September 10, 2015

TITIKTEMU - RINDU

K
amu tahu, Fa. Aku menulis ini kala pagi. Setelah melihat aktivitas mereka yang kucintai, mulai sibuk menyongsong hari.
Waktu pagi memang paling alamiah membuat semua orang kembali bersemangat. Di keluarga ayahku yang hanya beranggotakan lima kepala saja sudah cukup berisik kala pagi.
Seruan-seruan bapakku yang menyuruh ‘jagoan kecilku’ untuk menyegerakan mandinya. –adik laki-lakiku memang paling senang jika sudah main air.
Barangkali akupun begitu sewaktu kecil.
Suasana semakin meriah ketika omelan mamaku mulai terdengar. Siapa lagi kalau bukan si Frei –kucing anggora jantan berbulu hitam-coklat, yang baru-baru ini bergabung menjadi penghuni rumah kami. Yang menjadi biang keladinya. Bekas makannya berserakan di mana-mana.
Yang diomeli segera ngumpet di balik meja. Aku tertawa melihat raut wajah kesalnya. Masih pagi sudah diomeli. Barangkali itu yang ada di benaknya. Kamu tak tahu saja Frei, itulah bentuk kasih sayang mama. Terkadang beliau memang menunjukkan rasa sayang dengan cara yang berbeda. Buktinya ketika kamu kemarin keluar rumah. Mama lah yang paling khawatir kamu akan pergi jauh.
Masih cerita pagi yang setiap hari terjadi di keluarga kecil kami. Keluarga Chiko family pun tak kalah riang kala pagi. Suara nyitnyit khas mereka yang meminta jatah makan ketika melihat mutiaraku keluar rumah.  Padahal adik perempuanku hanya akan menyapu halaman, bukan memberi sekelompok marmut makan.
Kamu tahu, Fa. Tidak selang lama rumah akan kembali sepi. Satu persatu akan keluar rumah, termasuk aku. Lihatlah cara pagi membuat semua orang kembali bersemangat. Untuk menggapai cita-cita. Melambungkan harapan. Meneruskan impian-impian. Dan setiap orang sudah pasti memiliki tujuan-tujuan.
Dan aku akan selalu rindu kebersamaan itu setiap pagi. Meskipun hanya berpisah tidak lebih dari satu hari. Saat petang semua kembali pulang. Selalu ada harapan kebersamaan itu masih akan berumur panjang.
Jujur saja aku juga ingin tahu keseruan apa ketika pagi di keluargamu. Kapan-kapan bolehlah kamu ceritakan kepadaku. Sambil menikmati kepulangan senja bersama misalnya.
Kamu tahu, Fa. Kenapa aku menceritakan kisah pagi itu kepadamu? –padahal sebelumnya bilang akan mengungkapkan rindu. Sebab bagiku rindu harus ikut ceria kala pagi. Rindu harus membersamai setiap doa kala dini hari.
Karena bagiku rindu adalah harapan. Rindu adalah bentuk dari doa-doa kebaikan. Sebab, ketika seseorang rindu, ia berharap yang dirindukan akan baik-baik saja, kan? Dan merindukanmu aku ingin tidak hanya sampai pada harapan. Rindu itu mengiringi langkah kaki menuju pertemuan-pertemuan. Rindu itu membersamai hati menuju tujuan.
Berbicara tujuan. Fa, aku perlu mengucapkan selamat datang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)