Maret 20, 2015

PERHATIAN MEREKA

Hai kamu. Ya kamu yang kelak hatinya akan sepenuh hati kucintai. Yang kehadirannya sedang aku nanti. Tahukah kau, belakangan ini banyak orang yang sibuk menanyakan keberadaanmu. Kata mereka, kamu kok belum juga ada di sekitar hidupku. Mereka usil sekali menggodaku yang masih saja sendiri. Sedangkan teman seusiaku sudah banyak yang ke mana-mana tidak lagi sendiri. Ada seseorang yang dengan setia menggandeng tangannya.  

Saat ini belum banyak yang bisa aku gambarkan tentangmu di depan mereka. Seakan keberadaanmu masih jauh dari jangkauan. Meski sejatinya, sejak kita berdua diciptakan. Kita sudah sejak jauh ‘berdekatan’ kan? Sudah dijodohkan Tuhan. Kita hanya sedang menunggu giliran di pertemukan.

Dan tenang saja. Aku tidak terlalu risau dengan kepenasaran mereka. Tentang pertanyaan berulang mereka yang sebenarnya aku pun sedang pertanyakan. Bukankah kita perlu berterima kasih kepada mereka. Sudah repot-repot meluangkan waktunya untuk memperhatikan kita. 





Maret 19, 2015

SEKIRANYA TULISAN INI



Sekiranya kau baca tulisan ini, itu artinya kau sedang kembali. Sedang diam-diam menemuiku. Di tempat yang dulu sama-sama kita sepakati sebagai tempat pertemuan. Kau ingat, dulu kita cukup sering saling bertukar tulisan. Melakukan banyak perbincangan melalui perantara kata-kata. Obrolan yang tidak bisa di wakili oleh lisan.

Saat-saat itulah kita akan merasa jauh lebih dekat. Karena kita merasa sedang memusatkan perhatian yang sama. Meraba-raba perasaan yang sedang ingin di sampaikan oleh masing-masing hati kita. Dan kita berdua menikmati itu bukan?

Sekiranya kau baca tulisan ini, itu artinya aku sedang menitipkan pesan. Ketika rindu sedang teramat sulit untuk sekedar diejakan. Aku ingin kau mencecap pesan itu lewat kata-kata. Dan hatimu meresapi maksudnya. Ini tidak sulit untuk dipahami kan? Mengingat dulu kita cukup akrab melakukan metode itu. Menitipkan pesan rindu ketika sedang sama-sama tidak ingin mengakuinya duluan.

Sekiranya kau baca tulisan ini, itu artinya aku sedang ingin menemuimu. Belakangan ini kau sedang sulit untuk di cari keberadaannya. Dan aku tidak banyak ide untuk bisa menemukanmu dimana. Selain di sini. Di baris-baris kata tulisan. Sejauh ini kita hanya berkenalan melalui tulisan kan? Dan aku cukup yakin bisa menemukanmu lagi di sini. Di tempat yang sama-sama pernah kita sepakati sebagai tempat pertemuan.

Sekiranya kau sudah membaca pesanku, sudi kiranya kau tanggapi dengan tulisan. Di tunggu. Jangan sampai kelamaan.









Maret 18, 2015

itu namanya apa?



“Siapa dia yang beruntung itu?”

Aku mendongak malas, mengerutkan dahi. Pura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Lalu acuh, kembali berusaha khusu’ meneruskan petualangan seru, menyimak Holmes menelusuri benang merah bersama rekannya, Dr Watson. Hei, tak lihatkah aku sedang sibuk membaca? 

“Siapa dia yang berhasil membuatmu kembali jatuh.” Sambil menutupi halaman buku dengan kedua telapak tangannya. “setelah sekian lama bertahan dengan kenyamanan, bertahan dengan dirimu sendiri?”

Aku melotot pura-pura sebal. Yare-yare anak satu ini memang kalau sudah penasaran akan terus-terusan meneror. Dan aku tahu benar hal apa yang telak membuatnya penasaran.

“Lagi nggak ada kerjaan ya?” aku kembali membuka halaman baru.

“Jangan pelit deh.” Dia mulai merajuk.

Aku menahan tawa. Ini bermula tidak lama setelah beberapa menit lalu, aku iseng mengganti stasus bbm dengan beberapa kata kiasan : hati yang kembali berdesir. Rupanya sepotong kalimat itulah yang menumbuhkan rasa penasarannya. Karena ia tahu, aku lelaki seperti apa. Ia merasa sudah hafal benar bagaimana suasana hatiku dan segala macam bentuk perasaan yang ada di dalamnya. Bahkan baru-baru ini, ia berhasil mendeskripsikannya lewat kata-kata: hatimu itu terlalu keras kepala untuk jatuh cinta. Tapi sekalinya terjatuh, akan sejatuh-jatuhnya. 

Itu kesimpulan yang ia ambil selama ini, ketika tahu, setelah sekian lama, aku masih saja menyimpan sendiri perasaan yang sama untuk seseorang di masa lalu. Seseorang yang sudah terlihat lebih bahagia dengan cinta barunya. Bukan karena tidak bisa move on, hanya saja rasa itu memang tidak ingin kemana-mana. Dan menurutku tidak ada salahnya jika masih ingin tetap menetap dengan kenyamanannya. Dalam bahagia pernah memilikinya.

Padahal siapa yang tahu hati orang lain kan? Meskipun aku akui kalimat itu sedikit ada benarnya. Dan untuk kali ini tebakannya kurasa benar. Memang beberapa hari yang lalu, ada selintas debar-debar yang berbeda, mendesirkan hati. Sedikit mengusik perasaan. Awalnya aku kira itu hanya sekedar kekaguman biasa. Seperti halnya kau merasa tiba-tiba suka dengan seseorang di pandangan pertama. Di pertemuan yang tidak terduga. Sepintas saja, hanya bertemu di perjalanan. Awalnya aku kira begitu. Meskipun tidak ada yang kebetulan.   

Lalu jika itu terjadi di pertemuan kedua, dan kau merasakan desiran yang sama - bahkan lebih kuat. itu namanya apa? jika kau dapat menyimpulkannya, segera beritahu temanku itu, agar ia berhenti menerorku dengan pertanyaan-pertanyaannya.

Tolong ya. Aku ingin melanjutkan baca.








Maret 10, 2015

mengalir ke muara


Ketika sebuah pertanyaan berkonspirasi dengan waktu. Dan jawaban yang melegakan masih terasa jauh dari harapan.

Saat upaya pencarian itu masih jauh dari jangkauan titik temu. Dan waktu masih belum juga mau ‘membuka mulut’ memberikan sedikit rahasianya. Di mana seharusnya sesuatu itu ditemukan.

Ketika menunggu benar-benar menguji kesabaran. Sedangkan belum jua ada sesuatu yang benar-benar menunjukkan itikad baiknya. Datang bertamu membawa kabar melegakan.

Tahukah kau, sebagian orang sibuk mempertanyakan takdir orang lain. Merasa perlu memastikannya secara berulang-ulang. Hingga terkesan mereka justru yang terlihat tidak sabaran. Bukankah setiap orang telah memiliki takdirnya masing-masing? Lengkap dengan ketetapan waktu dan perputarannya. Lalu kenapa bersusah payah, mau direpotkan dengan urusan orang lain? bukankah mereka pun banyak menyimpan pertanyaan-pertanyaan dalam hidupnya sendiri? Entahlah!

Pertanyaan-pertanyaan, jawaban yang dibutuhkan, waktu dan takdirnya. Seharusnya selalu berkoordinasi dengan baik bukan? Mengikuti catatanNya. Seperti takdir hulu yang selalu berakhir ke muara. Lepaskan. Bebaskan. Biarkan mengalir mengikuti arus perjalanannya. Biarkan berjalan apa adanya. Hingga pada akhirnya menemukan tujuannya. Sampai pada takdirnya.







Maret 08, 2015

semilir angin



Semilir angin lembut, lewat sudah mendesirkan dingin ke pori-pori kulit. Sekejap saja, hanya selewatan. Tapi tidak dipungkiri tingkahnya sudah cukup mengusik seseorang yang tengah berdiam diri sendirian. Mengusir lamunan.

Semilir angin lembut. Kau tahu, bukankah pergerakan mereka bebas sekali. Terbang ke segala arah, ke ruang yang memungkinkan mereka untuk lewat. Meski hanya celah-celah kecil dari ventilasi rumah, misalnya. Apalagi di ruang terbuka yang lebih luas. Di dataran lebih tinggi, di area yang banyak tumbuh pepohonan yang tinggi menjulang. Kawanan mereka akan jauh lebih banyak, bergerombol meliuk-liukkan tubuh, melayang ke sana kemari, sesuai kehendak hati. Menggoda apa saja untuk diterbangkan, daun kering, sampah plastik, kertas-kertas kusam, putik-putik bunga, bahkan debu-debu beterbangan.

Duhai Tuhan yang Maha Cinta, tentu mudah bagiMu menggerakkan semilir angin lembut itu. Arahkan seputik dandelionku menuju takdirnya. Menemukan benang sari pilihannya.