Juli 05, 2012

Tepian

Malam
L
angit malam membentangkan kemegahannya. Berupa hamparan luas seolah tak bertepi. Tapi aku yakin selalu ada bagian yang menghubungkan tepiannya, bukankah semua yang berdiri di dunia ini akan berujung? hanya saja sebatas mata memandang yang membuat hamparan itu terlihat meluas. Lalu kapan aku berada di tepian itu? Lilin-lilin kecil sebagai lentera pelengkap sinar rembulan, refleksi cahayanya terlihat di dinding putih sebuah bangunan tua di depan ku. Sedang bergoyang di terpa angin yang berkelebat, menguji keteguhan nyala api sebagai persembahan terakhirnya sebelum akhirnya meleleh lemah tak lagi berdaya. Di situlah ia di uji seberapa tangkas kah ketegaran, pengorbanan dan kesetiaan. Tentang kepantasan diri menuai mimpi menjadi bentuk lebih nyata, tidak sekedar pantulan cahaya sebuah lilin. Lantas apa aku termasuk pantas?

A
ku sendiri di tepian sunyi, hanya bertemankan rembulan redup yang tertutup awan berarak. Dan bintang kecil yang berkedip genit. Memaksakan pancarannya yang mungil agar kehadirannya tetap terlihat oleh mataku. Aku hanya tersenyum kecil, “Hai cantik! tenanglah meski cahayamu malam ini kecil di sana, ku pastikan kamu tidaklah sia-sia bersinar. Ya setidaknya malam ku lebih sedikit bergelora.” Mulai ku dengar bisikan jangkrik bersahut-sahutan. Katak-katak sawah yang genit merayu pasangannya. Iri aku melihat kebersamaan mereka, saling bercerita tentang panjangnya malam. Menikmati tiap celah gelapnya. Tentang suasana alam yang ‘mungkin’ tidak pernah manusia rasakan di waktu siang. Lantas aku sendiri sedang menikmati apa? Kesendirian?

I
rama khas malam semakin terdengar, interval nada alamiahnya mampu menghipnotis sel-sel gendang telinga, bagi siapa saja yang mencoba menyelaminya. Sebuah Maha karya Tuhan yang tidak bisa di sejajari oleh symphony musisi kelas kakap sekalipun. Alunannya terdengar syahdu membuat aku semakin terhanyut dalam larut malam yang masih setengah episode ini. Layaknya aku yang mulai mencumbu dingin agar terasa lebih hangat di permukaan kulit tipis. Agar lebih syahdu, langkah gemuruh rasa ini harus sampai alunan nada mana?

N
oktah jemu berbalut kerinduan semakin bergemul di langit hati. Menanti sentuhan ketulusan rasa yang sudi untuk menghangatkannya. Ruang hati yang masih terkunci rapat oleh kumbang-kumbang cinta yang datang memikat. Yang di tunggu hanya satu, si pemilik hati yang namanya sudah tercatat, tergaris lurus dengan jodoh yang di gariskan pemilik-Nya. Pemegang kunci kebahagian yang tidak untuk di pinta, tapi lama di nanti oleh langit hati. Lalu siapakah pemegang kunci itu? Di mana ia berada?

I
ngatan ku mencuat, ada sosok hati yang sebenarnya aku damba. Hati yang membuat sejuk mata memandang. Rasa nyaman yang sulit untuk di definisikan sastra-sastra pujangga. Tapi kehadirannya bak seteguk air zam-zam di tengah padang harapan. Hanya saja aku ciut untuk sekedar menyapanya, mengagumi dalam diam. Menanti dalam harap. Merindu dalam gundah. Merayu dalam untaian doa. Sampai saat raga itu tersadar, bahwa ada sosok hati yang selama ini mendambanya. Yang ingin di pimpinnya. Terpikir sampai kapan ia menyadarinya? Entahlah, biarkan misteri Tuhan berjalan seperti adanya. Aku yakin lambat laun semua itu akan terungkap. Layaknya malam yang menjadi selimut dingin, berganti pagi yang memancarkan keceriaan. Inilah aku gadis penikmat malam dengan segala iramanya. Ungkap Laini menutup malam pekat itu.

20 komentar:

  1. PERTAMAX #eh *dikeplak*
    Sekali lagi makasih ya Bang uraian katanya, :D
    Tak bisa komentar banyak #speechless :P

    BalasHapus
  2. kenapa saya kok jadi ingat sama GHOSTWRITER ya..
    mau ada konspirasi kang..?
    atau gimana nih.. ?

    wkwkwkw

    BalasHapus
  3. iya, selimut malam kan terungkap seiring hangat mentari menerobos dari ufuk timur; maka demikianlah Laini....

    BalasHapus
  4. La ini...
    Kata-katanya mendalam dan punyamakna ... :D

    BalasHapus
  5. apa kira-kira misteri Tuhan yang akan terungkap dari seorang laini?

    BalasHapus
  6. Sangat mengesankan dan kata katanya membius. Sunggu saya senang membacanya. Mau juga buat puisi tapi memang tidak bisa hiheiheiheiie, Napa ya. Izin sedot ya Gan, izin follow juga. Salam Kenal

    BalasHapus
  7. laini siapa hayo kang uzay??
    Suatu saat pasti akan ada yang mengabarkan.

    BalasHapus
  8. ehem..berdasarkan nama seseorang rupanya
    uhukk uhukk..numpang batuk dulu yee :P

    BalasHapus
  9. subhanalloh....>_< kereeeeeeeeeeen.
    ehm, siapa LAINI?? wkwkwk

    BalasHapus
  10. Laini tuh cewek pa cowok, Zay?
    Koq ada kalimat "...Yang ingin dipimpinnya"
    Secara nama kayak cewek, tapi kalo ingin memimpin (keluarga?) jadi kek cowok... ^^a

    BalasHapus
  11. weh weh wehh makin mantap kalimat-kalimat yang diuntai bang Uzay, :D Ini tampilan blognya juga baru ya bang??

    Laini itu maksudnya ??

    Mo tukar banner boleh??

    BalasHapus
  12. L
    A
    I
    N
    I

    ayo berbuat sesuatu dong zay!

    BalasHapus
  13. kalau berkenan main ke blog saya ......

    BalasHapus
  14. bang, di postingannya bang uzay ada yang komentarnya ditutup ya???

    BalasHapus
  15. biarkan misteri Tuhan berjalan seperti apa adanya..wow..kata-kata yang sangat menginspirasi :)

    BalasHapus
  16. susah klo ud bahas pujangga, ane ga terlalu bisa mengerti dan memahami gan. nyimak aja dah ya... heheh. atau jangan jangan ini singkatan nama ya?

    BalasHapus
  17. seperti sedang mengejar bintang ya~
    tenang saja ^^ dia bukan tidak tergapai
    hohohoho *nganggap dia nyata

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)