November 14, 2013

Nasehat nenek tentang pendamping hidup

Setiap akhir pekan seperti biasanya aku dengan adik perempuanku mengunjungi kediaman kakek-nenek dari ayah. -Kakek-nenek dari ibu sudah tiada. Selepas Isya biasanya kami mengisi waktu dengan berkumpul di depan teras rumah. Ada bale-bale bambu yang cukup lebar di sana. Lampu minyak menerangi kebersamaan kami.

Langit sedang cerah, bintang nampak gemerlapan menemani bulan yang menyerupai kantung doraemon. Binatang malam riang bersiul. Aku memijat-mijat betis kakek yang merebahkan badannya di atas bale-bale. Sedangkan nenek terlihat sibuk dengan parutan kelapanya. Nyamuk cukup aktif menyerang kami. Desiran angin tidak menghalangi mereka untuk tidak agresif mencari makan.

"Mau sampai kapan kau membujang Lam." 

"Eh?" Aku terkejut dengan pertanyaan nenek yang tiba-tiba. Salah tingkah menoleh ke sana kemari. Adik perempuanku malah terlihat tertawa kecil sembari menggosok pakaian bersih dengan alat setrika yang masih mengandalkan bara arang. 

"Kau sudah berpenghasilan, umur juga sudah cukup. Tinggal tunggu apalagi?" Nenekku melanjutkan introgasinya, sembari tangannya tetap memarut kelapa. 

"Belum tahu Mak, biar Fa' yang duluan kali ya." Aku mengeles, niatnya sambil menggoda adik perempuanku membalas ketawa pelannya tadi. Usianya tidak terlalu jauh jaraknya denganku. 

"Yeee mana bisa begitu." Adikku melotot ke arahku. "Ngeles tuh Mak, dia belum punya calonnya Mak."

"Tahu deh yang udah punya." Aku menjulurkan lidah ke arah adikku yang wajahnya mulai memerah. Aku pernah mendapati ia menulis sebuah puisi untuk seseorang yang diam-diam ia taksir. Di beberapa kesempatan aku sering menggodanya.

"Suuuut, jodoh mah nggak ada yang tahu. Siapa yang lebih dulu atau lebih belakangan nggak masalah. Udah ada waktunya masing-masing dari sananya." Kakekku menengahi sembari membetulkan posisi tidurannya agar lebih nyaman.

Suasana lengang sejenak.

"Memang perempuan yang kayak gimana yang kau cari Lam?" Nenek mengambil potongan kelapa lain. Masih ada lima potong yang belum diparut sempurna.

"Yang baik Mak, baik agamanya." Aku mengolesi minyak kelapa ke lengan kakek. Mulai mengurut tangannya.

"Bagus. Tapi yang cuma sekedar baik mah banyak Lam."

Aku menyatukan alis, mencerna kalimat nenek barusan. Kalau memang banyak bukannya lebih bagus?

"Cari juga yang pandai menjaga kehormatan dirinya, sebagaimana ia menjaga imannya. Kelak kau tidak akan merasa was-was dengan keutuhan rumah tanggamu. Sebab ia akan menjaga apa yang sudah atau akan berlangsung di bawah atap rumahmu dengan penjagaan terbaiknya. Sesuatu yang menjadi kekurangan ataupun kelebihan keluargamu tidak akan pernah sampai keluar rumah. Aib keluargamu akan dijaga begitupun kehormatan keluarga. Seperti ia telaten merawat imannya agar tetap pada hatinya."

Seperti ia menjaga imannya? Aku tidak terlalu paham maksud perkataan nenek, tapi aku mengangguk atas nasihatnya itu. Tidak hari ini, esok atau lusa ketika sudah berkeluarga mungkin aku akan paham maksudnya.

Kakekku sudah tertidur pulas. Aku mengelap tanganku yang blepotan minyak kelapa.

"Dan untuk Kau Fa'." Nenekku beralih ke adik perempuanku yang juga selesai menyetrika pakaian.

Fa' melotot ke arahku. Kakak sih aku jadi ikutan dinasehati. Mungkin itu maksud tatapannya. "Kalau mau mendapat suami yang baik, cari yang di waktu azan subuh ia sudah berdiri tegak di masjid untuk shalat berjamaah. Cari yang bangun paginya nggak kalah sama ayam."

Aku dan Fa' sama-sama antusias mendengar kelanjutan nasehat nenek.

"Sebab dengan begitu bisa dipastikan suami kau itu tipe yang disiplin dan pekerja keras. Yang jelas nggak malas. Ia tahu waktu-waktu yang tepat untuk berdoa dan berusaha. Niscaya kau dapati suami yang bertanggung jawab untuk dunia dan akhiratmu. Imam yang mencontohkan kebiasaan baik buat anak istrinya."

Tidak sengaja aku dan Fa' mengangguk bersamaan.

"Itu juga bagus buat kau Lam. Biasakan shalat subuh di masjid."

Aku menyeringai menatap punggung nenek yang beranjak ke dalam rumah.

  

6 komentar:

  1. tulisan yang bagus, bagus nasehat neneknya...
    jadi kangen nenek juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nenek dari ayah atau mamak udah gak ada...:-D
      semoga bisa segera jiarah...:-)

      Hapus
  2. bila adzan subuh menggema, maka segeralah ke masjid untuk beribadah...dan jangan lupa niatkan juga untuk mencari jodoh... salam :-)

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)