Februari 10, 2016

PARODI : PERINTAH KOSONGKAN NEGARA

Di suatu negeri antah berantah, pagi itu terjadi kepanikan di mana-mana. Suara sirine menggaung, pengumuman penting presiden pagi itu membuat rakyat jelata gelagapan.

"DALAM 1x 24 JAM KITA HARUS KOSONGKAN NEGARA TERCINTA INI. HARAP KEMASI BARANG-BARANG BERHARGA KALIAN. HUTANG NEGARA INI SUDAH JATUH TEMPO. NEGARA INI SUDAH BUKAN MILIK KITA LAGI. AYO SEMUA MULAI BERKEMAS SELAMATKAN DIRI KALIAN MASING-MASING."

Suara pengumuman presiden negara itu menggaung di mana-mana. Di televisi, radio, surat kabar. Mendadak sekali membuat kepanikan di mana-mana.

Rakyat jelata yang tak tahu apa-apa geram, mana tahu soal hutang-hutang negara. Mana ada yang menyangka Negara tempat mereka tinggal selama ini sudah digadaikan untuk melunasi hutang-hutang itu. Apakah memang sudah sebesar itu pemimpin-pemimpin di negara mereka berhutang. Anak-anak kecil menangis tidak mengerti apa-apa. Seharusnya pagi ini mereka pergi ke sekolah. Tapi bapak dan ibunya menyuruh ikut berkemas. Entah hendak ke mana. Para lansia tidak bergerak dari tempat duduknya. Hanya memperhatikan kepanikan di luar rumah. Mereka untuk ke kamar mandi aja sudah susah bagaimana mungkin presiden menyuruh seluruh rakyatnya untuk mengosongkan negara ini.

Pita kuning sudah mulai dipasang di mana-mana. Panjaaaang sekali. Rakyat jelata kocar-kacir bingung harus pergi ke mana. Presiden hanya memerintah untuk mengungsi tapi tidak memberikan solusi mereka harus ke mana.

Rakyat jelata berlari ke sana kemari, ada yang hanya menenteng bantal. Menggotong-gotong kasur lapuk. Menggandol beberapa potong pakaian. Mana ada barang-barang berharga yang mereka punya. Seminggu lalu sudah diminta pemerintah untuk membantu melunasi hutang negara. Urunan. Dan ternyata meski seluruh kekayaan rakyat jelata dikumpulkan masih tidak cukup untuk membayar itu semua. Jangan tanya soal kas negara, semua sudah pindah ke perut keluarga para koruptor kelas kakap negeri ini. Yang ikut kebingungan dengan nasib mereka selanjutnya. Hendak menjadi parasit di mana lagi. Ketika inangnya sedang sekarat.

Negeri antah berantah ini sudah diujung tanduk. Tinggal rakyat jelata yang menanggung deritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)