Agustus 11, 2014

lalu bagaimana seharusnya aku bertamu?

lalu bagaimana seharusnya aku bertamu?

aku tahu di balik pintu yang masih tertutup itu ada rasa yang begitu nyata. dan aku bisa merasakan dengan jelas keberadaannya.

membuat aku mengansumsikan banyak hal, bertanya-tanya untuk siapakah sebenarnya perasaanmu itu. siapakah gerangan yang selama ini kamu tunggu? aku ingin tahu. karena mau tidak mau ini sudah ikut mengusik harapanku.

lalu bagaimana seharusnya aku bertamu?

menunggu undangan resmimu, yang memintaku datang. kemudian pada akhirnya pintu yang selama ini tertutup akan terbuka. dan kamu dengan senang hati menceritakan tentang perasaan yang kau punya selama ini. rasa yang diam-diam aku perhatikan dari kejauhan.

hingga terang benderanglah urusan hati ini.

atau seperti yang belakangan ini aku lakukan. datang diam-diam ke pelataran rumahmu. dengan niat hati memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu.

meskipun nyatanya tidak semudah itu, yang aku lakukan hanya mengitari rumahmu. sembari berharap kamu tiba-tiba keluar, sekedar memberi sinyal agar keraguan itu berguguran.

ada perasaan ragu, takut semua yang aku rasakan selama ini hanya didasari oleh asumsiku belaka. bahwa memang bukan aku yang kamu tunggu kedatangannya.
sebab perasaanmu seperti cahaya bola lampu yang mengundang banyak laron untuk mengitarinya. dan aku hanyalah salah satu laron yang sedang terpikat oleh sinarnya.

lalu bagaimana seharusnya aku bertamu?

hmm.... sebenarnya aku yang masih kurang bersungguh-sungguh, atau hatimu yang memang sulit disentuh.

zie
*ilustrasi (r)asa ungkapan hati seorang sahabat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)