Juli 21, 2013

Manusia yang membawa Parsel Buah

Di ujung zaman ini telah lahir sekelompok manusia yang berjalan di muka bumi dengan mengemban amanah. Salah satunya, mereka diharuskan membawa satu parsel buah termanis yang pernah ada di dunia. Berwarna merah hati, beraroma harum, bulat, dengan daging buah yang tebal. Sangat memesona mata, tidak ada alasan untuk tidak memakannya.

Mereka berduyun-duyun membawa buah itu, disimpan di atas telapak tangannya. Dengan penuh hati-hati mereka menjaga agar buah itu tetap segar, terpelihara, utuh sampai di hadapan sang raja Agung. Dengan harapan buah yang mereka bawa akan mampu membuat sang Raja gembira.

Tahukah kalian apa upaya mereka? seperti apa cara mereka menunaikan amanah ini?

Ada manusia yang terlalu percaya diri, tugasnya akan berhasil. Dengan tingkah pongah, tegak dengan hati yang mantap dibawanya buah itu. Tanpa peduli halangan rintangan, godaan ia tetap percaya diri. Tapi sayang bukan kepalang,  ia melupakan satu hal. Bahwa segala sesuatu memerlukan ilmu sebagai penunjang keberhasilannya. Bekal yang menyelamatkannya sepanjang perjalanan.

Alhasil manusia yang satu ini, sampai di hadapan Raja parsel itu tetap utuh, dengan kuantitas yang sama persis dengan yang semula ia bawa. Masih terlihat segar. Bagaimana dengan kualitasnya? malang dalamnya tidak lagi utuh. Penuh borok sana sini. Belatung berkembang biak. Tinggal menunggu nasib baik paket buah itu tetap raja terima. Bukankah Raja Maha Pengampun?

Ada pula manusia yang tidak hati-hati, cuek, tidak peduli. Yang dipikirannya hanya bagaimana ia akan tetap sampai tujuan, tak peduli apapun caranya. Merasa tidak terlalu perlu memperhatikan parsel buah itu. Disimpannya sembarangan. Bahkan merasa tidak perlu menengoknya. Blentang-belentong. Meskipun sebenarnya ia cukup paham dengan apa yang harus ia lakukan. Tahu sedikit-sedikit ilmunya. Katanya Raja Maha Tahu, Maha Memahami. Makanya ia asyik-asyik saja berjalan. Sambil bersiul-siul riang. Ketika bertemu dengan manusia lain tinggal bersilat lidah, bertingkah pongah menutupi celanya. Menutupi kekurangannya.

Manusia satu ini sayang disayang ia terlalu lalai, sepanjang perjalanan paket buah itu ternyata sedang di gerogoti belatung. Busuk. Kondisinya memperihatinkan. Boleh jadi paling berantakan. Mana bisa unggul dalam kuantitas, apalagi kualitasnya. Membuat tidak berselera melihatnya. Sesampainya di hadapan Raja, manusia itu hanya menelan ludah. Usahanya sia-sia. Bagaimana mungkin masih ada harapan Raja masih menerima? Ah semoga saja. Bukannya Raja Maha Memaafkan?

Ada pula manusia yang selalu khawatir. Takut Raja akan kecewa, alih-alih paket buah yang ia bawa tidak diterima. Tapi untungnya ia selalu mau berusaha memperbaiki diri. Mau berjalan sambil terus menerus belajar. Banyak hal. Sambil berusaha menjaga paket buah itu sepenuh hati. Dibersihkannya dari debu-debu yang hinggap, sesekali dibetulkan posisi paket buah di telapak tangannya. Sesekali dibasuh air agar tetap segar. Tetap terpelihara kualitas maupun kuantitasnya. Sambil berharap sampai di hadapan Raja masih dalam keadaan baik. Semoga saja manusia yang satu ini nasibnya lebih beruntung. Bukankah Raja Maha Tahu Apa yang dikerjakan rakyat-rakyatnya?

Tahukah kalian manusia-manusia itu siapa dan apa yang sebenarnya mereka bawa?

Mereka seperti halnya hamba-hamba yang berkewajiban berpuasa. Yang berusaha sepanjang perjalanan ia tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)