Januari 10, 2014

Kampus Hijaiah : Kisah Lam, Jim, Ra' & Fa

Salam hangat untuk pembaca sekalian yang bijaksana. Selamat datang di kampus Hijaiah. Kampus Paling gaul –dalam artian positif. Tidak pernah tergerus oleh zaman yang semakin modern. Kampus istimewa yang pernah ada di dunia. Kampus yang banyak melahirkan generasi-generasi terbaik pada zamannya. Kampus masa depan yang menjanjikan kehidupan. Tapi bukan seperti kampus-kampus yang kalian kenal. Ini kampus yang berbeda.

Ups... saya sudah seperti bagian promosi kampus saja, yang biasanya menyebarkan brosur-brosur ke adik-adik kelas sekolah menengah atas. Kapan lagi kalau bukan setelah ujian akhir sekolah. Tentu tidak, saya berada di sini bukan berperan sebagai itu. Tidak akan memperpanjang bahasan tentang kampus dan segala macam program-program pembelajaran bla bla bla-nya.

Di sini saya akan menceritakan segelintir murid-murid terbaik kampus Hijaiah. Yang tengah berjuang dengan mata kuliah kehidupannya. Anggap saja ketika sedang melihat-lihat ruangan arsip kampus, dengan tidak sengaja menemukan database mereka. Dan saya iseng membacanya.

Ssst... sebenarnya bukan begitu, saya memang sengaja mencari tahu profil mereka satu persatu. Ini misi khusus. Sangat rahasia. Jadi kalian sebagai pembaca yang bijaksana, bacanya pelan-pelan saja ya. Diam-diam.

Siapa saja mereka? Sebenarnya saya lebih fokus ke empat orang. Dua laki-laki. Dua perempuan. Dengan sifat dan karakter yang berbeda. Tapi memiliki kepemahaman yang sama dalam mengisi hidup. Hari ini harus selalu lebih baik dari hari kemarin. Itu prinsip mereka.

Kalian juga ingin tahu lebih dalam tentang mereka? Baik kita urai profilnya satu persatu. Mumpung ruang arsip masih lengang. Belum pada pulang dari jam istirahat. Aha... sejauh ini amaaan.

Murid pertama bernama Lam. Anak sulung dari keluarga emak Nun dan abah Tanwin. Memiliki adik laki-laki bernama Alif, berusia lima tahun. Di umur segitu, Alif sedang tumbuh dengan keingintahuan yang besar. Apa saja ditanyakan. Semua hal dibanding-bandingkan. Nah, esok-lusa sangat menarik sekali kalau  kita ‘mencuri dengar’ tentang bagaimana seorang kakak menjawab pertanyaan adiknya yang kritis dan tak terduga. Bagaimana Lam menyikapi keingintahuan Alif dan menjawabnya dengan pemahaman-pemahaman yang baik. Seru sekali pastinya.

Lam memiliki sifat pendiam dan agak kaku. Berpenampilan sederhana. Tidak banyak bicara, tapi terlihat tindakannya. Dan sekalinya mengeluarkan pendapat, semua orang akan mendengarkan dengan penuh perhatian. Seperti tidak ingin melewatkan satu kata pun yang keluar dari pemikiran seorang Lam. Makanya di acara-acara penting yang digelar kampus, Lam menjadi sorotan banyak mata. Tidak heran jika ia diangkat menjadi ketua KAF di kampus Hijaiah. Komunitas Alif Fathah dengan lambang A dalam tulisan arab. Sebuah komunitas sentral yang membawahi komunitas kecil lainnya yang ada di kampus. Tentang KAF ini nanti kita bahas lebih detail.

Baiklah lanjut ke profil murid yang kedua. Namanya Jim. Semenjak kecil hanya tinggal dengan kakek neneknya. Dan beberapa bulan ini ia suka tinggal bersama keluarga abah Tanwin, berbagi kamar dengan Lam. Jim tidak terlalu memperhatikan penampilan. Rambut yang gondrong dan jarang disisir. Ke kampus tidak pernah membawa modul materi kuliah. Tapi kalau soal daya menghafal, Jim jagonya. Jim tumbuh menjadi pemuda yang sedikit liar, tapi tetap menjaga aturan-aturan yang ditetapkan agama. Liar tapi tahu batasan yang diperbolehkan dan yang dilarang. Ia bertanggung jawab dengan segala perbuatannya. Tidak pernah takut apapun selagi ia merasa benar.

Jim hobi sekali berpetualang, jalan kaki. Menelusuri tempat-tempat yang belum pernah ia datangi, sambil memotret. Hasil jepretan kameranya patut diperhitungkan. Ia tidak segan bertanya banyak hal kepada semua orang yang ia temui. Keingintahuannya besar. Baginya, semua yang ia temui adalah pembelajaran yang baik. Salah satunya dari pengalaman orang lain. Makanya akan sangat menarik kalau kita diam-diam membuntuti Jim. Kita akan menemukan hal-hal yang berbeda yang selama ini mungkin kita belum tahu. Meskipun akan sedikit cape karena ya itu, jalan kaki.

Sekarang kenalkan murid kampus Hijaiah yang ketiga. Si perempuan berkaca mata. Dikenal dengan panggilan Fa. Di mana ada buku di situ ada Fa. Ke mana-mana selalu membawa buku. Ia gemar sekali membaca. Tentang apa saja. Mudah menemukannya, datangi saja perpustakaan kampus, perpustakaan besar di pusat kota atau toko buku langganannya.

Tidak banyak yang tahu tentang Fa. Ia sangat tertutup. Tidak mudah ditebak dan selalu tersenyum. Dunia Fa selalu ceria di mata orang-orang. Meskipun tidak ada yang tahu kalau ia sedang sendirian. Ia juga pandai menulis. Pengisi rutin rubrik cerpen mading kampus Hijaiah. Cerpennya banyak digemari. Meskipun mereka tidak tahu kalau itu tulisan Fa. Si kutu buku. Ya, Fa tidak pernah meninggalkan nama pada setiap tulisannya, sekalipun nama pena. Mudah saja memasukkan cerpen itu ke mading, karena ia salah satu pengurusnya.

Fa selalu terbuka ketika seseorang membutuhkan tempat untuk bercerita. Ia pendengar yang baik. Perangkul yang hangat. Pemikirannya dewasa. Meskipun ia sadar betul betapa keras kepalanya ia. Bisa dibilang Fa adalah ikon muslimah sejati di kampus Hijaiah. Meskipun banyak juga yang masih beranggapan penampilan Fa itu kuno. Tidak masa kini. Mereka segelintir murid kampus yang belum memahami pentingnya menutup aurat yang sesuai dengan syariat sebagai muslimah. Fa tidak terganggu dengan pendapat miring tentangnya itu.

Siap-siap saja kalian mendengar ketegasan seorang Fa dalam menyikapi kesehariannya.

Dan murid keempat panggil saja dengan nama Ra’. Anak bungsu dari empat bersaudara. Perempuan yang sangat enerjik dan aktif –meski agak sedikit manja. Vocalnya terdengar di mana-mana. Selalu ikut serta diberbagai kegiatan kampus. Dan pandai sekali membuat ilustrasi gambar. Sebut saja apa yang sedang kalian imajinasikan, tidak sampai lima menit ilustrasi imajinasimu pindah menjadi bentuk gambar.

Ra’ masih belajar menjadi muslimah yang lebih baik. Ia belum terbiasa memakai rok ke mana-mana. Selalu memakai celana jeans dan sepatu ketsnya. Meskipun tetap bisa menjaga diri dari tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahromnya. Bisa menjaga pandangan dan jarak dari mereka. Dengan memiliki prinsip yang teguh, Ra selalu bisa diandalkan dalam kelompoknya.

Nah itulah ke empat murid terbaik di kampus Hijaiah yang akan saya pantau terus gerak-geriknya. Tak perlu ditanya ya bagaimana cara saya bisa tahu banyak hal tentang mereka. Itu rahasia penyelidikan yang maaf saja tidak bisa saya ceritakan ke kalian. Bisa dengan menempelkan chip pada pakaian mereka, menggunakan kamera pengintai, pura-pura jadi sales yang datang ke rumah. Lewat loteng atau apalah itu nantinya. Tak perlu kalian risaukan soal itu. Sebagai pembaca yang bijaksana, ikuti saja jalan cerita yang sudah saya kumpulkan dari ke empat anak-anak ini. Deal?

Sepertinya saya sudah harus keluar dari ruang arsip kampus ini. Radar pendeteksi saya menangkap ada jejak kaki yang mendekat ke ruangan. Saya harus keluar. Jadi sampai jumpa dicerita selanjutnya.    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)