Januari 23, 2016

LAKUNA

Benar adanya, hidup ini layaknya rintik-rintik hujan yang turun di atas kolam. Sepersekian detik, rintik-rintik yang turun itu melebur menjadi satu dengan air kolam. Sudah tidak bisa dipastikan lagi, mana air yang baru datang dan mana air yang memang sudah ada di kolam.

Bak tetes-tetes hujan yang menyapa air kolam. Seperti itulah perkenalan kita.

Dalam keseharian hidup ini, manusia-manusia datang pergi silih berganti. Dengan atau tanpa memulai perkenalan. Pada akhirnya, seiring berjalannya waktu, begitu saja, mulai melebur dari sendiri-sendiri menjadi kelompok-kelompok kecil. Mengakrabkan diri sebagai manusia yang cenderung menjadi makhluk sosial. Hidup bermasyarakat. Yang pada akhirnya, tidak jelas lagi mana manusia pribumi di wilayah itu. Mana yang pendatang.

Sebagian kecil, untuk yang biasa-biasa saja. Manusia-manusia itu hanya saling bertegur sapa. Basa-basi ketika bertemu di jalan. Tidak ada kepentingan yang mengharuskan mereka bercakap-cakap dalam waktu yang lama. Alih-alih sebenarnya mereka tidak saling mengingat nama. Hanya kenal sebatas wajah. Tentang si anu yang rumahnya di sana dan si anu yang baru pindah minggu lalu.

Tapi tidak berlaku dengan kita berdua. Di suatu hari yang lampau. Kita memutuskan untuk berkenalan. Kita mengenal satu sama lain setelah saling menyebutkan nama. Kita merasa perlu saling mengenalkan diri. Bertukar informasi tentang kesukaan ini dan itu. Saling memberitahukan waktu luang masing-masing dalam jeda waktu seminggu. Berharap ada satu atau dua kesempatan waktu luang itu akan bersisian. Untuk kita sepakati sebagai waktu pertemuan berikutnya. 

Pada akhirnya kita pun mulai melebur menjadi kebersamaan yang nyaman. Lebih intens bertemu membicarakan apa saja. Dan ketika dalam jeda waktu yang cukup lama tidak ada kesempatan untuk bertemu. Atau sekedar saling menyapa menanyakan kabar masing-masing. Saat itulah kita seperti sedang kehilangan sesuatu. Menjadi hari-hari yang ganjil.

Bak tetes-tetes air hujan yang datang menyapa air kolam. Seperti itulah perkenalan kita.

Kita tidak akan menyadari air kolam itu berkurang atau tidak ketika kondisinya selalu penuh. Ketika musim hujan sedang benar-benar panjang. Tapi lain hal jika musim kemarau datang. Kita akan mulai menyadari air kolam itu ternyata surut. Airnya banyak berkurang.

Mungkin seperti itulah gambaran kita saat ini. Ketika pada akhirnya waktu menguji perkenalan itu. Meregangkan waktu kebersamaan. Yang entah berlangsung sampai kapan.

Barangkali kita berdua sedang sama-sama menanti waktu musim hujan periode berikutnya.

Ps : lakuna (ruang kosong, bagian yang hilang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)