Maret 14, 2012

Kisah Dion & Edel < Sesal Yang Tertunda >

Kisah Dion & Edel sebelumnya :

Setelah Pemakaman Nenek usai, yang tempatnya tidak terlalu jauh dengan makam ibunya Dion, Dion mengajak Edel untuk mencari tau siapa sebenarnya sang Nenek, dan darimana asalnya, terlihat Edel masih sangat terpukul oleh kepergian Nenek yang tidak pernah dia duga sebelumnya, karena tidak ada tanda-tanda gejala sakit, atau keluhan lain, hanya terlihat murung, memang kematian itu sebuah misteri, yang baru bisa terungkap setelah kejadian.

Rupanya agak susah untuk Dion, membujuk Edel untuk melangkah meninggalkan makan Sang Nenek yang sangat mereka sayangi itu, Dion akui, dirinya juga berat dan merasa kehilangan, seperti beberapa minggu lalu saat dia kehilangan Sang Ibu, tapi Dion berusaha untuk tetap terlihat tegar dimata Edel, untuk memberi dorongan semangat moral. cause kalau bukan dirinya siapa lagi, apalagi kini mereka hanya tinggal berdua.

“ Udah ayo Del, katanya mau ke tempat alamat yang ada di kertas, siapa tau kita dapat keterangan, mungkin Nenek masih punya keluarga, dan kita juga harus kasih kabar duka ini ke mereka, udaaaah ngga ada gunanya nangis terus disini… “ sambil menepuk pundak Edel dan mengajak nya berdiri. Meskipun dia sendiri ngga percaya, kenapa bisa keluar kata-kata sedewasa itu.

Lagi-lagi Edel hanya diam, sejak semalam bibirnya bungkam tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya sekedar memberikan isyarat anggukan atau gelengan, tapi Dion mengerti memang susah menerima kenyataan, kalau kita kehilangan seseorang yang teramat kita sayang, “  Kasihan loe Del, gw janji mulai saat ini akan selalu jagain loe, selalu membuat loe tersenyum, seperti yang loe lakuin dulu saat baru ketemu gw!! “ tekad Dion dalam hati.
******
Di telusurinya jalan raya, dengan berjalan kaki, sudah hampir dua jam, alamat demi alamat, di sesuaikan dengan secarik kertas kucel itu, dari deretan gedung – gedung tinggi, sampai bertemu sebuah gang kecil, sudah lumayan tua, terlihat dari cat warna gardu gang tersebut, dan di dalam, ngga jauh dari gang kecil itu, ada sebuah rumah pondok sederhana yang tak kalah usang.

“ Nah, ini nomer 15 nya, cocok sama alamat yang ada di kertas, akhirnya sampe juga !! “ Dion menyimpulkan, seketika Edel yang sedari tadi terdiam, ikut memastikan bahwa alamat yang di cari benar-benar di gang ini.

“ Permisi Pak, boleh kami bertanya ?? “ Sapanya kepada Pak Satpam yang sedang bertugas.

“ Oh Iya ada apa yah dek ?? “ jawab nya ramah.

“ Apa benar ini Yayasan Kasih Bunda ??  “ sambil memperlihatkan kertas kucel itu.

“ Iya benar, kalau mau tanya-tanya, ayo bapak antar ke dalam.. “

Dion dan Edel lega karena ternyata alamat yang sedari tadi mereka cari, benar adanya di gang kecil ini, lalu dengan modal percaya diri keduanya membuntuti Pak Satpam menuju kedalam.

“ Permisi Pak, adek –adek ini mau bertanya “ Pak Satpam memperkenalkan Dion dan Edel ke salah satu petugas di sana, lalu permisi kembali ke posnya.

" Oia, silahkan Dek, ada yang bisa saya bantu ?? " sambil perhatikan kedua anak kumal itu.

" Eeu, ini Pak saya mau tanya, kertas ini maksudnya apa yah ?? " Dion memberanikan diri, menunjukan kertas kucel yang penuh misteri itu.

" Lho?? Ade dapet kertas ini dari mana??, iya ini benar surat yang di keluarkan dari yayasan ini !! " sambil mencari file data di computer.

" Ini punya Nenek yang pernah ngerawat saya Pak, yang kemarin baru meninggal dunia !! " kali ini Edel bersuara, dengan sisa-sisa mata yang berkaca.

" Innalillahi, saya turut berduka yah Dek, menurut keterangan, Ibu Reina Anggara ini, sekitar 12 Tahun yang lalu, pernah terdaftar di yayasan ini, tapi beliau pamit pulang, katanya ngga betah mau dirumah aja " 

" Kalau data keluarga si nenek, saya boleh tau Pak ?? "

" Wah, ngga bisa Dek, itu termasuk privasi, lagi pula saya juga  baru dua bulan disini, jadi berkas berkas yang lama saya ngga tau, emang sih sekitar dua bulan yang lalu, ada seseorang yang juga nanyain keberadaan si nenek, kalau ngga salah namanya Rian, ehm.. bener Rian Anggara. mungkin itu salah satu keluarganya, maaf ya ngga bisa bantu banyak "

******
Dion dan Edel tampak kecewa, membawa pulang berjuta tanya, siapakah Rian Anggara yang di maksud petugas yayasan?? harus kemana kah mencari orang itu?? apa benar itu salah satu keluarga si nenek??, pertanyaan - pertanyaan itu tidak seharusnya menghantui pikiran mereka yang masih butuh kasih sayang orang tua. ditambah tidak ada sedikit pun keterangan tentang orang itu. tapi itulah kenyataan yang ada, permainan hidup yang harus mereka jalani, dan hanya mereka sendiri yang bisa menyelesaikannya.

Terlebih buat Edel, yang merasa berdosa, menyesal, kenapa dirinya ngga dari dulu menanyakan langsung kepada sang Nenek, atau sekedar cari tau, apa yang dirasakan Nenek. mungkin kalau itu di lakukan Edel bisa melihat Nenek bahagia sebelum akhir hayatnya. " Bodooooooh, maafkan aku Nek " umpat nya dari hati.

" Sudah Del, besok-besok kita cari lagi, jangan sedih terusss, kaka bingung harus gimana. "

<..... >
dari sini

" Eh ujan tuh, ayoo kita lomba lagi yuuk, siapa cepat sampe rumah ?? mau ngga ??, kan loe pernah bilang, kita tuh bisa bermain dengan ujan, karena mereka ngga pernah sendiri, udah lama nih ngga main ujan ayooo " Dion tampak antusias berharap ajakan itu berhasil. " Ayolaaaaaaaah!!, mana Edel yang tegar yang selalu bikin gw tersenyuuum " lagi-lagi Edel hanya menganguk kecil.

" Naaah, gitu dooong, baru namanya adek gw. ujaaaaaaaaaan kami dataaaaaaaang " sambil menarik Edel menyatu dengan hujan. 


" Sebuah penyesalan, walaupun itu penyesalan yang kecil akan tetap berakibat menusuk ke perasaan "

NB : Kisah hanya fiktip, tinggalkan kritik dan saran, baca dengan bijak, ambil jika ada yang baiknya, dan please jangan di copas kalau kita ingin selalu dihargai..  kita tak pernah tau seberapa berharganya sesuatu di mata orang lain yang kadang kita anggap hal sepele... makacii... 
 

26 komentar:

  1. bagus,,,
    Cara penulisannya itu dah kaya novel asli...
    kamu berbakat jadi penulis...

    BalasHapus
  2. iya mas,nyesel itu kagak enak banget dah,,,rasanya bersalah mlulu:)

    jadi, ceritanya udah ending nih??

    BalasHapus
  3. @Atma Muthmainna Belum Mba Atma, sepertinya masih panjang, karena masih ada misteri yang belum terungkap.. =)

    BalasHapus
  4. Penyesalan selalu ada di saat terakhir :(

    BalasHapus
  5. alurnya mantap banget sob... keren!!! n penuturanny pun gak 'ngejelumet', seolah pembaca merasakan apa yg sedang dirasakan sang penulis. keren sob, menghipnotis. jiwa penulis sudah benar2 tertanam 'di sana' sob. keep writing y... ^^

    salam blogger^^

    BalasHapus
  6. jdiin buku aja bang :)
    punya bakat nulis,syg klo gak skalian bikin buku hehhehhehhehehhe

    BalasHapus
  7. penyesalan itu slalu adanya diakhir ya sob?
    itu fiktif ya? kirain beneran...

    oya, aku follow blogmu, folback ya..
    salam

    BalasHapus
  8. @Ulu ulu ulu uluuuu Betul, itu manusiawi.. tapi cerita ini belum selesai kok, jadi belum seratus persen dibilang penyesalan.. selalu ada hikmah di baliknya.. =)

    BalasHapus
  9. @Admin Jejak Puisi Terima kasih kaka.. =)

    Alhamdulillah pendapat mu sebagai pembelajaran berikutnya..

    BalasHapus
  10. @Ca Ya Masih harus belajar banyak Ka Ran, ajarin doong !!

    BalasHapus
  11. Fiktif tapi mengena sobat. Aku yang baca aja penasaran pengen tahu kisah selanjutnya. Wah sob, ini kisah bersambung atau cuma sampai disini. Rian masih menjadi misteri.

    BalasHapus
  12. @HP Yitno Masih bersambung Mas tunggu aja ya, hehe,,, makasih udah mau baca..

    BalasHapus
  13. gue juga nyesel gak ngikutin kisah ini dari awal -____-"

    BalasHapus
  14. keren :D
    kamu kayaknya berbakat deh jadi penulis.
    ga kaya saya -_-
    wwkkwkkk

    BalasHapus
  15. Rian anggaranya masih dicari atau udah ending?

    #salkomsel

    BalasHapus
  16. nice job...
    suka sama quote-nya juga ^_^

    BalasHapus
  17. wah tulisan gini harusnya dibukukan bang. . . .

    BalasHapus
  18. Hwaaa.. aku juga sukaaa main hujaaann... :D

    Rian Anggara.. siapakah gerangan dirimu...

    BalasHapus
  19. Wew tulisannya bagus, cocok nih kalau di bukukan :)

    BalasHapus
  20. kisah fiktipnya baguss2 sangat,,,

    BalasHapus
  21. Makasih semuanya yang udah mampir... =)

    BalasHapus
  22. Sebenarnya siapa dan untuk apa kertas itu..? hm.. Rian? hah entahlah hanya bang uzay dan Tuhan yang tahu

    BalasHapus
  23. waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah :O

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)