April 16, 2024

PANGGILAN DALAM HIDUP

 Setidaknya ada 3 jenis panggilan yang menyapa dalam hidup kita. 


*Pertama*, panggilan yang telah ditentukan waktu-waktunya. Sifatnya *WAJIB*. Mengikat kepada tiap-tiap muslim yang tunduk pada aturannya. Sudah kodrat sebagai seorang hamba. Untuk panggilan ini, seharusnya kita selalu *SIAP*, karena tidak ada alasan untuk meninggalkannya. Di manapun dan dalam keadaan apapun. Selagi masih diberi kesempatan untuk hidup. Akan tetapi terkadang justru kitanya yang tidak selalu *SIGAP* untuk memenuhi panggilan itu. Panggilan pertama adalah panggilan adzan untuk menunaikan shalat yang 5 waktu. Saking wajibnya tidak boleh ditinggal, apabila tidak mampu berdiri, maka lakukan dengan duduk, tidak mampu duduk, maka lakukan dengan berbaring, tidak mampu dengan berbaring, maka lakukan dengan isyarat mata, tidak mampu dengan yang terakhir itu, maka tinggal di shalatkan. 


*Kedua*, panggilan yang sama sekali kita tidak mengetahui akan ketepatan waktunya. Rahasia. *WAJIB* juga sifatnya, karena tidak ada satupun makhluk yang bernyawa yang tidak luput dari panggilan itu. Semua ada jatahnya masing-masing.  Ironisnya untuk panggilan yang ini, sepertinya kita tidak akan selalu *SIAP*. Dan untuk menyambutnya pun *SIKAP* kita lebih banyak *KHILAF*. Panggilan kedua adalah panggilan azal yang bisa datang sewaktu-waktu. Tidak melulu ketika sakit, boleh jadi ketika sedang sehat-sehatnya. Tidak melulu ketika sempit, boleh jadi saat sedang lapang-lapangnya. 


*Ketiga*, panggilan yang prioritasnya ada pada hak Allah, sebagai penentu waktu terbaiknya. Sifatnya juga *WAJIB* karena termasuk dalam rukun yang lima. Dengan syarat khusus : *Jika Mampu*. Akan tetapi mampu di sini perlu *_digaris bawahi_* Mampu bukan dalam ukuran atau hitungan matematika manusia. Karena prioritas panggilan itu, tidak selalu didasari dari kacamata *MAMPU* dalam  pandangan manusia. Akan tetapi sering terjadi didasari dengan sejauh mana ia *MAU* pada pandangan Allah. Panggilan ketiga itu adalah ke Baitullah. Berapa banyak yang menurut pandangan manusia sudah *MAMPU* dalam segi materi, segi kesehatan dan lain-lain akan tetapi kesempatan itu belum juga datang. Panggilan itu belum juga ada. Sedangkan yang sekadar bermodalkan *KEMAUAN* mau dalam kerinduannya, mau dalam keinginannya untuk menyempurnakan rukun dalam ibadahnya. Justru menjadi prioritas panggilan Allah. Allah *MAMPUKAN* dengan kehendak-Nya. 


Maka, kira-kira mana dari ketiga panggilan itu yang kedepannya menjadi prioritas diri kita masing-masing. 

Mari berharap, panggilan pertama akan selalu mampu kita tunaikan dengan *SESIGAP* mungkin. Panggilan kedua kita nanti sedang *SESIAP-SIAPNYA*. Setelah tuntas atau sedang memenuhi panggilan yang ketiga. Aamiin ya Rabb.


@azurazie_

April 09, 2024

SEBENARNYA APA YANG SEDANG KITA RAYAKAN?

Di iringi dengan sahut-sahutan takbir yang menggema, aku merenung. Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan?

Rasanya untuk merayakan menyambut lebaran itu akan lebih bermakna, akan lebih mengena, atau lebih diperuntukkan bagi mereka yang sejak hari pertama hingga akhir Ramadhan konsisten bersungguh-sungguh dalam mengisinya, sepanjang siang dan malam. Mengisi dengan amalan-amalan terbaik. Dalam bilangan-bilangan yang terbanyak. Dengan tingkat kekhusuan yang teruji. Sungguh-sungguh menjalaninya. Sungguh-sungguh dalam mengupayakan keberkahannya. Mengejar keutamaan-keutamaan yang ada pada Ramadhannya. 

Maka, akan pas sekali apabila mereka menyambut merayakan lebaran dengan suka cita. Setelah bersusah payah dalam ketaatan, untuk meraih gelar ketakwaan.

Sedangkan kita? Apa yang sejauh ini sudah kita kerjakan? Yang sejauh ini sudah kita upayakan? Yang bisa kita banggakan oleh diri kita sendiri?

Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan?

Jangan-jangan kita cenderung sedang merayakan kepergian Ramadhan. Yang selama satu bulan penuh, merasa dipaksa untuk bangun malam, karena diharuskan sahur. Merasa dipaksa untuk menahan lapar dan dahaga, karena diharuskan berpuasa. Merasa dipaksa untuk membuka mushaf Al-Qur'an, karena ada target harian. Dan amalan-amalan ibadah lain yang sifatnya masih harus dipaksa, agar kita lebih rutin untuk mengerjakannya.

Tentang shalat wajib yang masih harus dipaksa untuk berjamaah. Tentang menambah shalat-shalat sunnah yang masih harus dipaksa untuk mengerjakannya. Dan tentang rutinitas ibadah lain selama bulan Ramadhan yang kita kerjakan bukan sekadar memang didasari oleh kebutuhan, tetapi masih sekadar untuk menggugurkan kewajiban.

Maka, rasa-rasanya yang sedang kita rayakan adalah tentang kepergian Ramadhan. Dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Merayakan dengan suka cita karena esok hari sudah kembali bebas melakukan ini itu. Tidak lagi harus berpuasa, tidak lagi harus bangun malam, tidak lagi harus membuka mushaf secara rutin. Naudzubillah..

Atau kita sudah mulai merenungi banyak hal, ternyata tanpa Ramadhan, kualitas ibadah kita bukanlah apa-apa. Kuantitas ibadah kita tidaklah seberapa. Dan mulailah kita merasa berduka, takut setelah kepergiannya tidak adalagi kendali atas perbuatan-perbuatan kita yang suka melampaui batas. Yang banyak lalainya. Yang banyak ditunda-tundanya. Ya, Rabb betapa nestapa rasanya.

Dan mulailah kita berdoa secara sungguh-sungguh, berharap dalam-dalam, semoga masih diberi kesempatan di tahun depan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan. Dengan kesiapan diri yang lebih baik dari tahun ini. Dengan kesehatan yang paripurna, kesempatan yang lebih leluasa. Umur yang barokah dan keluarga besar kita yang masih utuh. Aamiin ya Rabbal'alamin.


@azurazie_

April 06, 2024

MAMPU SESUAI MAU

Pintaku sederhana, bila apa yang aku mau sedang tidak sejalan dengan apa yang aku mampu. Maka, mampukan aku untuk selalu menerima apa yang Engkau mau, ya Rabb. Dengan begitu semoga aku selalu ada dalam golongan orang-orang yang bersabar dan bersyukur.

@azurazie_


Maret 29, 2024

UNTUK ANAK PEREMPUAN

Nak, kelahiranmu bukan sekadar menjadi qurrota 'ayun untuk kedua orangtuamu. Akan tetapi secara bersamaan, mulai menambah peran keduanya untuk menjadi orangtua yang utuh. Menjadi ayah yang berkewajiban membimbing, menasehati, menerapkan sifat haya-rasa malu sebagai perempuan untuk terjaganya marwah kehormatan. Dan puncak peran seorang ayah  untuk keluarganya yang termaktub dalam firman-Nya adalah menjauhkanmu dari api neraka. 

Pun demikian, berperan sebagai seorang ibu untuk menjadi madrasah terbaik sepanjang usiamu, tempat terbaik untukmu dalam mencicipi remah-remah bijak kehidupan. Yang sudah dimulai dari masa kandungan, dalam buaian, hingga dirimu pun kelak memenuhi takdir yang sama dengannya (menjadi seorang ibu). 

Maka, bertumbuhlah dengan baik, dengan sebaik-baiknya pertumbuhan. Barakallah.


@azurazie_

TENTANG PAKAIAN

 *Tips Ramadhan malam ke-19*


Biasanya menjelang akhir Ramadhan, sudah mulai pada sibuk mencari pakaian baru untuk dipakai saat lebaran. Bahkan ada yang bela-belain puasanya sampai bolong cuma untuk menemukan pakaian sepotong, atau tarawihnya malah ditinggal karena mengejar diskon yang tinggal enggal. 


Padahal lebaran itu seharusnya bukan hanya tentang siapa yang paling baru pakaiannya. Akan tetapi tentang siapa yang akhirnya menyadari isi lemarinya sendiri. Seberapa banyak baju yang tidak pernah dipakai lagi. Mubadzir loh! 


Seharusnya lebaran itu bukan lagi tentang kuantitas pakaian baru yang dipunya. Akan tetapi tentang seberapa % bertambah baik kualitas pakaian yang ada untuk menutupi setiap lekuk titik auratnya.


@azurazie_

Maret 28, 2024

KETELADANAN

 *Kisah Ramadhan malam ke-18*


Minggu ini bisa dibilang yang paling sering menerima pertanyaan yang sama, dari orang-orang yang berbeda. Tentang keberadaan bapak yang memang 'dayanya' sedang turun sehingga tidak memungkinkan untuk berjamaah 5 waktu seperti biasanya.


"Pak Haji ke mana?"

"Pak Haji ga ke masjid?"

"Pak Haji ga kelihatan, biasanya udah ada."


Bahkan ada yang tiba-tiba menghampiri sembari membawa sepiring berisi empat buras, kemudian bertanya. "Pak Haji ga ke masjid lagi? Padahal udah disiapin buat bukaannya."


Masya Allah, terharu rasanya. Karena apa? Benar adanya, sejarah itu berulang. Keteladanan itu dekat di depan mata. Tetiba teringat kisah sahabat-sahabat Nabi yang soleh, yang saling menanyakan ke mana si fulan, ke mana si fulan. Perhatian kepada saudara seimannya. Ketika tidak didapati berada dalam barisan shalat berjamaah di Masjid bersama Rasulullah.


Indah rasanya apabila keberadaan kita dirindukan karena kebiasaan baiknya. Di tempat dan keadaan yang memang baik dipandangan Allah maupun dipandangan sesama manusia. 


Maka, bagi kita semua yang memiliki cita-cita ingin sekali dirindukan oleh syurga, setidaknya saat masih berada di dunia, saat masih hidup, minimal menjadi orang yang dirindukan oleh (jamaah) masjid. Oleh saudara-saudara seimannya. Dengan rajin shalat berjamaah di kala sedang gagah-gagahnya, pun di kala sedang payahnya.


@azurazie_

Maret 27, 2024

DOA MALAM NUZULUL QUR'AN

 Doa malam Nuzulul Qur'an


Bismillah, ya Rabb dengan kemulian malam ini, pada bulan Ramadhan tahun ini. Semoga Engkau berkenan menghimpun setiap kebaikan-kebaikan dari huruf-huruf hijaiah yang sudah kami eja, sejak usia dini ketika belajar mengeja alif-ba-ta hingga ya. Hingga malam ini dan sampai akhir hayat, pada Al-Qur'an yang akan kami baca. Hendaknya Engkau berkenan menghimpun kebaikan itu, menjadi mahkota kemuliaan yang ingin kami anugerahkan kepada orangtua kami, kepada guru-guru kami, yang telah berjasa mengajarkan cara mengeja kalam-Mu dengan benar, membaca Firman-Mu dengan tartil. Dengan kebarokahan ilmunya. Kami berharap semoga mahkota kemuliaan itu, menjadi keberkahaan dari-Mu yang tidak akan terputus, pada masa hidup mereka di dunia sampai pada masa hidup di akhiratnya. Aamiin. Alfaatihah.

Maret 03, 2024

TOLAK UKUR

Dalam hal keberuntungan, tolak ukur kita melihatnya selalu yang berada di paling atas. Maka jadilah rumput tetangga selalu nampak lebih hijau dibanding rumput sendiri. Padahal kita tidak tahu seberapa besar perjuangan dan pengorbanan mereka hingga mampu berada di titik itu. Yang seandainya kita tahu, belum tentu juga kita mampu melakukan hal yang sama. Maka yang lebih tumbuh subur sifat iri. Dibanding qonaah.


Sedangkan dalam hal ketidakberuntungan, kita sendiri yang menempatkan di titik paling bawah. Seolah-seolah jadi manusia yang sedang paling nelangsa saat itu. Paling terpuruk keadaannya. Padahal lagi-lagi kita tidak tahu, yang kita anggap ketidakberuntungan itu. Bagi orang lain hanyalah kerikil di kaki mereka. Sebab sudah pernah melalui yang lebih dari itu. Sedangkan bagi kita kerikil itu saja sudah menghambat langkah untuk maju. Sudah terasa berat untuk dijalani. Menjadi beban yang berlebihan. Seolah tertumpuk di pundak.


Maka yang ada kita selalu mengeluh. Bukan bersabar.


Egois ya? Itulah kebanyakan dari kita.

@azurazie_

Februari 22, 2024

MAKNA BERJUANG

 Sungguh mudah bagi Allah untuk membolak balikkan hati manusia. Maka, bersyukurlah ketika masih dibalikkan kepada yang hak, yang baik, yang benar dalam hidayah-Nya. Sekalipun mungkin karenanya itu, kita berada di antara golongan orang yang segelintir. Yang sedikit.


Tak apa jikalau harus kalah dalam perhitungan yang dibuat oleh sistem manusia. Tapi yakinlah kita sudah menang dalam keberpihakan yang lebih baik di hadapan Allah ta'ala.


Karena pejuang yang berpegang teguh bahwa : ketika menang berarti Allah izinkan, jika pun kalah itu artinya Allah selamatkan. Sejatinya kedua ketetapan itu apapun yang pada akhirnya ditakdirkan adalah sebenar-benarnya kemenangan yang nyata.


@azurazie_

Januari 23, 2024

PINTU-PINTU

Tentang kebaikan yang datang dan kemudahan-kemudahan dalam tiap-tiap urusanmu, maka itulah kasih sayang yang Allah berikan kepadamu.

Boleh jadi atas sebab terkabulnya doa tulus kedua orang tuamu dari sejak dalam kandungan sampai saat ini.

Boleh jadi atas sebab kebaikan-kebaikan yang lebih dulu kau lakukan kemarin-kemarin.

Boleh jadi atas sebab nilai sedekah yang telah kau keluarkan.

Boleh jadi atas sebab Shalawat-Shalawat atas nabimu yang setiap hari kau lantunkan dengan sepenuh cinta dan kerinduan.

Boleh jadi atas sebab amalan-amalan rahasia yang sengaja kau rutinkan.

Boleh jadi atas sebab doa-doa yang orang lain khususkan untukmu secara diam-diam.

Maka, bersyukurlah atas kebaikan-kebaikan dan kemudahan-kemudahan itu yang datang dari banyak pintu-pintu. Maka, jagalah pintu-pintu itu agar satupun tidak tertutup. 

Dan tentang kemalangan yang datang padamu, sudah tentu itu akan selalu cenderung atas sebab dosamu sendiri yang kau telah lakukan. Pintu kemalangan itu justru seringnya dibuka atas sebab perilakumu sendiri. Yang karenanya bisa membuat pintu-pintu kebaikan itu menjadi tertutup satu persatu. 


@azurazie_

Januari 13, 2024

SAJADAH YANG KESEPIAN

Aku adalah sajadah yang kesepian di sebuah surau di kampung ini. Yang selalu merasa dingin ketika waktu subuh tiba. Aku bertanya-tanya, kenapa di waktu itu selalu tidak banyak orang yang datang ke surau ini. Apa memang di kampung ini sudah sedikit sekali kaum laki-lakinya yang berkewajiban shalat berjamaah. Apa di kampung ini sudah tidak banyak yang perlu mengaduh dan bersujud kepada sang penciptanya. Sungguh aku sebagai sajadah yang selalu menanti kedatangan mereka bertanya-tanya. 

Akan tetapi aku sedikit punya harapan, infonya tinggal 60 hari dari hari ini bulan Ramadhan akan datang. Biasanya pada bulan tersebut surau ini akan kembali ramai pada waktu subuh. Bahkan anak-anak kecilpun ikut berlarian di atas ku. Rasanya aku sudah tidak sabar menanti hal itu. Sembari berharap pada Ramadhan tahun ini akan lebih banyak lagi yang konsisten meramaikan waktu subuh di tiap harinya. Semoga.


Januari 11, 2024

BALOK PERASAAN

Sejak membuka mata, kita mulai menyusun balok-balok perasaan. Mulai dari rasa syukur karena masih dibangunkan setelah semalaman tidur. Kemudian pergi untuk melewati aktivitas-aktivitas rutin sehari-sehari. Bekerja. Berniaga. Berlibur. Mencari sesuatu dan lain-lain. Balok-balok perasaan itu semakin beragam bentuknya. Terlebih setelah bertemu-bersinggungan-bersisian dengan banyak orang. Baik yang memang sudah dikenal maupun orang asing di jalan. Dengan berbagai macam karakter dan kepentingan-kepentingannya masing-masing. Balok-balok perasaan itu semakin berwarna. Bahagia. Senang. Sedih. Sebal. Merasa lelah. Penat. Mulai muak. Pusing. Merasa diburu-buru. Dan warna-warna lain yang terkadang di luar kendali kita. Sampai-sampai sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata.

Kemudian balok-balok perasaan itu akan sempurna setelah kembali ke rumah. Ketika disambut ceria oleh  keluarga yang kita sayang. Anak yang menyambut ceria dengan celotehnya tentang ini itu yang sudah ia kerjakan seharian. Pamer tentang mainannya. Pamer tentang pencapaiannya. Istri yang sumringah tersenyum karena sudah merasa lega suaminya sampai rumah. Merasa senang karena kembali ditemani untuk menghadapi kerandoman anaknya. 

Balok-balok perasaan itu menjadi utuh setelah sampai rumah. Sekalipun kita sama-sama tidak tahu persis apa warna balok perasaan yang paling dominan di diri masing-masing. Yang di rumah tidak tahu persis kondisi apa yang sudah dialami di luar seperti apa. Yang baru pulang pun demikian tidak tahu persis seharian keadaan rumah seperti apa. Sama-sama tidak tahu tentang keruwetan-keribetan masing-masing. 

Akan tetapi balok-balok perasaan itu dirasa menjadi utuh. Menjadi bentuk yang sempurna - terlepas tampilan yang terlihat seperti apa. Rasanya sempurna saja. Karena pada waktunya semua balok-balok perasaan itu dari pertama terbentuk semenjak bangun tidur sampai kembali pulang, dirasa sempurna karena kembali bersama di bawah atap yang sama bernama keluarga. 

@30haribercerita 
#30hbc2411
#30haribercerita 
#azurazie_ 

Januari 09, 2024

SUDAH BERAPAKAH BERSHALAWAT HARI INI?

Tahun 2024 ayo lebih bersemangat untuk perbanyak shalawat kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Minimal untuk tiga hal ini :

1. Bershalawat karena memang menyenangkan. Ringan di lidah. Mudah dilafalnya. Fleksibel bisa kapan dan dimana saja. 

2. Bershalawat karena menenangkan. Urusan-urusanmu terasa lebih mudah. Karena rasanya hati lebih riang. Lebih gembira. 

3. Bershalawat agar bisa memenangkan. Terus berharap agar shalawat yang kita baca pada akhirnya bisa memenangkan hati Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Kita dapat perhatiannya. 

Jadi, sudah berapa banyak shalawat hari ini? Mulai di target ya sehari minimal harus berapa. Agar lebih konsisten.

@azurazie_

Januari 07, 2024

TENTANG PAKAIAN

Selalu terlihat memakai baju-celana itu-itu saja bukan sebuah kekurangan. Boleh jadi sebenarnya itu ada nilai kelebihannya. Sebab, nanti apa yang kita miliki di dunia ada hisabnya. Ada pertanggungjawabannya. Termasuk apa yang kita pakai. Untuk tulisan ini akan menitikberatkan soal pakaian. Semakin sedikit punya baju, semakin sedikit yang perlu kita pertanggungjawabkan nanti.

Maka, penting rasanya sesekali mengingat kira-kira pakaian mana yang kita punya, yang belum pernah kita pakai dalam menunaikan ibadah. Belum pernah kita pakai untuk shalat. belum pernah kita pakai untuk pergi menuntut ilmu. Pergi silaturahmi. Mencari nafkah dan bentuk kegiatan lain yang ada banyak unsur kebaikan-kebaikan di dalamnya. Mininal satu kali dalam seumur hidup kita pernah memakainya untuk hal-hal demikian. Yang di saat nanti tiba waktunya untuk dipertanggungjawabkan, pakaian-pakaian itu bisa bantu bersaksi untuk sebuah kebaikan. Semoga dengan begitu hisab atas kepemilikan kita menjadi lebih ringan. 

Maka, penting juga sedari awal ketika membeli carilah pakaian yang baik untuk dipakai dalam moment apapun. Dipakai silaturahmi-berlibur-bermain dirasa aman. Dipakai untuk shalat pun pantas dan sopan. Dalam artian pakaian-pakaian itu sudah memiliki kelayakan untuk menutup aurat dan membantu menjaga kehormatanmu.

Jadi, jangan sekalipun usil ketika melihat orang yang kita kenal, memakai pakaian yang itu-itu saja di setiap moment kegiatannya. Terlepas ia masih memiliki pakaian lain atau tidak. Boleh jadi ia hanya memang sedang menerapkan prinsipnya. Menerapkan pemahamannya. Sedang berusaha meminimalisir sesuatu yang kelak belum tentu ia mampu pertanggungjawabkan. 


@30haribercerita
#30hbc2407
#30haribercerita
#pakaian
#azurazie_

Januari 06, 2024

TEMPAT YANG MENJADI SAKSI SUJUD



يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَا رَهَا 
"Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,"
(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 4)

Alangkah beruntungnya apabila yang diberitakan oleh bumi adalah seberapa banyak tempat yang pernah kita pakai untuk bersujud. Makanya, ketika sedang melakukan perjalanan yang apalagi jarak tempuhnya jauh, sebaiknya sempatkan diri untuk mampir ke masjid-masjid yang kita lewati. Agar kita punya sejarah semasa hidup pernah shalat di masjid A sampai masjid Z. Lebih beruntung lagi shalatnya berjamaah dengan orang-orang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya. Jamaah transit yang sama-sama menumpang shalat di masjid itu. Beruntung, kita memiliki saksi hidup yang banyak nanti. 

Atau bisa juga mulai diperhatikan sudut-sudut rumahmu yang belum pernah digelar sajadah di atasnya. Agar di rumahmu tidak hanya ada satu sudut yang pernah dipakai untuk tempat shalat. Tentu perlu diperhatikan juga soal kebersihan atau layak atau tidaknya shalat di sana. 

Karena hal ini juga, maka sangat dianjurkan ketika sehabis shalat fardu untuk menggeser atau berpindah tempat ketika hendak melanjutkan dengan shalat sunnah ba'diyah setelahnya. 

Besar harapan kita semua, semoga kelak apa yang diberitakan oleh bumi adalah tentang lebih banyak tempat-tempat yang baik yang pernah kita gunakan untuk beribadah. Bukan sebaliknya yang kita gunakan untuk tempat bersenda gurau atau lalai. 

@30haribercerita 
#30hbc2406 
#30haribercerita 
#sujud 
#azurazie_ 

Januari 04, 2024

YAKIN DENGAN REZEKI

Bila sepenuh yakin bahwa rezekimu sudah sesuai dengan takaran. Seharusnya tidak akan mengganggu waktu ibadah dalam proses mengupayakannya. 

Bila sepenuh yakin bahwa rezekimu tidak akan tertukar. Seharusnya tidak ada pernah terbesit dalam pikiran untuk mengambil bagian orang lain. 

Dan apabila masih cenderung demikian, apa mungkin dirimu belum benar-benar seyakin itu? 

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ


Artinya: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." (Surat Hud Ayat 6) 

@azurazie_

Januari 02, 2024

HUJAN PERTAMA DI 2024



Aku iri kepada mereka yang khusu dalam doanya. 
Tentang mereka yang sepenuh yakin akan didengar rintihannya. Dalam pengaduannya. Dalam sujud panjangnya. 

Bermunajat tanpa ragu. Terus menerus meminta tanpa lelah. Tanpa memikirkan, sudahkah harapan-harapan dalam doa itu dikabulkan satu-satu. Tugasnya hanya berdoa. Setelahnya, baiknya Allah saja. 

Aku iri kepada rintik hujan yang turun kala itu. Hujan yang membersamai untaian doa-doa mereka. Begitu sendu. Begitu syahdu. 

اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
@azurazie_

Januari 01, 2024

TAHUN 2024

Sekitar minggu lalu, sempat sumringah ketika mendengar himbauan dari bapak walikota tentang pelarangan perayaan pergantian tahun baru, dengan tidak berkumpul di titik point yang biasanya tiap tahun diadakan, maupun tentang pemasangan kembang apinya.

Sumringah hati ini dan mulai berekspektasi : wah tahun ini mah sepi mudah-mudahan, sudah mulai banyak masyarakat yang sadar diri. Ditambah berempati mengingat masih gencarnya seruan #safepalestine🇵🇸 #freepalestine🇵🇸 #stopgenocide.

Maka, kami sekeluarga mulai tumbuh ekspektasi-ekspektasi itu, bahwa malam pergantian tahun bisa tidur nyenyak, ditambah habis diguyur hujan di waktu maghribnya. Jalan raya pun terbilang sepi. 

Sayangnya, sekitar pukul 23.15 ekpektasi itu mulai runtuh. Karena kami terbangun mendengar ada yang mulai menyalakan kembang api, di kampung sendiri. Ekspektasi itu semakin ambyar saat pukul 0.00 semakin berisik dar der dor ramai bersahut-sahutan dengan kampung tetangga juga. 

Saat itu juga rasanya ingin berteriak tentang masih hilangnya empati di negeri ini. Ingin mengumpat kemudian sedih hati ini tentang minimnya kesadaran diri. 

Dan rasanya ingin pula mencari orang-orang yang sudah berbohong di hari pertama pergantian tahun dengan dirinya sendiri. Mereka yang mengaku punya resolusi agar tahun ini menjadi lebih baik, akan tetapi barisan shalat subuh masih saja bisa terhitung dengan jari. 
@azurazie_