Juni 10, 2018

TUJUAN PERJALANAN

Sebuah perjalanan semestinya selalu dibersamai oleh tujuan. Hendak ke mana. Guna menemukan apa. Sebab, tanpa tujuan, perjalanan itu akan kehilangan maknanya. Seperti tidak ada yang harus diperjuangkan. Seperti tidak memiliki target perjalanan itu sampai kapan. Alih-alih hanya lelah dan waktu yang dilaluinya sia-sia.

Seperti halnya hidup. Seseorang yang beruntung adalah yang mengetahui tujuan hidupnya. Hingga ia memahami benar hendak digunakan untuk apa waktu dua puluh empat jam dalam ke sehariannya. Kalau tidak tahu, boleh jadi sisa-sisa usianya hanya dihabiskan untuk makan minum buang air besar saja. Hingga tiba-tiba tak terasa semakin hari usia semakin tua.

Seperti halnya ramadhan. Seseorang yang beruntung adalah yang memahami betul apa tujuan puasanya. Apa yang harus di isi/ditunaikan sejak niat berpuasa hingga berbuka. Terus menerus hingga lebaran tiba. Dengan begitu ia berpuasa dengan bersungguh-sungguh. Tak sekadar menahan lapar dan dahaga. Tapi menjaga dari apa-apa yang bisa membatalkan pahalanya juga. Tentu saja tujuan puasa adalah gelar takwa.

Maka, sebuah perjalanan sudah semestinya dibersamai dengan tujuannya. Kalau tidak begitu, perjalanan sejauh ini untuk apa?  Perjalanan ini akan berakhir ke mana? Ada yang dihasilkan atau sia-sia.

25 Ramadhan 1439H
#Ramadhanberkualitas
@azurazie_

Juni 09, 2018

MERASA CUKUP

Bukan tentang seberapa banyak, tapi tentang seberapa cukup.
Begitulah. Adakalanya kita menginginkan apa-apa yg didapat banyak. Tanpa memikirkan bahwa yang kita butuhkan adalah apa-apa yg dicukupkan.
Apa makna banyak jika tidak mencukupi?
Allah Maha Baik, selalu mencukupi apa-apa yang kita butuhkan, bukan selalu apa-apa yang kita inginkan.
Allah Maha Kaya, bisa saja jika sudah berkehendak, Allah akan memberi banyak. Adakalanya Dia tidak memberi banyak bukan karena tidak kuasa. Sungguh Allah Maha Kuasa untuk demikian, Allah menguji seberapa dalam dirimu merasa cukup. Seberapa mudah dirimu untuk bersyukur.
Semoga, cukup itu selalu mengutuhkan rasa syukur, tanpa kufur.
Ramadhan adalah latihan untuk memupuk rasa cukup. Bahwa, seringnya kita di siang hari memikirkan banyak sekali menu untuk berbuka puasa. Menginginkan segala macam jenis makanan yang menggugah selera kita. Tapi saat berbuka, yang diutamakan adalah rasa cukup. Cukup segelas air putih. Cukup tiga butir kurma. Cukup makan sekadarnya. Karena perut hanya bisa menampung secukupnya. Semua yang sejak siang begitu diinginkan, seolah bukan prioritas lagi. Bukan yang dibutuhkan lagi.
Maka, bukan tentang seberapa banyak, tapi tentang seberapa cukup.
24 Ramadhan 1439H
#Ramadhanberkualitas
@azurazie_
@sekitar_putri

Juni 08, 2018

BAPER

Kelak, kamu akan merindukan yang dulunya pernah begitu dekat. Yang setiap harinya membersamaimu. Yang kedatangannya ditunggu-tunggu dengan degub hati yang gembira membuncah rindu. Dan kamu akan merasakan kehilangan itu. Quality time sejak membuka mata hingga memejamkannya lagi di waktu malam.

Saat ia benar-benar hilang. Saat ia benar-benar pergi.

Kamu akan merasakan itu. Sebab, mulai menyadari tanpa kehadirannya, ada sesuatu yang terasa kurang. Tanpa adanya, ada hal berharga yang terasa hilang. Dan kamu mulai menyesalinya, kenapa selagi dekat tidak benar-benar menjaganya. Selagi ada tidak sigap untuk senantiasa menggembirakannya. Dan mulai bertanya-tanya, sebenarnya sudah melalukan apa saja selama ini? Apa yang sudah benar-benar diupayakan?

Duh Gusti, perkara ini tidak pernah terasa sederhana. Kehilangan yang berawal dari ketidakseriusan untuk menjaganya. Padahal dulu ketika menunggu kehadirannya sampai gemas dan semenggerutu itu. Kapan ia datang, kapan ia sampai. Adakah kesempatan itu. Adakah kabar gembira itu. Adakah waktu untuk menemuinya lagi?

Kini semua sudah terlanjur berubah. Terlanjur berbeda. Air mata kehilagan seperti apa yang bisa menebus semua kesalahan itu?

Hmm... iman kita apa sampai sebaper itu ya ketika yang pergi itu adalah Ramadhan. Jangan-jangan biasa-biasa saja. 

23 Ramadhan 1439H
#Ramadhanberkualitas
@azurazie_

Juni 07, 2018

OLEH-OLEH RAMADHAN

Sisa-sisa di penghujung ramadhan itu ibarat kita dalam perjalan pulang dari suatu tempat. Tinggal sisa-sisa tenaganya, badan yang mulai lelah, keroncongan dan mudah sekali mengeluh. Ya begitulah biasanya kondisi seseorang kalau dari perjalanan jauh menuju pulang. Sudah tidak lagi prima dalam tenaga. Cuma satu yang di mau, ingin cepat sampai rumah.

Begitu juga dalam beribadah puasa, makin ke sini makin banyak kendurnya. Makin banyak alakadarnya. Shalat jama'ah tidak lagi lima waktu. Jumlah rakaat shalat sunnah semakin berkurang. Tilawahnya tidak lagi onedayonejuz. Begitu pisan kan ya gambarannya. Bawaannya udah kepingin cepat-cepat lebaran.

Makanya seperti dalam perjalanan pulang. Padahal nih ya, kalau dari mana-mana itu, kita selalu ingin menyempatkan diri membawa oleh-oleh. Untuk keluarga di rumah. Walaupun cuma sekadar satu tentengan plastik. Rasanya beda tuh sama yang pulang cuma pulang aja, tak membawa apa saja.

Seharunya juga begitu dalam puasa di bulan Ramadhan. Kita pikirkan juga apa oleh-oleh terbaiknya untuk setelah lebaran. Misal, oleh-oleh kebiasaan baiknya selama ramadhan. Yang tadinya tidak pernah bangun shalat malam. Jadi seterusnya tetap bangun. Yang tadinya jarang baca Al-Qur'an, tiap hari jadi berasa ada yang kurang bila belum buka mushaf dan membaca Al-Qur'an. Ada oleh-oleh yang bisa kita banggakan menuju 'pulang'.

Maka, semoga di sisa-sisa penghujung Ramadhan ini. Tidak ada hari yang terlewati sia-sia. Bila diibaratkan seperti perjalanan pulang. Bawalah oleh-oleh terbaiknya. Untuk sebelas bulan kemudian.
Di sisa-sisa hari Ramadhanmu, masa mau menghabiskan sisa-sisa usiamu dengan biasa-biasa saja.

22 Ramadhan 1439H
#Ramadhanberkualitas
@azurazie_

Juni 06, 2018

PENTING ITU, SOBAT

Sobat, tiba-tiba saja aku teringat sepotong nasihat itu : berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan dan ketaqwaan. Maka dari itu, sobat. Apabila kau dapati diri ini sedang khilaf mengajak berbuat yang tidak baik, maka jauhilah. Sebab, kelak aku tidak ingin dituntut olehmu karena pernah mengajak berbuat yang tidak baik. Dan sebaliknya, Sobat. Bila dirimu akan berbuat banyak kebaikan. Jangan sungkan untuk mengajak diriku. Sebab, kelak aku ingin diaku olehmu, pernah sama-sama berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Begitulah sobat, konon katanya kita akan berkumpul dengan orang-orang yang semasa hidupnya sering bersama. Saling mencintai dan selalu tolong-menolong. Dikumpulkan dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan yang sama. Menghabiskan waktu bersama dengan kesukaan yang sama. Maka, apabila kebersamaan itu baik akan menambah dan membawa kebaikan, serta perbaikan. Apabila kebersamaan itu justru melalaikan, akan menambah futur dan menjadi lebih kufur.

Makanya, sobat. Bijak-bijaklah memilah-milah seorang teman. Mana yang sebaiknya sekadar menjadi kenalan. Mana yang sepaputnya dijadikan sahabat dalam beramar ma'ruf nahi mungkar di keseharian. Penting itu, sobat. Lebih bermanfaat dan tentu saja menambah taat.

21 Ramadhan 1439H
#Ramadhanberkualitas
@azurazie_