Desember 30, 2022

CUKUP DENGAN MERASA CUKUP

Cukup, kita selalu merasa cukup. Tidak perlu sampai orang lain menganggap kita selalu berkecukupan. 
Sebab, menghadapi ekspektasi sendiri saja kita sering kwalahan. Apalagi bila harus dituntut juga untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Sebab untuk memenuhi ekspektasi sendiri saja kita sering kelelahan. Apalagi bila harus juga memuaskan ekspektasi orang lain. 

Maka,mulailah dengan diri sendiri dulu yang cukup merasa cukup dengan hal apapun. Asal Allah ridho. Cukup Allah ridho. Sampai Allah ridho. Tidak perlu risau dengan penilaian orang lain. Tidak perlu resah melihat kepemilikan orang lain. 

Karena apa yang kita miliki, apa yang kita jaga, apa yang kita nikmati. Yang tidak bersangkutan dengan hak dan kewajiban orang lain. Yang akan bertanggungjawab akan hisabnya adalah diri kita sendiri. Yang akan kwalahan ketika ternyata berlebihan, ternyata lebih banyak mubadzirnya, ternyata lebih banyak yang disia-siakan atau tidak membawa manfaatnya. Adalah diri kita sendiri. Kita yang akan ditanya : asalnya dari mana? Dihabiskan untuk apa? 

Maka, cukup dengan merasa selalu cukup bisa jadi rem untuk tidak berlebihan dalam segala hal. Dalam hal pemakaian. Dalam hal kepemilikan. Dalam hal mengejarnya. Dalam hal membelinya. Dalam hal mencarinya. Cukup menjaga dengan yang cukup digenggaman saja. Sesuai kemampuan. Tidak melulu sekadar memenuhi kemauan. Tidak perlu sampai berupaya meraup sesuatu yang sampai di luar kemampuan untuk menjaganya. 

Semoga dengan begitu, apa-apa yang kita pakai, apa-apa yang kita nikmati, apa-apa yang kita jaga, apa-apa yang kita miliki. Allah ridho untuk penggunaannya. Allah berkahi segala khasiat dan manfaatnya. Dan kita bahagia karena pandai menikmatinya. Untuk menopang keperluan ibadah kepada-Nya. Untuk menampung kebutuhan hidup kita. 

Dengan cukup, tidak berlebihan. Apalagi sampai kwalahan. 

#gerimis30hari 
#gerimis_des22_29 
#azurazie_ 

Desember 20, 2022

RUANG SENDIRI

Tentang malam dan rahasianya. 
Tentang hati dan kenyamanan perasaannya. 
Tentang pikiran dan ekspektasi berlebihannya. 
Tentang tubuh yang menopang lelah letihnya.
Tentang waktu yang tak bisa lagi kembali.
Tentang kata yang terlanjur dikatakan.
Tentang kata yang masih tak bisa diungkapkan.
Tentang rahasia yang hanya hati yang tahu.
Tentang doa yang merintih malu. 

Pada masa segala sesuatu butuh ruang untuknya sendiri. 
Untuk pulih.
Untuk sembuh. 
Untuk kembali ceria. 
Untuk merasa merdeka.
Untuk belajar lebih sabar. 
Untuk belajar lebih sadar.
Untuk bertahan dari apa yang memberatkan.
Untuk perlahan kembali melangkah pelan-pelan. 

Pada batasan-batasan yang tak bisa dilampaui. 
Pada balasan-balasan yang tak bisa diprediksi. 
Pada kesempatan yang pernah disesali. 
Pada kesempitan yang pernah dilalui. 

Semua hal ada waktu terbaiknya. 
Semua waktu ada masa berakhirnya. 
Sebelum segalanya menjadi terlambat.
Sebelum segalanya mulai terhambat.
Lekas pulih. 
Kembali memilih. 
Untuk menjalani kembali. 
Peran yang sempat terhenti. 
Untuk menjadi lebih baik lagi. 

@azurazie_

Desember 19, 2022

MERAJUK

Hari minggu biasanya jadi anak ayah bagi @khansatazkiyahayyin, karena tahu ayahnya libur. Dan dia merasa kalau sudah bersama ayah, jadi lebih bebas bereksplorasi. Karena tidak seketat ketika bersama ibu. Yang biasa sama ibu tidak boleh, sama ayah boleh sedikit. Cobain aja sedikit. 

Ya, namanya anak-anak yang lagi tumbuh dan sedang masa-masanya berkeingintahuan besar. Kadang jadi tantrum dan susah diatur kalau lagi ingin sesuatu. Atau dilarang sesuatu. Jadi lebih manja dari biasanya. Jadi susah untuk mandi. Susah untuk makan dan lain-lain. Seenak hatinya sendiri. 

Ketika sedang menyuapi makan, saya jadi teringat masa-masa kecil dulu. Fix ini mah ambeknya anak ayah turun persis dari ayahnya sendiri. keras kepala. Saya ingat dulu semasa kecil pun sering banget membuat ibu kewalahan. Pernah berkali-kali sampai di kunci di kamar karena tidak juga mengerti. Dibiarkan sampai tangis itu reda sendiri. Padahal saat itu saya sudah punya adik perempuan yang hanya selisih 2 tahun. Tentu terbayang bagaimana harus berbagi eksta pikiran dan tenaga. Biasanya bapak yang membukakan pintu untuk membujuk dengan berbagai cara untuk berhenti merajuk. 

Saya ingat dulu pernah membuat bapak harus ke pasar parung malam-malam cuma untuk mencari mobilan yang saya mau. Dan tidak terima ketika mobilan itu rusak. Padahal baru pulang kerja. 

Begitulah waktu seolah memutar kembali kisah-kisah yang pernah kita alami, dengan bentuk tingkah laku anak sendiri. Saya menyeringai, inilah seni menjadi orang tua. Ini baru satu anak, bagaimana kalau ada dua atau lebih?

Sembari memangku @khansatazkiyahayyin saya mengajaknya berbicara. Tepatnya bertanya. 
Kenapa dd nggak mau mandi?
Kenapa dd nggak mau makan?
Kenapa dd suka nggak mau dengerin ibu?
Yang ditanya cuma diam. Entah apa yang ada dipikiran anak-anak. 

Sehari menjadi anak ayah. Membuat saya merenungi banyak hal. Seenerjik inikah setiap harinya di rumah ketika hanya bersama ibunya? Ketika merajuknya? Ketika susah diaturnya? Ketika patakilannya? Sebanyak inikah energi yang dibutuhkan ibunya setiap hari. Saya rasanya bisa berkali-kali lipat. Karena juga harus mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya.

Dan saya pun membenak dalam hati. 
Nak sudah seharusnya kita banyak bersyukur dengan adanya ibu yang selalu membersamai kita setiap hari. Yang suka tidak memedulikan kepentingannya sendiri. Tidak dirasa untuk kesehatannya sendiri. Karena energi sudah habis untuk mengurus kita.

Karena ada anak di luar sana yang sepantaran denganmu, tidak seberuntung dirimu. Tidak ada ibu yang menemani, mendidik, merawat, menyediakan kebutuhan dan keinginanmu, karena ibunya sudah tiada. Tidak ada ayah yang memanjakannya setiap hari karena harus pergi bekerja dan biasanya pulang sudah larut malam. Yang kadang minggu pun harus tetap bekerja.

Mungkin saat ini dirimu belum begitu mengerti. Tak apa seiring berjalannya waktu pemahaman baik itu akan tiba. Dan semoga kedepannya kamu akan tumbuh menjadi pendengar yang baik untuk nasihat-nasihat yang ibumu berikan. Menjadi pemerhati yang baik untuk tingkah laku yang ibumu didikan. 
Agar tiap-tiap energi ibumu yang terkuras untuk kebaikan keluarga kita, Allah ganjar pahala yang berlipat ganda dengan menjadikan dirimu tumbuh menjadi anak yang solehah.Aamiin.









Desember 18, 2022

IDEAL

Sudah pasti, kita selalu ingin segala sesuatunya ideal sesuai dengan yang diharapkan. Part to part berjalan sesuai dengan list-list yang kita sudah rencanakan, agar keinginan itu terwujud paripurna. Agar harapan itu berbanding lurus dengan kebaikan yang kita bayangkan. 

Tapi, sayang sekali, selalu ada faktor lain yang di luar kendali kita. Human eror. Atau sering berbenturan dengan ego dan hak-hak orang lain. Atau tiba-tiba ada interupsi dari pihak ketiga yang tidak tahu menahu apa langkah yang sudah kita upayakan. Hal apa yang sudah kita bentuk dengan sedemikian rupa.

Yang apabila hal itu sedang terjadi, sering membuat kita nelangsa. Runyam. Buyar sudah. Seolah tenaga, pikiran, waktu terbuang begitu saja. Tidak kelihatan hasil baiknya.

Oooh... Kenapa mereka tidak bisa mengikuti sesuai idelnya kita? Kenapa dengan suka hati mendistraksi apa-apa yang susah payah telah kita bangun?kenapa tidak sepenuhnya membiarkan segala sesuatunya berjalan apa adanya, step by step sesuai dengan keinginan kita. Kenapa harus ikut campur? Kenapa suka usil ikut mengatur? 

Sedangkan bila terjadi sesuatu yang di luar kendali, kita juga yang pada akhirnya tertuduh duluan. Dan kita pula yang merasa paling bersalah. Karena tidak kuasa mempertahankan. 

Maka, benar adanya. Satu-satunya yang menghibur hati ini bahwa : Yang dilihat Allah adalah proses, bukan hasilnya. 

Biarpun ekspektasi kita tidak selalu tercapai, tapi Allah tahu langkah apa yang sudah kita coba. Soal hasil akhir biarkan bekerja sesuai dengan ganjarannya. Tugas kita sebatas usaha. 

Terus berusaha, sampai tidak terasa, tak adalagi keluhan-keluhan. Tak adalagi rasa kecewa yang di luar kemampuan kita. Karena kalau masih ada itu (keluhan, mudah kecewa) rasa-rasanya definisi ikhlas belum juga kita dapati maknanya. 

@gerimis30hari 
#gerimis_des22_18
#gerimis30hari
#azurazie_ 

Desember 10, 2022

MENJADI TENANG

Hidupmu akan menjadi tenang, bila saat berangkat keluar rumah ada doa-doa yang membersamaimu setiap langkah-langkahnya. Doa orang-orang terkasih yang berharap akan keselamatanmu di dalam perjalanan. Sampai tujuan. Sampai kembali pulang. 

Hidupmu akan menjadi tenang, bila ketika lelah dalam perjalanan, lelah dalam pekerjaan, lelah dalam perjuangan. Teringat ada orang-orang terkasih yang mengharapkanmu untuk segera pulang. Yang berharap dirimu akan baik-baik saja, kapan pun dan dimanapun kini dirimu berada. Baik-baik saja dalam memperjuangkan segala sesuatunya. 

Hidupmu akan menjadi tenang, bila ketika waktunya pulang. Perjalanan itu selesai. Selalu ada tempat untuk berbagi pelukan. Selalu ada tempat untuk menceritakan segala pelik. Selalu ada orang-orang terkasih yang menyambut kedatanganmu dengan senyum kehangatan. 
Tidak terlalu mengharapkan apa-apa yang akan kamu bawa. Yang lebih penting keadaan dirimu sendiri yang selalu dalam keadan prima.
Hidupmu akan menjadi tenang, bila teringat ada cinta yang selalu membersamaimu di setiap detik waktunya. 
Itu definisi tenang ketika bersama sesama manusia. 

Apalagi ketika dihubungkan dengan Allah. Hidupmu akan menjadi tenang, bila segala sesuatunya diniatkan karena Allah. Keluar rumah, bepergian, berjuang karena Allah. Sampai suatu waktu perjalanan itu selesai karena Allah. Tenang, ketika tahu ada Allah yang selalu membersamaimu kapan pun dan di manapun berada.

Hidupmu akan menjadi tenang, bila meyakini Allah tahu apa yang lebih kamu butuhkan dibanding apa yang kamu inginkan. Bila meyakini Allah lebih tahu apa yang ditakdirkan untuk mu itu lebih baik dibanding dengan apa yang sudah kamu rencanakan.

Hidupmu akan menjadi tenang, bila cinta Allah selalu membersamaimu dengan begitu banyak kebaikan-kebaikan. 

@azurazie_

Desember 09, 2022

TENTANG MENJADI


Jadilah seseorang yang menyenangkan. Yang pembawaannya selalu bisa mengubah suasana menjadi lebih ceria. Seolah tidak pernah ada kamus galau dalam hidupnya. Seolah cukup dengan kehadirannya, segalanya jadi lebih indah. 

Jadilah seseorang yang menenangkan.  Yang kehadirannya bisa membuat suasana hati menjadi lebih tenang. Seolah tidak akan pernah terjadi sesuatu yang bisa membuat khawatir. Tak ada lagi kata cemas di dalam pikirannya. Seolah segalanya jadi lebih mudah. 

Dan jadilah seseorang yang memenangkan. Memenangkan kebesaran hatinya. Memenangkan keluangan waktunya. Memenangkan segala perhatian dan pikirannya. 
Memenangkan sepenuh hidupnya. 

Sudahkah kamu beruntung menemukan seseorang yang seperti itu? 
@azurazie_

Desember 08, 2022

MERASA DIAWASI

Pekan lalu, ketika saya mampir ke toko grosir untuk membeli pesanan ibu di rumah. Ada percakapan yang begitu menarik dari dua orang yang sedang bertransaksi jual beli di depan mesin kasir toko tersebut. 

"Lunas ya ci utang saya yang kemarin." Kata si bapak pembeli. Memakai peci yang warnanya sudah kusam. 

"Iya pak, kalau bapak nggak bilang mah. Saya malah nggak tau kalau ada    bon yang itu." Kata si ibu sambil tertawa. 

"Tapi Tuhan saya kan tau ci." Kata si bapak ikutan tertawa. 

"Iya ya, apalagi kalau buat usaha ya." Si ibu menambahkan. 

Saya yang mendengar percakapan itu merasa takjub dan beruntung sekali rasanya. Dua orang manusia yang sedang bertransaksi jual beli. Dari agama dan keyakinan yang berbeda. Dari suku bangsa yang berbeda. Sama-sama menyadari sedang diawasi oleh Tuhannya atas keyakinannya masing-masing. Dan berusaha sebaik mungkin agar rezeki yang mereka terima, tidak ada hak orang lain yang tertangguh. Meskipun itu karena lupa.

@azurazie_

Desember 07, 2022

PERSIAPAN

Apa persiapanmu sebelum berangkat bekerja atau mencari nafkah untuk keluarga kecilmu di rumah? 

Persiapan yang karenanya bisa menambah energi positif tiap paginya. Melangkahkan kaki dengan lebih bertenaga. Lebih bersemangat. 

Niat. 
Persiapkan niat itu. 
Coba biasakan sebelum berangkat keluar rumah. Setelah salam ta'zim ke orang tua (yang rumahnya berdekatan) setelah mengecup kening istri dan anak di rumah. 
Mantapkan niat dengan Bismillah. 
Seraya kaki kanan melangkah. 
Lapalkan niat itu. 
Ya Allah hamba niatkan keluar dari rumah ini untuk mencari nafkah karena Allah. 
Untuk memenuhi kebutuhan hidupku. 
Untuk menopang kebutuhan istri dan anakku. 
Untuk membantu urusan orangtuaku. 
Untuk menopang ibadah-ibadahku. 
Maka, selamatkan dalam perjalanannya. Berkahi tiap-tiap langkahnya. Mudahkan tiap-tiap urusannya Dan yang akan di bawa pulang nanti hanyalah kebaikan-kebaikan. Yang di bawa pulang hanyalah keberkahannya. Rezeki yang halal dan terus bertambah memenuhi kebutuhannya. 

Jalani setiap hari. 
Rasakan efek setelahnya. 

@azurazie_

Desember 06, 2022

MENJADI SEMPURNA

Menjadi sempurna

Merasakah kamu, di manapun berada, apapun peran yang melibatkan dirimu. Sering rasanya kita dituntut untuk selalu sempurna di mata orang lain. Apalagi bila dirimu sudah terlanjur diandalkan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan mereka. 
Seolah harus segala bisa, meski kita tidak bisa segalanya. Seolah harus selalu tahu, meski kita tidak akan tahu segalanya. 
Dituntut menjadi sempurna, agar kepentingan-kepentingan mereka selalu terpenuhi dengan maksimal. Baik yang bersifat profesional dalam artian peran sebagai rekan kerja, peran sesuai dengan jobdesknya. Atau yang bersifat individual. Peran sebagai teman,pasangan, anak, orang tua dan lain sebagainya. 

Merasa dituntut menjadi sempurna, yang ketika ada celah sedikit pun ketika peran itu tidak maksimal. Akan jadi 'drama'. Atau bahkan di   kondisi yang lebih ekstrim menjadi 'aib' untuk kita di mata orang lain. Menjadi 'dosa' yang sulit rasanya untuk di maafkan. Satu kekurangan itu seolah meruntuhkan peran-peran kita yang lain. 
Begitulah bila kita mencari penilaian di mata manusia yang inginnya selalu dapat yang sempurna. Demi kepentingan-kepentingannya. Meskipun sebenarnya peran mereka pun untuk kita tidak selalu sempurna. 

Maka, yang terbaik memang melihat pencapaian itu untuk menjadi penilaian di mata Allah. Berperan sebaik mungkin tanpa mengambil pusing penilaian-penilaian orang lain. Biarlah di mata manusia kita banyak kekurangan, tetapi selagi caranya memang benar, caranya tidak keluar dari syariat Allah. Yakinlah di mata Allah selalu ada nilai lebihnya. 

Karena Allah selalu melihat dari prosesnya, bukan sekadar hasilnya. Barangkali itulah yang sejauh ini masih berhasil menghibur hati kita. Di saat kita dituntut selalu menjadi sempurna. 

@azurazie_

Desember 05, 2022

PERPISAHAN

Putri, perpisahan adalah niscaya. 
Karena segala hal ada waktu-waktunya. 
Ada masa habisnya. 
Ada masa kadaluarsanya. 
Sejatinya setiap hari kita menghadapi perpisahan.
Berpisah dari hari kemarin. Dari kesempatannya. Dari sisa usianya. Berpisah dari segala hal yang kita nikmati, kita gunakan dan kita berikan. Untuk menopang segala kebutuhan kita.

Putri, perpisahan adalah niscaya.
Maka yang dikhawatirkan bukanlah semata kapan perpisahan itu akan datang. Karena semua sudah ada ketetapan-ketetapannya. Ada takdir terbaiknya. Ada batasan-batasan kesempatan waktunya. 
Maka, yang perlu dicemaskan bukan perpisahannya. Akan tetapi dipisahkan.Sungguh kita berharap jangan sampai dipisahkan. 

Maka, sungguh perlu merawat dan berharap akan dua hal ini agar kita selamanya tidak akan dipisahkan. Sekalipun telah datang perpisahan karena azalnya tiba. 
Merawat Iman dan cinta karena Allah. 
Karena kelak kita akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang kita cintai selama di dunia. 
Merawat iman agar cinta Allah itu tetap terjaga. Cinta orang-orang yang mencintai Allah ikut terjaga. - yang kita berharap selalu ada di antaranya.

Dan merawat cinta karena Allah. Agar kita tidak pernah dipisahkan pada pelataran syurga firdaus-Nya. 

@azurazie_

Desember 04, 2022

BETAH ATAU BERTAHAN

Pegawai kantor itu sedang lelah sekali. Hari ini super sibuk tidak seperti biasanya. Permintaan yang banyak. Koreksian yang menumpuk. Tekanan dari atasan yang tinggi. Dateline ini itu, seolah-olah tidak bisa menunggu untuk sekadar makan siang dulu. Untuk sekadar coffetime dulu. Jenuh. Jengah. Hmm... Hanya bisa menghibur hati dengan berkata. Sabaaar... Sabar... 

Pegawai kantor itu menghela napas, kondisi seperti itu rentan sekali untuk mendatangkan pikiran yang bercabang. Tentang tujuannya masih berada di tempatnya sekarang. Setelah bertahun-tahun. Ketika betah dan butuh tak lagi seimbang, akan tetapi mulai jadi pertimbangan. 

Ketika jenuh tak lagi sekadar kata yang mewakili rasa. Tetapi sedikit banyak mulai berpengaruh terhadap asa.

"Kerja bertahun-tahun belum tentu karena betah, bro. Tapi karena kebutuhan. Makanya masih banyak yang mau tidak mau bertahan." Celoteh teman kerjanya yang sama suntuknya hari ini. 

Begitukah? Pegawai kantor itu membenak. 

"Tapi setidaknya kita merasa cape dan jenuh karena banyaknya kerjaan. Dari pada cape mikirin gimana cara dapat pekerjaan." Tambah rekan kantornya itu yang sudah lima tahun lebih lama masa kerjanya. 

Betul juga. Pegawai kantor itu bersyukur. 

@azurazie_

Desember 03, 2022

HUJAN DI WAKTU MAGRIB

Hujan di waktu magrib selalu terasa lebih... Hmm apa ya kata yang pas untuk mendeskripsikannya? Sendu? Bikin galau? 
Karena di kala itu banyak pilihan yang perlu dipikirkan, khususnya bagi orang-orang yang ada dalam perjalanan. Memilih mampir sebentar untuk menunaikan kewajiban. Atau tetap jalan karena sebentar lagi tujuan sudah sampai.

Lelaki itu memutuskan untuk singgah sebentar ke salah satu SPBU kota ini. Kalau kewajiban sudah tunai, perjalanan pun akan lebih tenang, pikirnya. Ia pegawai kantor yang hendak pulang ke rumah. 
Sembari memakai kembali mantel, ia melihat-lihat sekitaran. Banyak juga pengguna jalan lain yang memutuskan berteduh. Karena hujan cukup deras. Dan sebagian tidak memiliki jas hujan. 
Di sudut lain SPBU ini juga ada tiga remaja tanggung yang asik dengan kegiatannya. Satu orang sedang asik mengenjreng gitarnya, satu lagi mematik sebatang rokok yang entah sudah ke berapa hari ini. Puntung rokok terlihat berserakan di sekitarnya. Satu yang lainnya meneguk habis kopi hitam yang sudah dingin. Asik saja mereka tidak memedulikan orang-orang yang berteduh, yang berharap cemas kapan hujan ini akan segera reda. Ingin sampai rumah untuk bertemu keluarga. Ingin rebahan. Ingin makan karena perut sudah keroncongan.Dan kecemasan-kecemasan lain. Barangkali itu lah cara mereka menikmati waktu. Menikmati hidup. Toh, semua orang punya caranya sendiri-sendiri. 
Lelaki itu menyeringai. Menuntaskan kembali memakai mantel. Tetiba teringat voice note anak gadisnya yang baru berumur tiga tahun sore tadi. 

'Ayah kapan pulang kerjanya? Yogurt dd habis yah.'
'Ayah dd udah maman sama nuget. Nuget dino nya habis yah. Nanti beli lagi ya yang ada minionnya.'

Lelaki itu tersenyum setelah memutar kembali voice note tersebut. Teringat harus mampir dulu ke mini market. Kalau sampai lupa bisa merasa bersalah tidak bisa memenuhi kebutuhan anak gadisnya.
Lelaki itu bergegas melanjutkan perjalanan. Memilih menikmati waktu dan hidupnya bersama keluarga tercinta di rumah dengan segera.
@azurazie_

Desember 02, 2022

PADA BILANGAN BERAPA?

Pernahkah kamu memikirkan, pada bilangan berapa amalan-amalan rahasiamu yang pada akhirnya bisa menyelamatkanmu di hari perhitungan itu? Pada bilangan berapa rakaat shalatmu yang seringnya tergesa-gesa di perhitungkan khusuknya? Pada bilangan berapa lirih istighfarmu diterima, yang rasanya cuma sekadar di lidah. Tetapi tidak diresapi di hati. Pada bilangan berapa ayat-ayat al-qur'an yang memberatkan timbangan itu, yang seringnya nyaris satu tahun pun bisa dihitung khatamnya. Pada bilangan berapa amalan-amalan rahasia lain yang niatnya lebih banyak ingin keuntungan dunia. Untuk mudah usaha, mudan rezeki dan urusan-urusan lain. 

Pernahkah kamu memikikirkan itu? Sedangkan sebanyak apapun bilangan yang telah dirimu baca, sebanyak apapun bilangan yang dirimu kerjakan. Tidak menjamin akan membuatmu selamat, bila tidak ada satu bilangan pun ridho Allah atasnya. Bila ada satu bilangan pun yang tercemari oleh sifat riya.

Duh, itu jika memang benar sejauh ini dirimu memiliki amalan-amalan rahasia yang istiqomah dirimu kerjakan secara diam-diam. Tanpa hinggar bingar di hadapan manusia. Sekalipun ada, rasanya masih ada kecemasan. Meskipun tetap berharap, dari sekian banyak bilangan itu, ada satu saja yang Allah ridho atas apa yang kita lakukan. Ada satu saja yang Allah perhitungkan niat ikhlas kita. 
Lalu bagaimana yang tidak memiliki sama sekali amalan-amalan rahasia itu? Amalan sunnah yang Rasulullah tunaikan. Bagaimana yang untuk menunaikan kewajiban pun masih bolong-bolong? Ketika ada panggilan lima waktu masih abai? Lalu bilangan yang mana yang akan dirimu pertaruhkan untuk peruntungan di hari perhitungan nanti? Ridho Allah yang mana yang dirimu harapkan, bila tidak ada yang mendasari itu? 

Maka, bila sebesar dzarahpun ada dalam perhitungan, teruslah berharap satu bilangan yang Allah ridho atasnya pun semoga ada dalam peruntungan. 

Mari terus menambah bilangan-bilangan amalan rahasia itu. Teruskan, jangan pernah lelah. Sampai tidak terasa Allah memberi balasan kebaikan-Nya satu-satu. 

Desember 01, 2022

YANG LEBIH ROMANTIS

Episode mana lagi yang lebih romantis, ketika dua orang atau lebih yang tidak saling kenal, bertemu dalam sebuah bilik mushola pinggir jalan. Bersepakat untuk menunaikan shalat berjamaah.
Romantis, 
dalam masa yang sama saling meluangkan waktu untuk sejenak bersujud. Menunaikan kewajibannya. Sebelum melanjutkan perjalanan masing-masing. Dan kelak boleh jadi dua orang atau lebih itu, yang tidak saling kenal, sama-sama bersukarela menjadi saksi untuk satu kebaikan. Bahwa, pada tanggal sekian, jam sekian, di tempat itu, pernah bersama-sama memiliki kesadaran yang sama. Ada panggilan yang memang perlu disegerakan waktunya. 

@azurazie_