Agustus 10, 2013

Ini tentang keresahan-keresahanku...



Dear sebilah tulang rusukku... 

Apakabar imanmu?
Senantiasa dalam jalur yang aman ya, yang selalu membawa ketaatan. Insya Allah. 

Entah kenapa malam ini aku ingin kembali menyapamu. Rindu? Ah, mungkin. Bukankah rindu itu sering kita namai bentuk termanis (r)asa dari sebuah doa?

Selain alasan tersebut di atas, aku sedang merasa khawatir sekali. Kau tahu mengapa? Belakangan ini ada keresahan-keresahan yang sedikit banyak menggangu kinerja pikiran. Ini semua tentang amanah yang dititipkan oleh Allah kepada kita nanti. Masa depan iman si buah hati. 

Kamu bisa lihat bagaimana kondisi akhir zaman ini. Bagaimana carut-marutnya dunia oleh kerusakan-kerusakan yang dibuat manusia. Bagaimana langit-langit kebenaran semakin diselimuti kabut abu-abu. Samar-samar. Kalau kita tidak memiliki mata hati yang jeli, sulit rasanya kini membedakan mana yang bathil terbungkus rapi oleh keindahan.  Mana yang isinya benar-benar Haq, tapi kemasannya rusak terkelupas. Masya Allah, semoga mata hati kita selalu terbasuh oleh cahaya keimanan. Dituntun oleh kehati-hatian akal pikiran.

Jadi wajar sajakan kalau aku begitu khawatir? Bukankah kita juga sering menamai khawatir adalah bentuk dari proses perbaikan diri. Bentuk rencana-rencana yang harus disusun dari jauh-jauh hari. 

Lalu apakabar bekal kita? Sudah cukup tangguh kah kita ‘pasang badan’ untuk melindungi si buah hati nanti? Bagaimana dengan persiapan ilmunya? Sudah cukup bekal untuk mendidik masa depan iman mereka di masa yang mungkin jauh lebih rusak kondisinya dari zaman kita sekarang?

Entahlah! Belum kemungkinan-kemungkinan yang bisa merusak tatanan hidup lainnya. 

Untuk itu, duhai ukhti yang belum jua bernama...
Aku mencoba berbagi keresahan ini denganmu. Barangkali sedikit banyak kamu sudah punya solusinya, sudah mengerti tindakan apa yang harus diambil nanti sebagai orang tua yang baik. Sebagai pendidik alamiah, seorang ibu yang menegakkan tulang punggung keimanan mereka. Kalau memang begitu, bisakah kamu berbagi solusi denganku? Mari kita diskusikan masalah ini bersama. Bagaimana bentuk tanggung jawab kita nantinya. 

Dan untuk itu pula, aku sadar saat ini yang terpenting bagiku adalah menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecil kita nantinya. Menjadi imam untukmu. Menjadi ayah yang baik buat bayi yang terlahir dari rahimmu. Sibuk berbenah diri dan memperbaiki masa lalu yang sudah dilewati. Karena aku percaya, apa yang kita lakukan, apa yang diperbuat, dikatakan hari ini, sedikit banyak akan berpengaruh juga untuk masa depan iman-iman mereka. Si buah hati yang menjadi amanah untuk kita bersama.

Aku harap kamu pun terus mengupayakan hal yang sama. Dan semoga kelak kita benar-benar dipersatukan dalam misi yang sama, menjaga keluarga kecil kita sejauh mungkin dari kobaran api neraka. Insya Allah, Aamiin ya Rabbal ‘alamin. 

Duhai, sebilah tulang rusukku...
Apakabar hatimu?
Teruslah berdoa untukku.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)