September 09, 2013

Pilihan paling sakral masa hidupmu



Barangkali memang benar, bahwa dalam proses perjalanan hidup seseorang, ada beberapa moment pengambilan keputusan yang sangat ‘sakral’ bagi keberlangsungan hidupnya.

Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.

Bagaikan ia harus benar-benar masak, memilah satu alenia babak baru yang harus dilakoni. Agar perunutan nasib-nasib baik berjalan sesuai ketentuan takdirnya. Kebetulan-kebetulan –yang sebenarnya hanya istilah manusia- menjadi kebetulan yang sangat sempurna. Sesuai harapan. 

Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.

Kita tidak lagi membincangkan tentang pemilihan sekolah terbaik mana yang akan menjadi atap masa remajamu. Tidak lagi menentukan dimana seharusnya kamu menghabiskan waktu selama kurang lebih delapan jam mencari nafkah. Yang khalayak ramai sering disebut : dunia kerja.

Pilihan-pilihan itu sudah jauh terlewat. 

Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku. 

Menentukan pilihan yang paling ‘sakral’ sepanjang usiamu. Selama aku mengenal dan menjadi pendengar yang baik atas cerita-ceritamu.  

Aku mau menikah Zy.” Katamu melalui saluran pesan singkat itu.

Kau tahu, selepas membaca pesan itu hatiku buncah oleh rasa bahagia, sumringah. Sungguh itu kabar yang berlipat-lipat baik. Tentu saja akan sangat buncah hati siapa saja, ketika mendengar sahabatnya sudah selesai mencapai tujuan pencarian.

Layaknya pelayar yang melihat sebuah pulau, kembali ke daratan. Bahkan menurutku bisa jadi kita adalah pelayar yang beruntung, mendapatkan pulau yang sudah benar-benar modern. Sudah silau dengan gemerlap-gemerlap lampu penerangan. Pulau yang terang-benderang.

Bedanya kamu akan menetap di sana. Sedangkan aku hanya singgah sebentar, mengantarkan kebahagiaanmu. Kemudian kembali berlayar demi melanjutkan pencarian selanjutnya.  Muara yang dijanjikan.

Dan tentu saja kalau boleh jujur akupun sempat mengikik sebentar. Menyeringai, ketika membayangkan raut wajahmu dalam masa-masa pergulatan panjang dalam pikiranmu itu. Pasti raut wajahmu amat berantakan saat itu. Bukankah begitu?

Perihal ini bukan hal yang sesederhana dulu, bukan seperti menjatuhkan pilihan-pilihan sebelumnya ketika menerima panggilan kerja dua tempat sekaligus dari instansi yang kamu pernah datangi untuk bekerja sama.

Aku yakin kamu akan insomnia demi memikirkan keputusan ini. Bagaimana tidak, kamu akan membuka gerbang kehidupan baru. Kastil masa depan yang se-atap dengan seseorang yang dulunya begitu asing. Seseorang yang belum genap dua tahun kamu ketahui latar belakang kepribadiannya. Bagaimana sepak terjangnya ketika di luar pengawasanmu. Yang kedepannya kamu akan mengisi hari bersamanya. Sepanjang waktu, sepanjang usiamu. Bisa jadi di tangannya jua, kelak masa depanmu akan dipertaruhkan. Masa mudamu akan dihabiskan.

Orang asing itu nantinya yang akan mengecup keningmu ketika pertama kali membuka mata di pagi hari. Ia yang akan selalu melingkarkan tangannya ke pinggangmu, sebelum terbenam dalam lelap malam.   

Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.

Aku yakin kamu juga akan merasa di dalam dunia abu-abu barang sebentar. Di dunia yang pilihan-pilihan itu terkatung-katung menunggu mata dadumu berhenti berputar. Menunggu hatimu mengetuk palu keputusan. Kata YA yang lantang dan bertenaga. Dalam keikhlasan penerimaan. Tentu saja saling berbagi kepercayaan bersamanya.

Kamu beberapa hari yang lalu merasakan itu bukan? Begitulah memang, ketika rasa cemas lebih mendominasi kinerja hati. Cemas akan hal-hal yang masih gelap setelah ini. Apa yang akan terjadi jika bla.... bla.... gimana kalau nanti bakal bla... bla.... Proses yang wajar. 

Untuk membayangkan itulah aku mengikik tidak sopan. Menyeringai dengan wajah yang menggelikan.

Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku. 

Siap menyongsong kebahagiaanmu yang baru. Bersama dengannya –lelaki yang kau amanahkan sebagai pemimpin- berlari membawa obor semangat  masa depan. Kelak menjadi cikal bakal –sejarah- pembawa tongkat estafet perjalanan kisah keluarga besarmu, kepada buah hati kalian, cucu-cicit kalian kisah perjalanan hidup itu pindah dari tangan ke tangan, dari hati ke hati membawa kebaikan-kebaikan.

Jadi, selamat merajut kisahmu selanjutnya. Bersama seseorang yang mulai esok hari dan seterusnya, bisa kamu panggil ‘jodohku’. 

Selamat menetap di kepulauan bahagia.

*untuk beberapa sahabat yang baru saja atau akan melangsungkan pernikahan. 
 

4 komentar:

  1. oooh ada mbamba temen bang Ujay yang mau nikaaah :O
    oooh bakal ada banyak makanan :O
    hoho turut bahagia, semoga keluarganya nanti diberkahi :))

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)