Januari 27, 2016

SEPOTONG KISAH 2 : AWAN YANG RAPUH

Ini kisah segumpal awan putih yang pandai merahasiakan keluhannya. Hingga hatinya berubah pekat dan gelap. Menunggu titah allah untuk menumpahkan semua bebannya. Saat itulah hujan pun turun.
Kisah seseorang yang pandai menyembunyikan kesedihannya. Dengan wajah yang tetap ceria di mata manusia. Tidak sekalipun ia menaruh harapan yang berlebihan kepada manusia. Sebab ia tahu, salah menjatuhkan harapan hanya akan menambah beban luka.

Seseorang yang selalu tegar menjalani kehidupannya. Meski langkah kaki terasa lelah. Menempuh arah yang tak juga terang untuk mengobati harapannya. Meski telapak tangan mulai pegal menjinjing beban dunia. Ia tidak lepas begitu saja, karena seberat apapun dunia yang dijalaninya. Ia masih butuh lebih lama lagi hidup di alam fana. Bekalnya belum cukup untuk kembali pulang ke kampung halaman sebenarnya.

Ini kisah seseorang yang tahu harus menumpahkan setiap keluhnya ke pangkuan siapa. Tahu waktu-waktu terbaik ia menumpahkan semua air mata yang menggenang lama. Di sepertiga malam. Menunggu Allah menyediakan bahu di waktu terbaik yang dijanjikan-Nya. Waktu setiap doa-doa akan didengar. Setiap rintihan hati akan ditanggapi. Waktu untuk 'hujan' rindu tidak perlu lagi di tahan. Karena telah datang titahnya.

Ini kisah segumpal awan yang pandai menyimpan keluhannya. Dan seperti yang sudah diketahui bersama. Awan itu rapuh. Seperti hati manusia.

1 komentar:

  1. Seringkali sepanjang hari melalui hari di luar rumah, berurusan, berinteraksi dg banyak orang; melakukan pekerjaan ini dan itu, menimbulkan kerinduan untuk segera bersimpuh, mengadu tentang segala yg dirasa hari ini. Karena siapa lagi yg mampu menjadi sahabat terbaik dalam hal ini, selain Dia.

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)