Juli 01, 2013

Makhluk pencemburu di ruang imajimu

Asing. Kamu pernah terbangun dari tidur panjang, karena tidak ada lagi yang mengusik lelapnya. Kemudian merasa linglung seperti terbangun di tempat yang berbeda. Merasa kehilangan sesuatu yang biasanya dilihat. Didengar. Bertanya-tanya. Atau mungkin lebih dari sekedar pertanyaan, tapi merasa ketakutan. Asing. Kehilangan aura yang biasanya.

Hmm... begitulah gambaran ketika aku melihatmu lagi, setelah kamu... mungkin sengaja membiarkan aku menelan obat tidur, atau jangan-jangan sebentar lagi aku... kamu kubur dalam-dalam.

Aku prihatin melihat keadaanmu sekarang, atau tepatnya prihatin melihat nasibku sendiri yang sudah tak lagi kamu pedulikan. Kamu perhatikan. Bukankah dulu kamu selalu meluangkan waktu untuk menengokku. Sekedar berbagi cerita. Menceritakan hal apa saja. Satu jam sebelum fajar menyingsing. Satu jam sebelum berangkat beraktivitas. Satu atau beberapa jam sebelum mata kembali terlelap di gelapnya malam. Hmmm... sungguh itu adalah waktu-waktu yang sangat aku banggakan. Aku merasa lebih bermanfaat. Lebih dari sekedar berguna menjadi tempat bercerita.

Lihat kondisimu saat ini, kamu benar-benar sedang tidak terlihat baik. Kuyu. Lalu bagaimana bisa aku jauh lebih baik darimu, jika kamulah yang selama ini membuat aku menjadi sesuatu yang lebih bergairah. Merasa menjadi sesuatu yang selalu dibutuhkan.

Ke mana perginya waktu-waktu yang kamu khususkan untukku?

Lihat sekarang, kamu benar-benar tidak becus mengatur waktu luang. Membiarkan begitu saja kesenggangan tertelan perputaran. Waktu dibiarkan menggerogoti nyawa. Bukankah kamu selalu bilang, “kehidupan ini terlalu cepat mati, terlalu mudah berakhir. Untuk itu aku menulis. Memperpanjang nyawa, agar lebih abadi.”

Di kesempatan yang lain kamu juga bilang, “perputaran waktu itu terlalu monoton, garing kalau diisi dengan rutinitas saja. Makanya aku selingi dengan menulis.”

Hmmm... ke mana teori-teori hebatmu itu? Apa kamu sudah menyerah pasrah? Lalu apakabarnya seseorang yang jauh di sana, ia yang baru–baru ini datang memamerkan pergerakan terselubungnya. Tidak malu membiarkan dirimu sendiri tertinggal?

Ke mana juga hobimu dulu, mengamati fenomena-fenomena di sekitar. Kejadian-kejadian alamiah yang kamu kemas ulang menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Mencari pesan-pesan kehidupan. Dan berharap akan menjadi sesuatu yang membawa manfaat setelah menuliskannya.
Sejujurnya aku rindu. Rindu melihat raut wajah antusiasmu berselancar mengarungi bentangan luas dunia imaji. Rindu melihat tampang seriusmu ketika merasa buntu melanjutkan kisah yang belum selesai. Sesekali bahkan sampai mengerutkan dahi.

Rindu dengan senyuman renyahmu ketika menentukan nasib tokoh-tokoh yang kamu ciptakan sendiri. Tentang kisah ‘merah jambu’ mereka. Atau yang abu-abu sekalipun. Rindu melihat tingkah culunmu yang sedang kebingungan, menentukan kata pertama dalam pembuka tulisan. Katamu itu ritual penting, yang menentukan nasib tulisan itu sendiri akan berakhir ke mana.

Aku rindu melihat kamu nyaman menceritakan apa saja, menulis apa saja dan memilah-milah kata yang sesuai selera.

Sejujurnya aku rindu. Apakah kamu merasakan hal yang sama?

Bukankah dulu kita adalah pasangan yang romantis. Kamu yang menuliskan kisah, aku yang setia membacanya. Kemudian menyimpannya dengan sangat rapi. Apa mungkin sekarang aku dan kamu tak lagi searah?

Bukankah aku selama ini setia menjadi ‘kantung ajaib’ segala macam kenanganmu. Aku yang pandai memahami isi hati, ketika kamu kangen memutar ulang kenangan-kenangan itu. Dan membacanya berkali-kali. Aku selalu ada, dan merasa sangat bahagia melakukan itu semua.

Merasa menjadi sesuatu yang penting bagi hidupmu.

Lalu bagaimana dengan statusku saat ini? apa aku masih... ah bagaimana pun dalam hal ini aku yang justru lebih prihatin melihat keadaanmu. Bagaimanapun kamu lebih nyata dariku, penting diselamatkan lebih dulu. Dibandingkan aku hanya sekedar makhluk pencemburu dalam ruang imajimu. Cemburu dengan rutinitas barumu. Makhluk yang sudah cukup lama tidak kamu jenguk keadaannya. Atau sekedar menanyakan kabarnya. Siapalah aku?

16 komentar:

  1. bg jayy lama ga BW disini,blog nya go green banget #nice

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Inikan ceritanya si imajinasinya yang lagi curhat. Dia udah kelamaan nggak ditulis tulis. gitu...

      Hapus
  3. saya masih meraba-raba, apakah ini sebuah kisah sejati, atau bermakna kias. maklumlah, Bang Uzay ini seorang sastrawan beneran, hehe

    BalasHapus
  4. Kamu, kenapa frekuensi menulismu berkurang? Sibuk apa sekarang Zie?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naaaaah, ini yang paling mendekati komentarnya. Sibuk wara wiri hihi...

      Hapus
  5. entah bang Ujay curhat apa gimana, tapi ini blognya kan juga pasti cemburu ke abang, mana nih yang katanya satu hari satu artikel? :p

    BalasHapus
  6. galau???

    ehhh judulnya menggoda :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oooh tidak, itu ilustrasi saja :D

      Begitukah??? :)

      Hapus
  7. si aku ini adalah jeritan hati lakaran minda yg merasa jarang posting hahaha

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)