November 24, 2017

BERTEMU KAWAN KARIB




Ba'da Maghrib ini, saya seperti bertemu dengan kawan lama. Tepatnya, kawan karib semasa kecil. Dulu beliau lah yang selalu saya bawa-bawa setelah ba'da ashar hingga menjelang isya, menuju rumah pamanda, untuk mengejanya dari alif ba ta hingga ya. Dulu sekali, ketika saya masih duduk di sekolah dasar. Beliau adalah hadiah pertama dari orang tua saya di kala saya sudah berhasil mengkhatamkan Iqra. Saya masih ingat bagaimana di hari itu adalah spesial sekali, karena dibuatkan nasi kuning dengan irisan telur dadar. Sebagai moment bersyukur karena lidah ini mulai fasih mengeja ayat demi ayat yang lebih panjang dibanding yang ada di buku iqra.

Ba'da magrib ini saya seakan dilemparkan kembali ke masa-masa itu. Keping-keping kenangan berkelabatan di ingatan. Tentang riuhnya suara anak-anak sepantaran saya yang 'ngapalin' sebelum harus setoran. Suara jailnya mereka merebut kalam - semacam rautan bambu atau lidi yang digunakan untuk menunjuk baris-baris fathah-kasrah-dhomah. Sesekali berebut 'klip' sebagai tanda pembatas halaman.

Ba'da magrib ini saya baru menyentuhnya kembali, bukan karena sudah tidak ingat dengan kawan karib semasa kanak-kanak itu. Karena kondisinya sudah benar-benar sepuh. Halaman sudah ada beberapa yang hilang. Warna sudah mulai menguning. Hingga posisinya digantikan dengan mushaf yang lain. Sungguh dalam hati saya tidak pernah melupakan kawan karib saya itu.

Suatu ketika saya bertanya tentang keberadaannya. Yang tidak terlihat di tempat biasanya. Rupanya ibunda menyimpannya di tempat yang berbeda.

Adik kecil saya spontan bertanya "Emangnya kenapa dicariin a?" Maksudnya mungkin 'kan ada mushaf yang lain.'

Saya tidak menjawab pertanyaan sederhana itu. Adalah adik perempuan saya yang mewakili menjawabnya. "Karena beliau adalah yang pertama menemani aa menkhatamkan kalam-kalam Allah."

Saya tersenyum di kala itu. Sungguh itu benar, tapi jawabannya lebih dari itu. Karena beliau sangatlah spesial di hati saya. Tidak bisa digambarkan oleh kata-kata.

Karena dengan masih adanya keberadaan beliau yang nampak oleh mata saya, saya sungguh bersyukur dan berterima kasih, kepada siapa-siapa yang berjasa mengajarkan saya mengenal alif ba ta hingga ya. Berjasa mengenalkan saya kepada Allah. Tuhan yang menurunkan kawan karib saya itu kepada Rasulullah, sebagai mukjizat yang nyata.

Allah Maha Tahu nama-nama mereka. Sungguh Allah Maha Tahu dan me-rahmatinya. Karena Rasulullah sudah memberitahu, sebaik-baiknya manusia adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an.

Masya Allah, ba'da magrib ini saya dibuat spechless oleh kawan karib semasa kecil saya itu. Semoga kelak di yaumil kiamah beliau mau menolong saya dan siapa-siapa yang berjasa mengenalkannya. Aamiin Ya Rabbal 'alamin.

@azurazie_