September 13, 2013

Lelaki yang bertemankan kedinginan

Kantuk malam ini terlalu bebal untuk datang tepat waktu. Bahkan ini sudah memasuki waktu pagi. Sudah lebih dari tengah malam. Mungkin karena pikiranku sedang berselancar bebas, entah apa yang seharusnya dominan. Atau karena persoalan yang menyemut masih terlalu tegar berseliweran di beranda kepala.

Rindu pulang. Jangan-jangan itu akar masalah sebenarnya. Entahlah!

Aku memutuskan keluar kos-kosan yang panas ini, sangat kontras sekali dengan udara malam. Kota yang baru diguyur hujan satu jam lalu. Berjalan luntang-lantung ke sembarang arah, menikmati semeriwing angin yang berhembus tidak sabaran.

Aku terus berjalan mengikuti langkah kaki, sesekali iseng menendang bekas botol minuman. Meluncur mulus ke selokan. Ekor mata melihat-lihat apa saja. Memperhatikan aktivitas yang masih ada. Di bawah jembatan penyebrangan, di depan-depan toko, di bawah pohon rimbun, masih banyak manusia malam yang berteman kedinginan.

Kota ini selalu memiliki kisah tentang lelaki tua yang sepanjang malam menyudutkan pergerakan raja dalam permainan catur. Lupa hidupnya pun perlu diatur. Tidak peduli udara sedang menggigil-menggigilnya, menumpang selimut tubuh manusia. Lihatlah, tubuh terlanjur patuh mendengar titah dingin. Menyerang tubuh kuyu yang perlu lebih dari sekedar kehangatan. Lelaki tua kesepian.

Di sudut lain akan kau dapati sekumpulan gelandangan yang sedang membincangkan hidup. Sembari mengepulkan asap rokok. Ada ikatan keluarga yang tidak sengaja terlahir di sana. Kebersamaan dalam senasib. Itulah kehidupan malam mereka. Sampai pagi. Ketika ribuan manusia lain selalu dimanjakan malam yang menepati takdirnya sebagai selimut lelap. Dibisikkan sayup-sayup doa menempati fungsinya sebagai penjaga. Menunggu pagi.

Lalu aku ikut kelompok mana? mungkin bagian dari orang-orang yang sedang merindukan rumah. Atau seseorang yang terkatung-katung sepanjang malam mencari jejak pulang.

Bukankah seharusnya akupun memiliki keluarga?

3 komentar:

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)