Agustus 31, 2012

Serahkan Kepada Pemiliknya

"Hahaha.."
“Kenapa ketawa?”
“Nggak, hanya sedang geli dengan diri sendiri.”
“Hoho... sama kalau gitu. Kadang kita bingung apa yang sebenarnya kita cari, lucunya tetap saja mencari. Meskipun tahu di sana tidak mungkin ada. Kadang kita tidak tahu alasan apa sampai harus menunggu. Padahal sudah tahu, tidak ada lagi yang harus di tunggu. Lucunya masih saja berlama-lama diam menunggu. Kadang kita tahu itu menyakitkan, tapi tetap saja pura-pura nggak sakit. Lucu kan?”
“Iyaa... kadang kita tahu kalau sudah lelah, tapi tetap ngotot nggak mau istirahat.”
“Padahal semua itu nggak cukup di hadapi dengan sekedar ketawa.”
“Apalagi menangis.”
“Ketidakberdayaan membuat kita kecil, dan tidak berarti apa-apa. Bahkan untuk sekedar berkata baik-baik saja. ”
“Membuat kita jadi lucu juga.”
“.....”
 
“Aku sering berkata baik-baik saja. Sonna hazu nai deshou, padahal nyatanya tidak seperti itu. Mendustai diri sendiri, padahal cuma kita yang tahu betapa sedihnya diri sendiri.”
“Pura-pura kuat, padahal sebenarnya rapuh. Mari kita tertawa bersama. Kita tidak lebih dari sebuah lilin yang tidak berdaya ketika mulai di nyalakan. Tidak memiliki pilihan untuk sekedar menolak. Semua orang senang dan merasa aman. Tapi mereka tidak peduli siapa yang membuat itu semua. Siapa yang sedang berjuang. Menyedihkan, dan menggelikan.”
“Sudah sejauh itupun masih saja tidak rela jika di katakan ‘BODOH’.”
“Tepat!”
“Dan mau-maunya di bodohi keadaan.”
“Harus gimana lagi? Rapuh.”
“Kalau menyerah seperti itu, lebih kelihatan bodoh lagi. Bukankah kebalikan harusnya kita tertawa, betapa hebatnya kita.”
“Konyol!, setidaknya kita tidak konyol. Biarkan saja semua itu mereka rasakan tanpa harus tahu ada apa di baliknya. Dan nikmati saja. Sesekali tertawakan.”
“Kita harus tetap senyum demi satu kenyataan.”
“Meski harus di paksakan.”
“Setidaknya hidup kita lebih berwarna, dari hidup mereka yang mulus-mulus saja tanpa sandungan.  Bukankah begitu?”
“Ya... kita punya Tuhan yang lebih mengerti. Untuk apa semua itu kita lakukan. Persetan dengan mereka yang egois, atau tidak pernah peduli.”
“Mari ubah formasi kita. Selama ini lebih suka memaksa keadaan, dan orang lain di tuntut untuk mengerti. Seharusnya kita juga coba untuk mengerti.”
“Kenapa juga harus mereka yang mengerti? Iya nggak?”
“Ya.... kita yang mencoba mengerti, itu jauh membuat hati tenang. Lebih mudah di terima.”
“Kita coba saja.”
“Kata banyak orang kesibukan bisa buat kita lupa beban pikiran. Apa kamu bisa?”
“Nggak! Hati dan pikiran nggak bisa di bohongi, atau di tutup-tutupi. Tampak luarnya saja sibuk, padahal dalamnya jauh lebih sibuk.”
“Hahaha... ternyata aku ada temannya.”
"......."
 
“Dia sudah kasih kabar?”
“Sudah.”
“Baik-baik saja kan?”
“Hanya dia yang tahu.”
“Aku tahu persis apa yang kamu rasa saat ini. Karena pernah ngalami dulu. Kamu masih mending, dia masih mau bicara. Dulu aku nggak ada yang kasih tahu tentang kabarnya, tentang keadaannya. Jadi jangan terlalu sedih ya.”
“Pernah ngerasa ada tapi seperti nggak di anggap ada? Pernah mati-matian berjuang tapi tidak di hiraukan? Dan bertahan karena satu alasan, sayang.”
“Pernah, lebih parah dari itu, pernah ngerasa nggak di anggap manusia. Dia lebih nggak menganggap dirinya ada. Lebih nggak memanusiakan dirinya sendiri. Lebih nggak menghiraukan dirinya sendiri. Jawaban itu yang aku dapat, setelah tiga tahun berkubang duka. Nyatanya mereka yang sok kuat itu lebih rapuh.  Dia selalu menyakiti tapi selalu ada berjuta maaf kan? Dan kita mencari-cari pegangan sendiri untuk tetap bertahan.”
“Masih bertahan di sisi itu, entah sampai kapan, yang penting dia baik-baik saja.”
“Setidaknya kamu masih bisa berkata yang penting dia baik-baik saja. Dulu aku tidak bisa berkata seperti itu. Aku tahu betul dia sangat tidak baik. Aku mencintai orang yang sakit karena prinsipnya sendiri. Bisa di bayangkan?”
“Apa harus di bayangkan? Gak ada yang tahu persis luka dan bahagia seseorang, kecuali dirinya sendiri.”
“Ya... betul itu sekalipun kita pendengar yang paling setia. Tapi tetap rasanya tidak akan sama. So, kamu yakin hati dia masih pada tempatnya?”
“Sudah bukan untukku.”
“Lalu untuk siapa?”
“Gak pernah tahu.”
“Tapi dia nggak sayang sama orang lain kan?”
“Hanya hatinya yang tahu,”
“Setidaknya dia nggak pernah bilang begitu kan?”
“Nggak penting lagi. Buatku yang penting dia baik-baik saja sekarang. Itu sudah lebih dari cukup.”
“Bohong, kamu sedang berbohong. Kalau memang hanya itu tujuanmu. Kamu nggak akan jengah dengan sikapnya. Tidak mungkin asal dia baik-baik saja kalau kamu tidak memiliki tujuan lebih. tujuan yang lebih itulah yang membuat kamu bertahan. Mengakui apa tidak, nyatanya manusia itu egois.”
“Aku akan ada, sampai benar-benar ada yang jagain dia. Baru saat itu selesai. Yang lebih tahu itu aku bukan kamu.”
“Oh ya? Pahlawan banget kamu. Mengesampingkan diri sendiri demi orang lain atas nama cinta. Hati kita juga punya hak untuk bahagia. Kita punya hak untuk memohon pada-Nya. Meski semua sudah ada takdirnya. Kamu masih bisa untuk meminta. Ternyata cuma sebatas itu cinta kamu buat dia. Sebatas sampai ada yang jagain dia. Ternyata kamu lebih bodoh dari pada aku.”
“Sudah terlalu lama aku berharap lebih. Memperjuangkan itu semua meski kadang tanpa sambutan. Sekarang saatnya semua serahkan kepada Allah sebagai pemilik hatinya. Jika dia memang jodohku, berarti aku sedang menjaganya selama ini. Jika bukan, berarti aku sedang berusaha untuk mendapatkan yang lebih baik dari dia. setidaknya aku tidak diam. Dan berpura-pura tidak sayang sama dia. Mencintai bukan sekedar memiliki. Aku harus siap pergi atau di tinggal pergi.”
“Kamu benar, tapi jangan menyerah begitulah. Tetap semangat. Harus yakin Allah tahu apa yang sedang kamu usahakan. Yakin Allah selalu dengar permintaan hatimu. Jangan berkata tidak sebelum Allah menjawabnya.”
“Nggak menyerah, aku selalu berdoa yang terbaik untuk aku dan dia. Mencintai karena-Nya. Biarkan di luruskan atau di redakan.”
"Kata ayahku Allah itu punya segalanya untuk di kabulkan. Cepat atau lambatnya doa terkabul tergantung seberapa khusuk dan serius kita meminta. Jadi kamu jangan tanggung-tanggung mintanya. Yakinlah Allah memberi yang terbaik.Jadi jangan kecewa saat jawabannya berbeda dengan yang di harapkan."
“Semoga yang terbaik selalu untuk kita semua.”
 

10 komentar:

  1. sonna koto nai desu ^^ menangis dan tertawa memang tidak menyelesaikan masalah tapi untuk sesaat bisa membuat lega. Asal jangan larut dalam tangis dan tawa sih, Insya Allah you'll be fine :)

    yup ^__^ semua terjadi untuk yang terbaik.

    BalasHapus
  2. amin.........
    semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua...

    BalasHapus
  3. Setuju sma bang uzay.. ^^
    yang penting kita sudah berusaha yang terbaik + berdoa, kalaupun jawaban yang diberikan tidak sesuai yang diharapkan, mungkin itu yang terbaik di mata Allah untuk diri kita..

    BalasHapus
  4. bersiap untuk kecewa. itu sikap menal penting yang harus kita punya. jadi tahan banting nantinya

    BalasHapus
  5. Seseorang akan mendapat yang dia usahakan. Allah itu maha adil kang. Kalaupun si dia bukan jodohnya, berarti dia sedang berusaha menjaganya untuk orang lain. Dan si dia insyaallah akan mendapatkan yang lebih baik.

    Sesuatu yang menginspirasi "seseorang yang terlihat kuat terkadang dalamnya rapuh".

    BalasHapus
  6. yang penting usaha dan niat saja gan dan jgn lupa berdo'a juga gan :D

    BalasHapus
  7. salam kenal sob :) kunjungan balik gan. :D

    BalasHapus
  8. waaah...lama nggak kesini,udah ganti wajah aja ini blog :D

    amin,semoga yang terbaik selalu untuk kita semua...
    tinggal gimana kita jalaninnya,pantes enggak dikasih yang terbaik...hehe :)))

    BalasHapus
  9. Ckckck... Maasya Allah, ada yaa orang yang seperti ini.

    Meredam getaran cinta di hati demi kebahagiaan orang lain...
    Bisa menjadi seorang yang bahagia padahal hatinya menderita...

    Tapi setuju~tetap tidak boleh putus asa!!
    Allah bahkan merasa malu bila tidak mengabulkan do'a hambaNya yang mengangkat tangan ketika berdo'a...

    BalasHapus
  10. cinta tidak memiliki pastinya menimbulkan rasa sakit hati. Perlu waktu lama untuk untuk menerima nasib itu.

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)