Oktober 12, 2015

TITIKTEMU - SIAPA YANG TAHU?

Kamu perlu tahu, Fa. Setelah pertemuan kita yang kesekian. Sejak perkenalan yang aku yakin sudah ditakdirkan. Sebab kita sama percaya tidak ada yang namanya kebetulan.
Saat itu juga aku berharap, pertemuan ini tidak hanya sekedar siklus alamiah yang melatarbelakangi datang dan perginya seseorang dalam keseharian kita. Perkenalan ini ada dalam rencana jangka panjang-Nya.
Sudah menjadi suatu yang lumrah, ketika sedang terjadi sesuatu yang menarik. Orang yang pertama kali ikutan sibuk adalah sahabat terdekat kita. Mulai ‘rese’ merasa perlu ikut terlibat di dalamnya. Tidak ketinggalan perihal pertemuan itu. Barangkali itulah sisi menyenangkan memiliki sahabat yang baik. - Meski kadang juga agak sedikit menyebalkan. Hehe…    
Suatu ketika sahabatku mulai kambuh tingkat kekepoannya.
“Siapa dia yang beruntung itu?” pertanyaannya mau tak mau mengusikku.
Aku mendongak malas, mengerutkan dahi. Pura-pura tidak mengerti arah pertanyaan itu. Lalu acuh, kembali berusaha khusu’ meneruskan petualangan seru, menyimak Holmes menelusuri benang merah bersama rekannya, Dr Watson. Hei, tak lihatkah aku sedang sibuk membaca? 
“Siapa dia yang berhasil membuatmu kembali jatuh.” Sambil menutupi halaman buku dengan kedua telapak tangannya.
“Setelah sekian lama bertahan dengan kenyamanan, bertahan dengan dirimu sendiri?”
Aku melotot pura-pura sebal. Yare-yare anak satu ini memang kalau sudah penasaran akan terus-terusan meneror. Dan aku tahu benar hal apa yang telak membuatnya penasaran.
“Lagi nggak ada kerjaan ya?” aku kembali membuka halaman baru.
“Jangan pelit deh.” Dia mulai merajuk.
Aku menahan tawa. Merasa berhasil mengerjainya.
Ini bermula tidak lama setelah beberapa menit lalu, aku iseng mengganti stasus bbm dengan beberapa kata kiasan : 

hati yang kembali berdesir.

 Rupanya sepotong kalimat itulah yang menumbuhkan rasa penasarannya. Karena ia tahu, aku lelaki seperti apa. Ia merasa sudah hafal benar bagaimana suasana hatiku dan segala macam bentuk perasaan yang ada di dalamnya. Bahkan baru-baru ini, ia berhasil mendeskripsikannya lewat kata-kata: 

hatimu itu terlalu keras kepala untuk jatuh cinta. Tapi sekalinya terjatuh, akan sejatuh-jatuhnya. 

Itu kesimpulan yang ia ambil sejauh ini, ketika tahu, setelah sekian lama, aku masih saja sibuk dengan diri sendiri. Tidak terlihat tertarik ingin merasakan rasa kepunyaan orang lain. Meskipun aku akui kalimat itu sedikit ada benarnya.
Dan untuk kali ini tebakannya kurasa benar. Memang beberapa hari yang lalu, ada selintas debar-debar yang berbeda, mendesirkan hati. Sedikit mengusik perasaan. Entah itu namanya apa. Siapa yang tahu?
Awalnya aku kira itu hanya sekedar kekaguman biasa. Seperti halnya kamu merasa tiba-tiba suka dengan seseorang di pandangan pertama. Di pertemuan yang tidak terduga. Sepintas saja, hanya bertemu di perjalanan. Keesokan harinya rasa itu hilang karena memang tidak lagi ada pertemuan. Awalnya aku kira sesederhana itu.
Ternyata aku keliru. Lalu menurutmu, Fa. Jika itu terjadi di pertemuan kedua, dan aku merasakan desiran yang sama - bahkan lebih kuat. Itu namanya apa? jika kamu dapat menyimpulkannya, segera beritahu sahabatku itu ya, agar ia berhenti menerorku dengan pertanyaan-pertanyaannya.

Itu pun jika sekiranya kamu sudah sampai membaca tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)