Januari 21, 2016

HATIMU BERADA DI MANA? (BLEACH 160)

“Awww….. Apa yang kau lakukan, Kaien-dono?”

“Kau tidak menjawab meskipun aku sudah berteriak padamu!”

“Apa jadinya bila nanti kepalaku pecah?!”

“Kepalamu pecah? Apa kau sedang tidur sambil berjalan? Ya ampun berhentilah melamun! Kita hampir sampai.”

Ini.

“Kau akan kutinggal, Kuchiki!”

“Iya, aku minta maaf!”

Angin menyentuh kepalaku. Kami melewati jalan di hutan. Aroma dari rerumputan. Matahari bersinar dengan terang. Burung-burung berkicauan.

“Hey! kau ingin pergi ke mana?”

Aku ingat tempat ini! Aku ingat dengan setiap pohonnya. Aku ingat perasaanku bercampur antara gelisah, gembira dan nyaman. Inilah gunung Koifushi, terletak di utara distrik 3 rukon barat. Ini adalah tempat pertama kali Kaien-dono melatihku.

***
“Kau adalah anggota baru. Aku adalah wakil kapten, Shiba Kaien! Senang bertemu denganmu.”

“Iya, Hi!”

“Iya, Hi? Salam macam apa itu?! Wakil kapten memperkenalkan dirinya padamu! Kau seharusnya menyebutkan namamu dan berkata : Senang bertemu denganmu juga. Siapa namamu?”

“Kuchiki Rukia.”

“Oh! Terus?”

“Senang bertemu denganmu juga.”

“Bagus! Baiklah Rukia.”

Itu perkenalan biasa. Dia memarahiku seperti yang lainnya. Itu hubungan yang biasa seperti atasan dan bawahannya.

“Aku ucapkan selamat datang di divisi 13. Kapten kami punya kesehatan yang tidak bagus, jadi akulah yang menangani segala sesuatunya di sini. Jadi aku tidak keberatan kalau tidak sengaja memanggilku ‘kapten kaien’.”

“Saya akan memikirkanya.”

Tapi hubungan biasa adalah hubungan yang selama ini paling aku cari.

***
“Ada apa? Kita masih belum selesai! Maju sini.”

“Sekali lagi.”

Burung terbang. Aku terpaku dengan burung itu untuk sesaat. Kaien-dono menahan seranganku dari bawah. Aku ingat semuanya. Aku seharusnya berkosentrasi dan tidak melihat kea rah lain.

Kruuuuk!

“Kau ingin makan ya? baiklah, baiklah jika kau sangat ingin menginginkannya.”

“Aku tidak lapar Kaien-dono. Barusan cuma….”

“Jangan malu-malu seperti itu.”

“Kaien-dono jangan melempar pedangku seperti itu! berbahaya tau!”

“Semua orang pasti lapar. Jadi tidak usah malu seperti itu.”

“Tidak….. tapi…..”

Saat itu ada satu hal yang membuatku khawatir. Apa tempatku benar-benar di sini? Di mana hatiku harus ku taruh? Kenapa aku ada di sini?

“Huh?”

“Kenapa aku ada di sini?”

“Kalau itu sudah jelas! Supaya kau bisa bertarung untuk melindungi sesuatu.”

“Melindungi apa itu?”

“Kau itu ngomong apa sih? Tentu saja untuk sesuatu yang penting!”

“Jawabanmu kurang jelas. Bisakah anda memberikanku jawaban yang jelas?”

“Jawaban yang jelas ya? Kuchiki apa kau sudah tahu teori dari kapten kita?”

“Tidak.”

“Ada dua jenis pertarungan. Pertarungan untuk melindungi nyawa dan pertarungan untuk mempertaruhkan harga diri. Itu teori dari Kapten Ukitake. Tapi menurutku Kuchiki, yang paling penting adalah kita harus melindungi suatu hal yang mirip dengan itu.”

“Yang mirip dengan itu? Apa itu?”

“Hatimu.”

“Hehh… itu terlalu cengeng.”

“Wooy aku sedang serius tau! Ngomong-ngomong aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, Kuchiki. Menurutmu hatimu berada di mana?”

“Huh?! Kalau itu…. Kalau itu…. Aku pikir di sekitar sini.”

“Mungkin juga. Aku pikir hati bisa ditemukan di sini. Ketika kita bertemu, hubungan tercipta ketika kita pertama kali berkenalan.  Hati kita tidak ada di dalam tubuh kita. Ketika kita memikirkan sesuatu atau memikirkan orang lain, di saat itulah hati kita tercipta. Jika aku satu-satunya orang di dunia ini, aku tidak mungkin mempunyai hati. “

Benar! Itu yang dikatakan Kaien-dono.

“Tak perlu ada yang kau khawatirkan. Jika kau ingin berada di sini dari lubuk hatimu yang paling dalam, itu berarti hatimu ada di sini. Jika hatimu ada di sini, itu berarti kau harus ada di sini. Lalu…. Tapi Kuchiki ketika kau harus bertarung, ada satu hal yang tidak boleh kau lakukan. Itu adalah…. 
Mati sendirian. Jika kita mati, tubuh kita akan menjadi debu. Lalu ke mana hati kita akan pergi? Hati kita pergi ke teman-teman kita.”

“Mereka pergi ke teman-teman kita?”

“Jika mereka pergi ke teman-teman kita, hati kita bisa hidup bersama mereka. Jadi Kuchiki, jangan sampai kau mati sendirian. Kau mengerti kan, Kuchiki?”

 



    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)