Januari 26, 2023

UNTUK ORANG-ORANG BAIK

Berkah dan sehat selalu orang-orang baik. 
Yang memberi peran tanpa banyak pertimbangan. 
Yang mengulurkan tangan tanpa lebih dulu menghitung untung dan kerugian. 
Mudah saja, bergerak dalam senyap. Tanpa perlu hingar bingar. Tiba-tiba semua terasa jadi lebih mudah. Seolah selesai dengan sendirinya.Tak membuat kita menjadi khawatir. Tak membuat kita kelelahan karena banyak berpikir untuk mencari jalan keluar. 
Mempermudah segala sesuatu, dengan kuasanya. Dengan keahliannya. Dengan kebijakannya. Dengan keadilannya.Dengan kebijaksanaanya. Dengan tuntunannya. Sesuai tuntutannya. Hingga tanpa terasa membuat kita jadi lebih bersyukur dari sebelumnya. Jadi lebih bersabar akan prosesnya. Sampai hati diam-diam ikut mendoakan dengan tulus atas perannya. Untuk uluran tangannya. Untuk bantuan-bantuan kecilnya. Untuk kemudahan yang datang setelah kehadirannya. Setelah peran terbaiknya. Untuk perbaikan yang telah diupayakan olehnya. Untuk kebaikan-kebaikan yang datang setelahnya. 

Berkah dan sehat selalu orang-orang baik.
Yang tanpa perannya, mungkin kita jadi lebih mudah menyerah dari biasanya. Lebih mudah mengeluh untuk menunggu prosesnya selesai. Jadi lebih banyak kelimpungan. Lebih banyak keteteran. Lebih banyak lagi bentuk protes-protes lain. Lebih banyak membutuhkan waktu hingga segalanya selesai. 

Berkah dan sehat selalu orang-orang baik. 
Yang bergerak tanpa lebih dulu harus disuruh-suruh. Bergerak karena memang mau mengambil andil sesuai dengan keahlian dan porsinya masing-masing. Yang tidak melulu mengandalkan. Yang terbiasa menyelesaikannya lebih dulu sendirian. Penuh inisiatif. Selagi bisa, ia bergerak tanpa banyak kata. Selagi tahu, ia berperan tanpa banyak mempertanyakan ini itu. Yang selalu bisa diandalkan tanpa lebih dulu mengandalkan. 

Berkah dan sehat selalu orang-orang baik. Dengan kebaikan Allah yang Maha Sempurna membalas segala kebaikan.


@azurazie_

Januari 24, 2023

QOLBUN SALIM

Penting sekali rasanya memiliki hati yang seluas samudra. Yang tetap bening. Yang tetap tenang. Karena kedalamannya, karena kelapangannya. Karena kebesaran hatinya. Hati yang tidak mudah terusik ketika diterpa banyak hal.
Karena kita tidak bisa menyaring apa-apa yang akan datang kepada kita. Tidak bisa memilah-milah mana yang sanggup kita terima dengan baik, mana yang kita tidak bisa menerimanya.
Entah itu ucapan. Entah itu perbuatan. Entah itu pujian. Entah itu kritikan. Entah itu cibiran. Entah itu keluh kesah orang lain. Entah itu ketidaksukaan orang lain. Yang ketika semua itu datang, seolah-olah semua bermuara kepadamu. Tanpa hati yang seluas samudra. Maka kita akan mudah tersinggung. Kita akan mudah mengeluh. Kita akan mudah sakit hati. Kita akan mudah merasa terusik. Kita akan mudah merasa terganggu. Meski itu hanya sekadar riak yang kecil. Meski itu sekadar satu kata yang keceplosan. Meski itu sekadar satu perbuatan yang tidak disengaja. 

Maka, penting sekali rasanya memiliki hati yang seluas samudra. Yang tidak mudah terpengaruh dengan apa-apa yang akan datang. Hati yang tidak mudah mendendam. Hati yang selalu mudah untuk memaafkan. Hati yang selalu ringan untuk meminta maaf duluan. Hati yang tidak mudah sakit hati. Hati yang selalu bisa menerima apa-apa yang datang, tanpa terpengaruh olehnya. Ketika yang datang itu kabar yang menggembirakan hati, ia akan bersyukur. Ketika yang datang itu tentang sesuatu yang membuat tidak enak hatimu, ia akan bersabar. 

@azurazie_

Januari 20, 2023

DIPIKUL BERSAMA, DIPUKUL RATA

Seharusnya yang dipikul bersama adalah beban. Agar langkah kaki sama-sama ringan. Agar keadilan selalu terasa seimbang. Agar segalanya jadi lebih mudah dan merasa selalu dimudahkan. Ketika beban dipikul bersama, hak-hak setelahnya akan terbayar secara pantas. Dan kewajiban-kewajiban yang ada dijalani dengan perasaan ikhlas. 

Dan yang tidak boleh dipukul rata adalah kesalahan. Sebab, masing-masing orang punya porsinya sendiri-sendiri. Masing-masih orang punya badainya sendiri. Punya rintangan, hambatan, case, sepak terjangnya sendiri-sendiri. Kesalahan yang satu tidak bisa dipukul rata menjadi kesalahan semua orang. 

Januari 09, 2023

KETIKA KITA TIDAK TAHU KEBIASAAN APA YANG MEMUTUS MASA HIDUP KITA

Kira-kira kebiasaan apa yang ketika sedang kita kerjakan, tiba-tiba waktu azal itu datang? 
Kebiasaan shalat subuh berjamaahnya kah. Kebiasaan baca ratib al-hadadnya kah?shalat tepat waktunya kah? Kebiasaan sedekah subuhnya kah? Kebiasaan istighfar minimal seribu kalinya kah? Kebiasaan bershalawat dua ribu kali perharinya kah? Atau jangan-jangan kebalikannya. Ketika azal tiba, kita sedang tertidur nyenyak. Sama sekali tidak mendenger adzan subuh. Sama sekali lupa untuk beristighfar dan sedekah pagi. Ketika sedang futur, sampai-sampai bershalawat pun lupa. Berdoa pun enggan. Naudzubillah. 

Kira-kira kebiasaan apa yang ketika sedang kita kerjakan, bersamaan dengan jadwal malaikat izrail itu bertamu ke rumah kita? Kebiasaan puasa sunnah senin kamisnya kah? Kebiasaan tilawah qur'annya kah?al-kahfinya, al-mulk nya, al-waqiahnya, yaasiin nya. Kebiasaan duduk di pengajiannya kah? Kebiasaan tahajud-duha nya kah? Atau jangan-jangan ketika izrail bertamu, kita sedang malas-malasnya. Shalat di ujung waktu. Pun dengan tergesa-gesa. Atau malah sedang asik bergibah dengan tetangga sebelah. Malah sedang asik like post koment social media. Malah sedang bersenda gurau tertawa-tawa. Sedang bengong memikirkan masa depan. Bengong meratapi perasaan. Naudzubillah.

Ketika kita masih menerka-nerka, kira-kira kita lagi ngapain ketika masa hidup kita berakhir. Karena kita tidak tahu kapan, tidak tahu dimana, tidak tahu tempatnya, tidak tahu dengan cara apa. Sedangkan setiap harinya pasti berdoa agar bisa meninggalkan dunia dengan husnul khatimah. Dengan akhir yang baik. Sedangkan setiap harinya pasti berdoa agar memiliki kehidupan yang baik di dunia maupun akhirat. Sedangkan kematian adalah pasti terjadi. 

@azurazie_

Januari 07, 2023

MENJADI MANUSIA YANG PUNYA NILAI HARGA

"Jadi orang tuh harus punya nilai. Ada harganya. Jadi kemana-mana banyak dicari orang."

Kalimat itu yang membekas diingatan saya ketika suatu hari ikut briefing pagi bersama atasan. 

"Ibaratnya, belum keluar dari perusahaan ini aja udah banyak yang telpon untuk nawari gabung. Itu kalau kita punya nilai. Beda lagi buat yang masih harus masukin lamaran kesana kesini." Tambahnya. 

Hmm.. Benar juga ya, contoh lainnya untuk penjual makanan. Yang sudah terkenal enaknya. Sudah terasa cocok di lidah kita. Pasti jauh pun akan kita datangi. Tidak perlu penjual makanan yang sudah punya kios besar dengan logo yang menjual. Penjual makanan kaki lima pun demikian. Ketika sudah mempunyai nilai harga. Jauh pun pasti kita sambangi. Seperti tukang soto pinggir jalan misalnya.

Jadi sejauh ini apakah diri kita sudah memiliki nilai yang berharga? 

@azurazie_