Juli 21, 2013

Yang membakar diri

Makhluk bumi ibarat si pencari kayu bakar. Pengumpul daun-daun kering. Ranting-ranting lapuk. Getas. Di tempatkan menjadi satu. Menggunung di tengah-tengah ladang yang luas. Kering. Gersang. Tandus tanpa sejumput rumput liar pun yang tumbuh. Apalagi mencari pohon rimbun yang memayungi kepala. Jangan harap. 

Untuk apa semua itu mereka kumpulkan? hanya untuk disimpan. Untuk dikumpulkan. Bukan untuk perlombaan milik siapa yang paling tinggi. Kepunyaan siapa yang paling banyak. Hanya itu, untuk disimpan, untuk dikumpulkan.

Aduhai kegiatan ini jika diperhatikan sekilas saja amat sangat membosankan. Mungkin banyak yang bilang hanya kesia-siaan, mencela mau-maunya mereka berbuat demikian. Tapi tidak bagi mereka yang punya kesabaran. Tidak berlaku untuk mereka yang paham dengan apa yang mereka perbuat. Dan sebaliknya, akan sangat berpotensi merugi sekali untuk mereka yang tidak hati-hati, tidak mau menunggu kabar baiknya. Ngedumel sepanjang mengumpulkan semua itu. Bukankah mudah saja apa yang mereka kumpulkan itu terbakar? bahkan memicu untuk membakar hangus mereka sendiri. Aduhai, jika demikian lahir sudah yang namanya kesia-siaan. Peluh keringat yang mengucur, tenaga yang terkuras jika hanya berujung menjadi abu. Tanpa sisa. Hanya berujung celaka. 

Sekali lagi tidak demikian untuk mereka yang tetap bersabar, tetap percaya akan ada masanya semua yang mereka kumpulkan itu berguna. Bermanfaat untuk dirinya sendiri. Ada kabar baik setelahnya. Ada sesuatu yang amat sangat menjanjikan. Sesuatu yang melegakan. Sesuatu yang menyelamatkan mereka nantinya.

Tahukah kalian sebenarnya apa pemicu tercanggih pembakaran kayu bakar, daun-daun kering dan batang-batang yang getas itu? Sifat riya', kesombongan, amarah dan lain sebagainya. Yang secara perlahan-lahan mematikkan api ke salah satu daun kering tadi. Perlahan-lahan menjalar, menghanguskan semuanya. Tanpa sisa. Termasuk dirinya sendiri, Si pengumpul kayu bakar yang taledor. Kenapa begitu? bukankah sudah diterangkan dalam kitab suci bahan bakar api neraka adalah makhluk bumi yang bernama manusia. 

Lalu apa janji baik bagi orang-orang yang sabar tadi? Mungkin tumpukan kayu bakar yang menggunung itu bisa menghangatkan mereka ketika kepanasan di ladang tandus. Bukankah api bisa dimanfaatkan untuk itu jika digunakan dengan cara yang benar? kalau pun kesimpulan ini keliru, setidaknya mereka-mereka yang sabar itu dalam menjalaninya sudah lebih dulu selamat dari kobaran api yang kalau tidak hati-hati membakar mereka sendiri. 

Semoga ada pelajarannya.

1 komentar:

  1. Setiap yang kita kerjakan akan memberi efek bagi diri kita, entah itu baik apalagi buruk..

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)