuslah ide untuk membukukan nya dalam buku #Lakaranminda dan #titiktemu. Kedua buku itu adalah tulisan-tulisan di blog yang dibukukan.
Seperti kedua buku pendahulunya #tjintayangbercerita itu pun sama. Berisi tulisan-tulisan yang pernah dimuat di blog, yang diperbaharui agar lebih 'enak' dibaca. Ada beberapa judul juga yang belum pernah diposting di mana-mana. Ada kurang lebih 41 judul tulisan. Yang random sekali. Yang diurut sesuai abjad. Dari A hingga Z.

Sebagai seseorang yang cukup hobi membaca dan mengkoleksi buku. Rasanya ingin di antara jejeran buku koleksi itu ada buku tulisan sendiri. Alhamdulillah terwujud. Dua novel #NafAs2Masa dan #KampusHijaiah sudah ada dalam versi cetaknya.
Dengan harapan, semoga apa-apa yang pernah ditulis selalu bisa menjadi pelajaran berharga untuk diri sendiri. Minimal belajar mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif. Contohnya menulis.

Demikian cerita blog kali ini. Apa ceritamu wahal #blogger tanah air? :) #blogger
 


@azurazie_

Oktober 14, 2018

TANPA TENDENSI

Seringnya kita, menuntut lebih untuk mendapatkan sesuatu. Alih-alih setelah mengeluarkan lebih banyak dari biasanya. Begitulah, fase memberi kita masih banyak mempertimbangkan untung rugi. Masih menitikberatkan timbal balik. Baik yang berhubungan dengan manusia dan bumi. Maupun yang berhubungan dengan langit dalam doa. 

Ingat-ingat, dalam berdoa pun kita seringnya menuntutnya lebih. Dalam bersedekah kita mengharapkan sesuatu yang lebih berlipat ganda. Selalu ada yang merasa, setelah mengeluarkan lebih banyak, harus kembali pun berkali lipat. Memang penting sih untuk berharap yang demikian. Itu namanya motivasi agar doa dan sedekah lebih bersungguh-sungguh lagi. Tentu dalam catatan hanya diri sendiri yang tahu ritual itu. Jauh dari kata riya dan keinginan dipuji-puji setelahnya.

Akan tetapi, tak bisakah kita sekali-sekali memberi, ya, memberi saja. Berdoa, ya, berdoa saja. Tanpa tendensi apa-apa. Memberi yang tulus, berdoa yang tulus. Dengan tidak memikirkan tuntutan apa setelah yang kita lakukan. Bukankah janji Allah adalah benar. Tanpa menuntut pun, doa itu akan dikabulkan. Sedekah itu akan dilipatgandakan. Maka, cukuplah kita hanya memberi. Cukuplah kita hanya melakukan. Untuk kebaikan-kebaikan setelahnya, biar dipercayakan kepada Allah saja. Toh, sejauh ini kita hidup memang sudah benar-benar dirawat oleh Tuhan Yang Maha Baik dan Mengatur Kehidupan kita di masa depan. Bijaknya, kita cukup hidup dalam aturan-aturan yang telah ditetapkan. Itu saja.

@azurazie_

Oktober 13, 2018

BUKU FUTUR(E)


Pernahkah kamu mendengar sepotong nasihat bijak : Jangan pernah mengumbar kata cinta kepada seorang perempuan, bila belum siap untuk menikahinya. Atau di satu sisi, jangan pernah termakan rayuan gombal seorang laki-laki, bila ia belum ada keberanian untuk menemui walimu.

Karena itu hanya bentuk perasaan semu, yang mudah buyar dan ambyar seiring perjalanan waktu. Tidak ada ikatan yang mengukuhkan.

Berawal dari nasihat-nasihat itu, lahirlah Futur(e). Tentang kisah dua orang yang menahan 'gemas' ingin mengutarakan perasaan masing-masing dengan gamblang. Dengan terang-terangan. Tapi berkomitmen dengan azamnya sendiri untuk menahan itu semua. Menunggu dalam ketepatan waktu. Hingga perasaan itu hanya saling menyapa dalam 'sindiran-sindiran' tulisan pendek. Sama-sama tahu bahwa itu yang dimaksud satu sama lain. Tapi keduanya sekadar cukup tahu. Sampai benar-benar ada ikatan.

Allah Maha Tahu niat baik mereka. Hingga lahirlah Futur(E) pada ketetapan-Nya.

Pernahkah kamu menunggu, dengan hati yang begitu berdebar? Getar-getar rindu, bercampur baur dengan cemas. Dalam benak ikut bertanya-tanya, yang telah lama ditunggu akankah benar-benar akan datang? Yang lama di nanti, apakah benar-benar yang diharapkan? Penuh khawatir. Menaruhkan seluruh keyakinan. 50:50. Gambling. Karena keterbatasan tahu, apa yang sebenarnya terjadi di masa depan. Keterbatasan tahu, apa yang sebenarnya akan datang. 

Apakah hanya bermodal keyakinan itu, hati menjadi jauh lebih tenang? Yakin bahwa sesuatu yang memang ditakdirkan dan akan menjadi milikmu, tanpa ditunggu pun, pasti akan datangnya. Apalagi bila dibarengi dengan niatmu menunggu. Bukankah itu pun adalah bentuk usaha? 

Tapi apakah hati sudah seyakin itu? Bukankah kita lebih tenang bila sesuatu itu terlihat wujudnya? Hanya berjarak sepelemparan batu. Lalu, sejauh ini apa yang membuatmu masih bertahan menunggu? 

#Futur(E)
@SekitarPutri
@azurazie_

LIHAT DENGAR RASAKAN

Sebagai makhluk yang berpikir, manusia tidak selalu harus lebih dulu menjadi pakar akan sesuatu. Agar tiap-tiap pertanyaan dalam hidupnya, sedikit banyak ada jawaban. Cukup mengasah kepekaan pada sekitar yang masih dalam jangkauannya. Melihat dengan lebih jeli, mendengar dengan lebih fokus dan merasakan dengan lebih halus. Dengan begitu, tentu ada sesuatu yang berhasil ia tangkap dalam inderanya. Sesuatu yang bisa dipikirkan lebih jauh. Direnungi lebih dalam. Pada akhirnya, ada hikmah pelajaran pada tiap kisah. Baik cerita hidupnya sendiri ataupun kisah dari hidup orang lain.

Maka, boleh jadi apa yang telah kamu lihat, apa yang telah kamu dengar, apa yang telah kamu rasakan, adalah sepotong jawaban dari apa yang selama ini kamu pertanyakan. Dalam konteks lain, apa yang selama ini kamu cari, sebenarnya selalu di dekatmu sendiri. 

Maka, mulailah belajar untuk melihat, mendengar dan merasakan dalam kepekaan lebih dalam. Untuk kemudian dipikir dan renungi diam-diam. Tentunya untuk sesuatu yang lebih baik lagi, kedepan.

@azurazie_

Oktober 12, 2018

KEPALA DAN HATI


Tiap-tiap kepala memiliki pertanyaan yang berbeda-beda. Mulai  dari doa yang selalu bertambah, belum juga matang. Hingga harapan-harapan yang terus bertumbuh dan belum juga datang. Dari perkara yang remeh tak terlalu penting. Hingga sesuatu yang krusial dan terasa genting. Jika di waktu dekat, tidak juga dapat. Keinginan manusia yang beraneka ragam, yang seringnya tidak didasari dengan kemampuan.

Dari begitu banyak pertanyaan itu, menimbun dalam kepala untuk dipikirkan. Meski kebanyakan tidak tahu persis, kapan perkiraannya bisa peroleh jawaban.

Allah yang Maha Kuasa mencipta kepala dalam bentuk yang sangat istimewa. Mampu menampung semua kegelisahan itu dengan kapasitas muatan yang luar biasa. Ya, meski bila terlalu dipikirkan, ujung-ujungnya sedikit pening dan kebanyakan pusing.

Alhamdulillahnya, tidak berlaku untuk hati. Kapasitas dan daya tampungnya jauh lebih luas dari kepala. Apalagi hati yang terdidik untuk selalu merasa lapang dalam penerimaan. Hati yang memiliki pemahaman baik yang selalu berhusnudzon di tiap-tiap keadaan. Hati itu mampu membantu mereda pusing di kepala.

Seperti kisah #kampushijaiah, dari Alif, Ba, Ta, Hingga Ya. Semoga hatimu selalu mampu membimbing kepala, untuk memikirkan banyak jalan keluar dengan rasa sabar dan syukur. Untuk tiap-tiap pertanyaanmu tentang banyak hal. Dari  cara A hingga Z, masa tidak ada satupun yang terpenuhi jawabannya. Mari banyak berpikir.

@azurazie_