Februari 20, 2016

CAK-CAK DAN TOKEK

Tokkek.... tokkek.... tokkek,,,,

Suara nyaring itu bersahut-sahutan dengan suara takbir yang menggema seirama. Shalat Maghrib berjamaah baru saja memasuki rakaat yang ke dua.

Tokkek.... tokkek.... tokkek,,,,

"Hei, suara kau kecilkan sikit lah, ganggu konsentrasi yang sedang menghadap Tuhannya saja." Cak-cak datang menegur sahabatnya itu. "Kenapa kau terdengar sedang risau sekali?"

"Aku prihatin melihat segelintir manusia yang tekun ibadahnya, tapi tidak disertai dengan ilmunya."

"Maksud kau?" Cak-cak mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Ya kau llihat di sana, ada pemuda yang shalat dengan pakaian yang sekenanya saja." Tokkek menunjuk salah satu jamaah yang berdiri paling pojok. Pemuda itu hanya memakai kaos ketat dan jeans belel.

"Mungkin dia sedang dalam perjalanan, bukan dari rumah. Lagipula yang penting kan pakaiannya menutupi aurat." Cak-cak berargumen.

"Kalau sedang dalam posisi berdiri memang menutup aurat, coba kau perhatikan ketika dia rukuk atau sujud."

"Oh iya, bagian belakangnya terbuka. Batal tuh shalatnya. Auratnya terbuka." Cak-cak terkesiap dengan apa yang ia lihat. Baru paham dengan yang dimaksud Tokkek.

"Aku yakin dia mana tahu kalau shalatnya sudah batal. Mana tahu aurat laki-laki itu dari atas dengkul sampai di atas pusar. Depannya sih tertutup, tapi bagian belakangnya terbuka."

"Hussh.... suka langsung men-judge seperti itu."

"Ya... kalau dia mengerti, seharusnya dia lebih memperhatikan pakaiannya ketika shalat. Ia baru contoh kecil manusia yang tekun beribadah tapi tidak disertai dengan ilmunya. Kau lihat di belakang kita."

Cak-cak langsung menoleh. Ia dapati seorang perempuan yang sedang ikut shalat berjamaah, dengan mukenanya. Tapi jari kakinya terbuka ketika duduk tahiyat akhir. 

"Subhanallah, banyak yang harus diingatkan sepertinya."

"Begitulah, makanya aku risih melihat pemandangan hari ini. Ditambah tadi aku lihat ada yang sedang tekun bertadarus lewat layar ponselnya."

"Lho apa yang salah dengan itu?"

"Aku tidak menyalahkan. Tapi hanya menyayangkan, aku lihat tidak jauh dari tempat duduknya ada banyak mushaf yang ia bisa pakai. Kan bisa dapat pahala lebih, pahala membacanya dan pahala memegang mushafnya."

Cak-cak mengangguk setuju.    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)