September 17, 2012

Ada Apa Di Zaman Ini?

1.]

Yang menjadi petanyaan setiap berganti hari adalah; apakah hari ini akan lebih baik dari kemarin?

Umm... harus, Insya Allah. Selagi ada niat baik, berprasangka baik, doa yang baik dan usaha yang baik maka hasilnya pun akan baik. Karena Allah mencatat niat hambanya, mendengar prasangka baik hambanya, mengabulkan doa yang baik hambanya dan melihat usaha hambanya. So, kalau semua sudah sejalan dengan ketentuan-Nya hasilnya akan baik juga bukan? Insya Allah.

Ada yang mengawali harinya dengan keluhan, secara tidak sadar ia sudah mengeluarkan modal ketidakpercaya dirian. Kalau sudah begitu bukankah itu mempengaruhi keberhasilan? ayo bangkit guys! akan buruk sekali kalau harus gagal sebelum mencoba atau tertinggal cuma karena terlalu lama diam.

2.]

"Bad News is good News."

Coba lihat apa yang di sukai zaman sekarang? hal-hal yang bersifat negatif bukan? lalu apa fungsi media itu? bukan seharusnya untuk mencerahkan pemahaman masyarakatnya? masih bisa seperti itu? mungkin tidak jika melihat kenyataan yang ada, semakin banyak perguncingan di mana-mana, membicarakan keburukan di mana-mana, mengagung-agungkan kesalahan yang ada. Dan menutup mata akan kebenaran yang kecil. Umm... sudah separah itukah? semoga hanya praduga saya saja.

Semua sudah semakin terbalik ya. Layaknya kan yang punya salah itu yang datang meminta maaf. Yang punya noda yang sibuk membersihkan. Coba lihat sekarang, yang punya salah diam-diam saja, acuh seolah tidak pernah melakukan apa-apa. Seolah tidak merugikan siapa-siapa. Kesannya manja, harus di singgung dulu baru sadar kalau dirinya bersalah. Padahal coba pikir siapa yang lebih butuh? Masya Allah manusia memang tempat khilaf dan alpha, tapi sekarang begitu banyak yang bangga dengan kesalahannya. Bahkan di anggap wajar. Naudzubillah...

(Apakabar Saudara Rohis yang di fitnah di sana ya?)


 4.]

"Segala puji yang teragung hanya kepada-Mu ya Rabb. Entah harus bagaimana mengungkapkan rasa syukur ini, janji-Mu adalah benar, manisnya telah aku nikmati, Engkau hadirkan bidadari dunia sebagai pelengkap jiwaku di dunia dalam bentuk istri yang solehah. Yang membasuh segala peluh ujian di keseharian dengan kelembutannya. Yang memberi rasa aman untuk rezeki yang Engkau titipkan dengan kesetiaannya. 


Itu saja sudah merupakan anugerah yang teramat manis yang Engkau berikan ya Rabb. Di tambah setelah beberapa bulan pernikahan Engkau titipkan buah hati melalui rahimnya, sebagai pelengkap keluarga kecilku ini. Betapa bahagianya aku telah di amanahkan untuk menjadi seorang ayah, melihat anak itu tumbuh, mulai bisa berjalan, memanggil ayah, ceria dengan sikap polosnya. Dan bertambah syukurku ya Rabb, ketika anak itu menginjak usia empat tahun, setiap ba'da Magrib aku mendengar dan menyaksikan sendiri bagaimana tulang rusukku, istri solehah itu dengan telaten mulai mengajarkan buah hati kecilku lebih mengenal-Mu ya Rabb, mulai mempelajari kitab suci-Mu. Alif, ba, ta dengan terbata-bata huruf hijaiah itu keluar dari lisan mungilnya. Sungguh hanya air mata bahagia yang bisa mewakili pemandangan itu setiap hari dalam sujud syukurku ya Rabb. Al-hamdulillah." kata seorang pemimpin rumah tangga yang baru saja pulang shalat berjamaah, ketika membuka pintu mendengar istrinya sedang mengajarkan iqra kepada buah hatinya yang baru berusia empat tahun.
(Keluargamu habis magrib langsung setel TV channel mana hayooo? #upz! sama-sama duduk membaca Al-Qur'an iya kan? Insya Allah.)

***

 

10 komentar:

  1. hihi, saya baca sampai habis. :D
    iya bener bgd, tulisannya renyah :D
    renungan yg mmbangun dan semoga smw insan dapat merenungi dan menerapkannya.
    oia penulis sudah punya istri dan anak yah?
    wah Masya Allah y punya bapak kayak kang Fauzi luar biasa apalagi tulisannya.

    BalasHapus
  2. smg yg baca jd termotivasi tuk berubah jd lebih baik... Aamiin.. *smile

    BalasHapus
  3. yahh... cuma itu yang gue bisa #sementara
    gue kan manusia!! -->jgn tanya apa maksud dari komen ini!

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)