September 19, 2012

Dua Kisah


1.] DUA BILIK HARAPAN TERPISAH RUANG

Ada dua buah bilik kamar harapan, yang di sekat oleh dinding tebal kepastian, dinding itu sudah terlihat retak, dan semakin hari semakin menganga. Hanya sebuah jam dinding terbuat dari kayu yang masih setia mengantung di tubuhnya.

Bilik sebelah kiri kamar harapan itu sedang mendengungkan jemu, sudah cukup lama waktu terkuras semu, diam di tempat seolah kaki terbelenggu. Entah berapa lama lagi ia 
mampu bertahan, untuk hati yang tidak juga yakin akan bertemu jawab 'untuk apa ia masih menunggu? padahal di depan mata telah jelas dinding pemisah. Dengan bayang yang semakin redup menjauh. Tapi kakinya tercekat tidak jua mau bergerak. Tidak ada keberanian untuk melangkah, atau... parahnya terpaku.

Di sisi bilik kamar harapan sebelah kanan, sedang gaduh-gaduhnya oleh tanda tanya yang berteriak. Meng-orasikan protes hati yang lelah menanti. Katanya, 'apa kita sedang berjalan menuju tujuan? apa aku tidak lagi di jebak oleh harapan yang tak bertuan? kalau ia tunjukan.' rasanya terdiam di tempat yang tidak bertujuan itu lebih melelahkan di banding harus berlari mencari alasan untuk apa aku masih diam di sini. 'Jika memang masih ada tujuan berjalan beriring denganmu, akan aku lakukan sepenuh hati. Jika tidak lagi, biarkan aku pergi.' katanya setengah berharap.

Entah dinding tebal kepastian itu akan meruntuhkan bilik kamar harapan yang mana. Hanya detik waktu, jam dinding kian ikut merapuh itu yang tahu kapan masa penantian itu akan usai, masa kepastian yang di agungkan. Dan lagi-lagi hati harus menunggu.

2.] JADI IKUTAN?

"Jadi ikutan?" Leya bertanya antusias.

"Sepertinya nggak deh." Aurel menanggapi dengan pesimis. Ini pertanyaan yang kedua kalinya ia dengar dari mulut Leya setelah membaca pengumuman sebuah audisi menulis novel yang di selenggarakan oleh salah satu penerbit mayor.

"Kenapa? kesempatan bagus loh. Bukannya ini juga impian kamu?" sambil menunjukan raut wajah kecewa.

"Nggak yakin kalau aku bakalan b
isa apalagi sampai selesai, kamu kan sedikit banyak sudah mahir di bidang itu. Imajinasimu lebih berkembang dan mendukung, sedangkan aku? untuk merangkai kata satu paragraf saja masih butuh berpikir keras. Kayaknya aku nggak ikut dulu deh." Aurel menunduk lesu, tidak berani menatap wajah kecewa Leya.

"Hmmm.... Aureeeel." Leya menarik napas sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. Kedua tangannya menggenggam erat bahu Aurel yang masih menunduk. "Please, jangan lihat aku sebagai orang yang BISA, tapi pandanglah aku sebagai orang yang MAU belajar mencobanya. Jadi di sini tidak ada kata mahir, yang ada hanya dua orang yang MAU melakukannya, MAU mewujudkan mimpinya. Sungguh jika itu kamu lakukan, itu saja bisa memacuku lebih semangat. Dan aku yakin kamu juga akan terdorong untuk lebih percaya diri."

"Tapi...."

"Kenapa harus ragu sih, aku dan kamu memiliki waktu yang sama, kesempatan yang sama, dan cukup luang untuk mewujudkannya, jadi masih ada alasan untuk bilang tidak MAU?" genggaman itu semakin erat mencengkram bahu Aurel. Membuat kepercayaan diri Aurel kembali kesemula meski belum seutuhnya.

"Jadi masih ada alasan?" Kembali Leya antusias mencari jawaban. Aurel hanya membalas dengan senyum dan anggukan pelan. Melegakan.

***

Tetap berprasangka baik kepada-Nya itu lebih nyaman di banding rasa menunggu. Insya Allah selama tetap menjaga hati, yang terbaik akan muncul juga, Insya Allah...

 

21 komentar:

  1. mempersoalkan posisi yang sia-sia manakala hanya akan menjebak dan menjatuhkan martabat saja.

    BalasHapus
  2. paling suka bagian bintang menyapa bulan.

    Paling tidak, situasi yang sama sedang terjadi di sekitarku saat ini.
    jadi lebih mengena

    hehe :)

    BalasHapus
  3. *nyengirrr* cerita bagian ke 3 kayak Nay banget :p setelah kemaren di kasih link itu-tu, hm.. nay bisa gak ya..!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo nay tunjukan kebolehanmu, kalau rame-rame kan seruuuuu....

      nyoblos apa kemaren?

      Hapus
    2. Nyoblos yang jenggotan (lubang idung) #opss..:p

      belum ada ide bang, soalnya syaratnye kudu pake bahasa indonesia dengan baik <-- rada kaku klo pake bahasa aku-kamu @_@ piye iki #tepokjidat

      Hapus
    3. yaelaaaah bikin pake loe gue dulu, kalau udah beres tinggal CTRL A CTRL H ubah deh loe jadi aku, gue jadi kamu rebeees...

      Hapus
    4. hehhe.. kamsiaaa, penulis hebat :D
      aku.. aku.. bisa gak yaaa.. :P

      Hapus
    5. bisaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....

      Hapus
  4. Halo zay, apa kbr ?
    Eh, ada yg baru nih, SMS pake SUARA, gratis untuk pelanggan telkomsel :)

    http://imajinasi-hari.blogspot.com/2012/09/smsan-pake-suara-gratis-sesama-telkomel_21.html

    BalasHapus
  5. something something awesome is here ^____^
    yang terpisah ruang, kurang quotenya uzay :D
    hehehehe

    Eh, nggak ikutan quote-nya Leutika Prio?
    Uzay cocok nih, bisa masuk Statom.

    BalasHapus
  6. Kenapa harus merasa kesepian ditengah gemerlap gemintang..
    Kenapa harus menyimpulkan sesuatu yang belum tentu terjadi esok hari..

    let's just do it...

    BalasHapus
  7. gue suka sama yang bulan dan bintang ..
    bisa aje pendekatan ceritanya untuk kasih pesen moral

    BalasHapus
  8. mau belajar mencoba...itu yang sering dilupakan oleh orang-orang ... :)

    BalasHapus
  9. alohaaaaaaa... bang, aye dateng lagi niih.. mau reques : abang bikin cerita kisah cinta (suami-istir gitu) yang mengharukan.. ye.. yee.. :D aye kasih waktu tige hari aje ye..
    by:pacar asli vino sebastian _Naya krenz_

    BalasHapus
    Balasan
    1. jiahahaha yang pilihanku kan udah ada mpok? lagi sibuk nulis novel nih. kagak bisa kayaknye.

      Hapus
    2. Itu kan udah baca, mau yang baruuu.. :D mau beli novel, lagi bokek..hihii
      ya udeh.. klo nulis novel udeh kelar, boleh aye baca kaga? #ngarep :D

      Hapus
    3. yaudah mana emailnya, spesial buat yang mau nikah. meskipun belum selesai ;D

      Hapus
  10. Dengan kata lain hanya pikiran dan perasaan yang terkadang membuat kita merasa sepi.

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)