Oktober 13, 2018

BUKU FUTUR(E)


Pernahkah kamu mendengar sepotong nasihat bijak : Jangan pernah mengumbar kata cinta kepada seorang perempuan, bila belum siap untuk menikahinya. Atau di satu sisi, jangan pernah termakan rayuan gombal seorang laki-laki, bila ia belum ada keberanian untuk menemui walimu.

Karena itu hanya bentuk perasaan semu, yang mudah buyar dan ambyar seiring perjalanan waktu. Tidak ada ikatan yang mengukuhkan.

Berawal dari nasihat-nasihat itu, lahirlah Futur(e). Tentang kisah dua orang yang menahan 'gemas' ingin mengutarakan perasaan masing-masing dengan gamblang. Dengan terang-terangan. Tapi berkomitmen dengan azamnya sendiri untuk menahan itu semua. Menunggu dalam ketepatan waktu. Hingga perasaan itu hanya saling menyapa dalam 'sindiran-sindiran' tulisan pendek. Sama-sama tahu bahwa itu yang dimaksud satu sama lain. Tapi keduanya sekadar cukup tahu. Sampai benar-benar ada ikatan.

Allah Maha Tahu niat baik mereka. Hingga lahirlah Futur(E) pada ketetapan-Nya.

Pernahkah kamu menunggu, dengan hati yang begitu berdebar? Getar-getar rindu, bercampur baur dengan cemas. Dalam benak ikut bertanya-tanya, yang telah lama ditunggu akankah benar-benar akan datang? Yang lama di nanti, apakah benar-benar yang diharapkan? Penuh khawatir. Menaruhkan seluruh keyakinan. 50:50. Gambling. Karena keterbatasan tahu, apa yang sebenarnya terjadi di masa depan. Keterbatasan tahu, apa yang sebenarnya akan datang. 

Apakah hanya bermodal keyakinan itu, hati menjadi jauh lebih tenang? Yakin bahwa sesuatu yang memang ditakdirkan dan akan menjadi milikmu, tanpa ditunggu pun, pasti akan datangnya. Apalagi bila dibarengi dengan niatmu menunggu. Bukankah itu pun adalah bentuk usaha? 

Tapi apakah hati sudah seyakin itu? Bukankah kita lebih tenang bila sesuatu itu terlihat wujudnya? Hanya berjarak sepelemparan batu. Lalu, sejauh ini apa yang membuatmu masih bertahan menunggu? 

#Futur(E)
@SekitarPutri
@azurazie_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)