November 03, 2013

Membumikan angan yang melangit

"Kenapa dengan wajahmu sobat? seperti belum makan dua hari. Lesu sekali."

Aku menoleh sepintas. Wajah penegur barusan lebih cerah dibanding awan yang tidak jelas wajahnya di sana. Tidak bisa dibilang cerah, tidak juga mendung. Aku tersenyum dipaksakan. Ia bertanya kenapa, berarti aku harus menjawabnya dengan memberi penjelasan. Ah aku rasa tidak perlu sekaku itu, aku memilih menimpalinya dengan berbalik bertanya. Mungkin lebih seru.

"Kau pernah merasa begitu bodoh akan angan sendiri? Mengira sudah pandai melompat tapi jatuh berkali-kali."

Ia mengerutkan dahi. Barangkali bingung kenapa malah tiba-tiba ditanya, pertanyaannya rumit pula. Ah biarkan saja. Anggap bonus karena telah menggangu waktu sendiriku yang sebenarnya sedang malas ditanya-tanya. Berhubung ia sahabat baikku, tak apalah. Toh sahabat itu bisa datang di waktu dan keadaan apa saja.

"Mungkin pernah. Pastinya setiap orang punya angan-angan yang hebat. Imajinasi liar yang ia kira bisa me-nyata-kan pikirannya itu sendiri. Padahal ia bukan tinggal di dunia fiksi fantasi. Memang kenapa? ada yang mengganjal pikiranmu?"

"Sedikit. Aku pernah berkhayal bisa terbang, tapi sayang berat badanku terlalu over. Anti gravitasinya jadi nggak berfungsi." Aku berujar mantap.

"Yeeee orang serius malah bercanda. Baru mengkhayal bisa terbang saja belagu. Aku malah pernah mengkhayal kamu bisa kurus. Sayang kamu cinta mati sama makanan. Jadi selama kamu masih hidup kayaknya bakalan terus cinta makanan. Kasian makanan itu."

Sial, ia malah asyik terkekeh-kekeh. Setelah kutimpuk dengan sisa roti. 

“Barangkali kita perlu membumikan angan yang terlalu melangit. Sebab yang namanya ketinggian, banyak kemungkinan untuk jatuh. Yang namanya jatuh, lebih banyak menimbulkan rasa sakit.” Ia berujar sok bijaksana. Entah ia dapat kata-kata itu dari mana.

"Baiklah rasa-rasanya aku harus ganti khayalan. Membayangkan kamu lebih tinggi mungkin jauh lebih menarik." Aku terkekeh sambil berlalu menghindari jawilannya.

 "Mau ke mana kau?" Sahabatku berteriak.

"Cari makan." Jawabku santai sambil menuruni anak tangga.

2 komentar:

  1. Atau nggak angannya dikasih matras ya bang biar kalo jatuh nggak sakit, sabar dan syukur :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah pake spring bed tiga tingkat ka. lebih keren.

      Hapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)