Februari 14, 2012

Kisah Dion & Edel < Hidup Tidak Benar-Benar Sendiri > #2#


" Nek, Aku pulang " 

Edel tampak ceria saat membuka ruang sederhana, tapi lebih nyaman dari gedung-gedung bertingkat yang ngga ada keramahan di dalamnya, Edel ceria karena pastinya sudah ada wangi harum nya masakan seorang nenek, yang meski sudah renta, sudah ngga kuat jalan lebih dari depan pintu rumah sederhana itu, tapi nenek tidak pernah alfa menyiapkan sedikit pengganjal perut untuk cucu yang sudah 10 Tahun menemani masa tua, masa yang seharusnya Nenek bahagia oleh perhatian anak dan cucunya.

dari sini
" Malem banget pulangnya Del " Sahut Nenek dari ujung sudut ruang sederhana itu, tempatnya mengolah makanan seadanya, bahan makanan yang suka di beli Edel dari uang hasil berjualan, 

" Ia Nek, tadi ada temen di terminal, Nenek masak apa hari ini ?? udah laper berat niiih..  " 

Edel menghampiri Nenek yang sangat Edel sayangi, satu-satunya tempat Edel berteduh dalam sedih, tempat yang ngebuat Edel selalu nyaman, dan tegar memutari roda kehidupan, kadang timbul pertanyaan dari diri Edel, masa Nenek sebaik ini, yang punya jiwa malaikat, ia juga hanya hidup sebatang kara, karena seumur hidup Edel, ngga pernah liat Nenek di kunjungi atau sekedar berbicara dengan orang lain, selain dirinya, ketika Edel coba bertanya tentang hal itu, Edel hanya mendapatkan jawaban " Anak cucu nenek sudah bahagia hidupnya disana, dan nenek juga bahagia disini " lalu Nenek tersenyum memperlihatkan ketabahannya.. 
" Temen?? siapa ?? Nenek masak singkong rebus, ganti baju dulu sana, nanti masuk angin, abis itu baru makan " 

" Oia hampir lupa hehe... temennya Edel ajak kesini, ngga apa-apakan Nek?? dia ngga punya tempat tinggal Nek kasian!! "  

" Ah kau ini, suruh masuk atuh temennya, udah malem " 

Dion yang sedari tadi mematung, didepan pintu yang sudah usang, seketika masuk diajak Edel, Dion perhatikan sekeliling rumah sederhana itu, benar-benar sudah tidak terawat, tapi hatinya sedikit tenang, karena kebingungan yang sejak dari terminal itu, ada sedikit titik terang, dan terpenting Dion sudah merasa tidak lah sendiri, 

" Namanya Dion Nek, Ibunya baru meninggal seminggu yang lalu, dia udah ngga punya siapa-siapa lagi "  

Cerita panjang lebar tanpa basa-basi Edel kepada Neneknya, sambil menikmati Sepotong singkong rebus yang masih hangat, meski hanya berupa singkong, tapi Edel selalu beruntung, karena singkong ini nikmat nya tiada tara, penuh kasih sayang, bisa saja edel membelikan nasi bungkus, di jalan dari hasilnya jadi ojeg hujan, tapi singkong buatan nenek rasanya lebih dari semua itu, 

Dion yang sedang di ceritakan asal usulnya hanya diam saja, tak berkata apa-apa, 

" Yaudah Dion tinggal disini aja dulu sama Nenek ya, itu juga kalau Dion betah tinggal di gubug kaya gini " Nenek tersenyum ramah

" Tapi ngga apa-apa Nek??, terima kasih " Dion mulai berani mengeluarkan suara.

" Ngga apa-apa, biar tambah rame, biasanya kan nenek cuma tinggal berdua sama Edel, Nenek turut duka cita atas meninggal nya Ibu kamu yah, Tugas Dion sekarang Doain aja, dan jangan menyerah, hidup Dion masih panjang, masih banyak yang bisa Dion lakuin, dan Dion ngga pernah benar-benar sendiri, ada Tuhan yang Maha Penyayang yang selalu jagain dan belain Dion dimanapun berada" Nasihat sang Nenek

Dion terharu, rasanya ingin sekali memeluk Sang Nenek, tapi malu., kata-kata nenek tadi berhasil membuat Dion menjadi lebih kuat,

Malam yang hangat, sehangat kasih sayang Sang pemilik Malam kepada hambanya yang ngga pernah menyerah, ketiga nya terlelap, tiga hamba tuhan yang memiliki nasib yang sama, dan di takdirkan untuk bertemu, untuk tetap bersyukur dalam menghadapi kehidupan,  sampai saat sang fajar berganti dengan semangat baru, hari baru, udara baru, dan kesempatan baru.. 

Pagi ini Dion merasakan hirupan udara segar, udara itu mengalir lancar dalam tenggorokan, tak ada yang tersendat, tiba-tiba dia merasa kangen dengan ibunya, " Ibu aku sudah tak sendiri sekarang, aku bersyukur udah ditemukan oleh anak dan nenek nya yang baik hati, namanya Edel, terima kasih Ibu, aku janji ngga akan pernah mengeluh " seketika Dion merasa melihat senyuman Ibunya yang jauh disana, meskipun hanya di wakili oleh hembusan angin. 

" Eh, Kakak disini toh, ayo katamya mau nemenin aku jualan di terminal, ayo keburu siang Ka " Edel datang dengan wajah yang selalu ceria itu dengan gendolan makanan kecil untuk di jajakan. 

" Eh, Maaf hehe... ayo Del " sahut Dion.

Ketika melangkah ngga sengaja Dion melihat bunga yang kemarin dia perhatikan di tepi jurang,, Dion tersenyum ternyata bunga itu sudah ada dua disana, indah dengan mekarnya, bunga itu sudah tidak sendiri, seperti dirinya kini..

" Terima Kasih Tuhan, Ibu, Edel, Nek, Terima Kasih bunga "
bisiknya dalam hati dengan semangat yang baru.. 

NB : Kisah hanya fiktip, tinggalkan kritik dan saran, baca dengan bijak, ambil jika ada yang baiknya, dan please jangan di copas kalau kita ingin selalu dihargai..  kita tak pernah tau seberapa berharganya sesuatu di mata orang lain yang kadang kita anggap hal sepele... makacii...

19 komentar:

  1. I love.. Your posting, i lov it. Keren, ajib, mantap. Sering2 yang buat posting yang keren2.

    BalasHapus
  2. Sudah...makan dulu saaana, ada singkong rebus tuh, hehe...

    *iklan mode on

    Kunjungn perdana nihh ^^
    Salam kenal, uzay ini gingsul yah ? klo iya, qta sama dong :D

    *penting gak sih, hehe...

    BalasHapus
  3. baca part pertama nya dong,

    Tos salam Gingsull sedunia, #eh...

    Makasih Nis..

    BalasHapus
  4. Bang Faizal @ doakan saja sedang belajar bang...

    Noer @ masa sih??

    BalasHapus
  5. Waah yg bgini dibilang tong sampah, sini2 biar ku daur ulang :p

    BalasHapus
  6. Kok makasih sama bunga sih? Kasih sentuhan komedi dong biar lebih oke hehe (berat kayaknya blogmu, mas :|)

    BalasHapus
  7. Kalo dalam paragrafnya kata2nya sedikit baku, misal ngebuat jadi membuat, pasti jadi lebih bagus nih. Kalo prckapan sih gk mslah.. Idenya bagus, mengajarkan kita ttg kehidupan strata sosial di golongan bawah. :)

    BalasHapus
  8. Uswah @ Monggo ambil yang baiknya yah...

    Retno@ thanks sarannya,

    Ia kan di bagian pertama Dion semangat saat liat bunga itu,

    masa sih berat?? udah di ukur loh loadingnya.. T.T

    BalasHapus
  9. Feby@ hahaha bahasa Indonesia gw emang ngga lulus waktu sekolah... udah banyak yang bilang kaya gitu.. tata Bahasa gw parah, So, thanks kritiknya..

    BalasHapus
  10. Tuh, PC gue brisik banget kalo lagi buka blogmu. Ngeeeenggg.. --"

    BalasHapus
  11. Jafara@ coba lirik part 1 nya jawabannya disana..

    BalasHapus
  12. kunjungan perdana..
    nice posting..:)

    BalasHapus
  13. Kehilangan bukan berarti habis, namun disana kita memulai kembali bahtera hidup. Walau mamanya udah meninggal, ia seakan bertemu sosok malaikat yang tak kalah hebat :) Bagus bang, aku lanjut ke part berikutnya lagi hihihi :D

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)