Februari 07, 2016

KRAN REZEKI

Salah satu hal yang selalu luput kita sadari betapa pentingnya rasa yakin itu adalah perihal rezeki tiap-tiap makhluk hidup sudah ada yang mengaturnya. Bahwa kran rezeki itu sudah memiliki penampungnya masing-masing. Dan akan keluar tergantung usaha kita untuk membuka krannya agar tetap lancar. Lupa salah satu point pentingnya adalah sabar. Kran yang hanya mengucurkan air sedikit pun pada akhirnya akan memenuhi ember yang ada di bawahnya. Tergantung dengan seberapa banyak isi penampungnya. Catatan kecilnya, Tuhan kita sudah pasti hitungannya akurat. Kebutuhan makhluk-makhluknya sudah diperkirakan dengan sedemikian rupa.  

Begitulah, terkadang kita terlanjur abai untuk mengingat hal sesederhana itu. Kadung mengeluh karena merasa sulit sekali untuk mendapatkannya. Terlanjur iri hati ketika melihat rezeki orang lain lebih melimpah ruah. Sepertinya mudah sekali mereka mendapatkannya.

Pagi itu kira-kira matahari sedang setinggi tombak, seperti biasa saya menyempatkan diri untuk menjemput adik laki-laki dari sekolahnya. Ada pemandangan yang menarik. Bel berbunyi, siswa-siswa kelas 1 dan 2 SD sudah waktunya untuk pulang. Bergerombol menuju jalan raya. Ada dua orang satpam yang bertugas untuk membantu mereka menyebrang jalan.

Situasi seperti itu selalu menarik perhatian para angkutan umum. Saya yang sedang menunggu adik laki-laki, duduk di atas jok motor. Menyeringai menyaksikan pemandangan itu. Satu mobil angkot sempurna berhenti di depan anak-anak yang bergerombol di pinggir jalan. Sesekali pak satpam mewanti-wanti untuk tetap tertib. Tidak main lari-larian dan bercanda sampai kondisi jalan memungkinkan untuk mereka menyebrang. Angkot itu kosong, pak sopir berteriak menawarkan jasanya. Tapi sayang tidak ada satupun anak-anak yang tertarik naik mobilnya. Sebab gerombolan pertama itu memang akan menyebrang. Pulang dengan berjalan kaki menuju sebuah gang kecil. Sang sopir angkot pertama masygul kembali menggas mobilnya. Itu bukan rezekinya.

Tidak lama kemudian, datang lagi satu gerombol anak-anak yang akan pulang. Satu angkutan umum lagi berhenti di depan mereka. Kali ini tidak kosong. Ada satu orang yang duduk di pojokan. Lagi-lagi saya menyeringai, aku bisa menebak gerombolan kedua anak-anak itu juga bukan rezeki untuk angkot yang kedua. Mereka juga akan menyebrang jalan. Sebagian malah ada yang sudah pulang dengan jemputannya. Sopir angkot kedua ini lebih sabar menunggu dari angkot sebelumnya. Meskipun setelah gerombolan anak-anak ketiga datang pun tidak ada satu anak pun yang masuk ke angkotnya. Sopir kedua itu juga masygul melanjutkan perjalannanya.

Dan ketika adik laki-lakiku sudah menampakkan diri. Saya sudah siap menancapkan gas. Saat itulah angkot ketiga datang, langsung diserbu dengan gerombolan anak-anak yang keluar bersama dengan adik laki-lakiku. Sungguh itu pemandangan yang sangat menarik. Betapa rezeki memang sudah ditentukan masing-masing. 

Itu pengingat yang sangat menarik untuk dipikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)