Oktober 11, 2013

Bergerak

Hembusan angin melambai-lambaikan daun kelapa yang menjuntai ke segala arah. Dua buah kelapa hijau sudah berhasil aku petik. Napasku masih tersenggal-senggal selepas memanjatnya tadi.

Aku mengerutkan dahi, membulatkan mata. Enak saja, aku sudah susah-susah memetik kelapa segar ini, ia masih asyik sendirian dengan lamunannya. Membiarkan satu mata pancing hanya berkedip-kedip. Aku rasa satu ekor sudah berhasil terkait kailnya.
 
"Jika kau hanya sibuk berandai-andai, mungkin kau lebih cocok berada di dunia lamunan." Aku menebas ujung kelapa dengan golok. Peduli amat dengan kail pancing itu, paling bentar lagi putus digigit ikan bawal. Rasa hausku lebih dulu minta perhatian.

"Kenapa begitu?"

Lihat kelakuannya menyebalkan sekali, ia malah melempar kerikil ke tengah danau bukannya membantu.

"Jelas, untuk tetap berjalan normal yang diperlukan itu bergerak. Bukannya menunggu ada yang melakukan bimsalabim di depan mata."

Aku menebas sekali lagi pangkal kelapa membuat lobang kecil untuk tempat keluar air. Orang di sampingku masih saja asyik dengan tatapan kosongnya.

"Kalau saja kau bisa melihat bagaimana usaha seutas akar mencari sumber air di dalam tanah, bagaimana ia terus menjalar menerobos bebatuan lapuk, menyibak elemen-elemen tanah yang lebih padat. Ketika ke samping mentok, ia akan terus bergerak ke bawah, terus ke bawah, lalu kembali ke samping demi mendapatkan makanan dari rahim bumi, demi pertumbuhan batang, perkembangan ranting daun-daunnya. Kalau bisa melihat itu, sangat menakjubkan bukan?"

Aaaah segaaar, air kelapa yang manis sekali membasuh kerongkongan, dahagaku lenyap sudah.

"Bahkan kau lupa bumi yang kau duduki untuk tempat melamun pun dengan tidak kau sadari terus menerus bergerak. Berotasi mengelilingi matahari, agar perputaran waktu berjalan normal."

Aku mendengar dengusan napas. Beberapa ekor ikan kecil berlompatan di antara daun-daun teratai. "Nggak ada salahnya toh berangan-angan sebentar?"

Aku mengangkat bahu, entahlah.

"Sayangnya aku nggak pernah melihat ada kura-kura di tepi danau ini yang kelaparan berharap mendapatkan ikan. Tapi ia tidak menyelam ke dasar danau, ia hanya menunggu ikan-ikan berlompatan keluar dan jatuh persis di depan tempurungnya. Kalau memang ada kura-kura yang sebodoh itu, rasa-rasanya aku harus menepok jidat berkali-kali."

Kali ini ia melotot mendengar gurauanku. Aku pura-pura sibuk dengan kail pancing. Semoga dapat ikan besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)