April 24, 2013

Dua Sisi - Satu Arah



S
aat gerimis sore itu, kedua bersaudara kakak dan adik bercakap-capak riang.  Sambil menikmati rintik air turun dari balik jendela kamar. Di waktu yang bersamaan, di tempat lain juga ada dua anak yang sedang bersiap-siap melakukan perannya sebagai pengojeg payung.
"Kak aku suka hujan!" tutur Salsa sang adik.
"Alhamdulillah! sudah mulai hujan nih. Lumayan buat tambahan penghasilan, ayo berangkat!" Ajak Andi salah satu dari pengojek payung tersebut.

 
"Tentu sayang, banyak yang suka hujan! nggak cuma kamu. lihat deh mereka yang di luar sana! Mereka juga sedang menikmati hujan seperti kita.Dika menunjuk ke arah dua pengojek payung, untuk memberi tahu Salsa.
"Kenapa ya, di saat anak-anak lain sedang berselimut, kita justru harus keluar cuma buat mencari uang?" Keluh Bimo, pengojek yang satunya. Ia tampak tak begitu semangat. 
"Yang mana Kak? maksud Kakak yang sedang berdiri bawa payung itu?" tanya Salsa, ia melihat kedua anak pengojeg payung masih di tepi trotoar.
"Sudah ayo ah! bukan saatnya untuk mengeluh, ini kan memang sudah jadi tugas kita. Setidaknya kita bisa main hujan-hujanan tanpa ada yang harus ngelarang, lagian lo masih butuh duit kan? nikmati sajalah..." kata Andi memberi semangat kawannya. 
“Iya mereka yang kakak maksud, kayaknya asyik ya bisa menyatu dengan hujan seperti mereka?” rasanya sudah lama memang Dika tidak main hujan-hujanan seperti waktu kecil.
     "Hehe benar juga lo, tadi gue mikir apa ya? ayolah! Lets go... !! waktunya cari mangsa." Bimo sudah tampak sedikit semangat. Dan mulai membentangkan payungnya untuk menawarkan jasa.
"Iya ya kak! aku saja nggak boleh sama sekali kena hujan sama dokter. Aku hanya bisa menikmati hujan dari balik jendela ini. Beruntung ya mereka kak.. lihat itu pada ketawa-tawa sambil lari-larian. Waaaah kayaknya asyiiik.. hmmm..." Salsa ikut menikmati hujan dengan melihat pengojeg payung itu.
Kedua Pengojeg payung itu tampak riang berlarian sambil mengiringi mangsa mereka yang sedang menyewa payung. Keduanya terlihat senang dapat penghasilan yang lumayan banyak hari ini
“Saat sudah sembuh total, nanti kamu juga bisa menyentuh hujan langsung seperti mereka! Sekarang kita nikmati saja hujan itu seperti ini. Oke sayang?” Dika hanya bisa memeluk adik satu-satunya itu dengan sangat erat.
***
30 menit berlalu
"Kak, lihat deh hujannya berhenti, pasti sebentar lagi akan ada pelangi yang indah. Aku mau lihat pelangi Kak!" kata Salsa yang belum beranjak dari depan daun jendela kamarnya.
 Sedangkan kedua pengojeg itu sudah menepi karena memang hujannya sudah reda. Sambil mengeringkan pakaian.
 "Bentar-bentar jangan pulang dulu, biasanya kalau dari sini pelanginya bisa kelihatan lebih jelas..Ajak Andi keika melihat Bimo sudah mau beranjak pulang.
"Kenapa kamu suka pelangi Sa?" tanya Dika.
“Waaah kereeeen!! benar kata lo melihat pelangi di sini jelas banget..”
“Kata mamah, pelangi itu punya banyak warna kak, seperti hidup kita ini. Di sekeliling kita kan nggak sama semua warnanya. Tapi perbedaan warna itu saling melengkapi makanya terlihat indah dan harmonis. Kata mamah kemarin sih gitu!” Salsa mengeja perkataan mamahnya kemarin secara sempurna.
"Makanya jangan suka ngeluh, setidaknya kita masih bisa melihat pelangi yang sama kan. Seperti mereka, meski di tempat dan keadaan yang berbeda. Bahkan mungkin kita jauh lebih jelas melihatnya di tempat ini, iya nggak?" Andi meledek sekaligus menyemangati kawannya itu.
"Iya sayang! Kamu benar, seperti kita yang berada di kamar ini. Dengan mereka yang tadi kamu lihat sedang hujan-hujanan di luar. Meski cara menikmati hujan dan melihat pelanginya berbeda antara keadaan dan tempatnya, tapi setidaknya kita semua bisa melihat pelangi yang sama. Dan pelangi itu tetap akan indah."
Tampak Dika dan Salsa, serta kedua anak pengojek payung itu. Bimo dan Andi. Hanyut dalam pemandangan indah ke arah yang sama meski di tempat yang berbeda.

Dua sisi dalam satu arah, beda warna, satu pandangan..

postingan sebelumnya {UNTUK DIRI} : Jangan ikut merusaknya

8 komentar:

  1. wuihh....indahnya dan sedih alur ceritanya. dari arah manapun kita bisa melihat pelangi, hanya tempat yg berbeda namun pelanginya tetap satu

    BalasHapus
  2. baguuuuuuuus :')
    kok kayak pernah baca, ini pernah diposting di catatan fesbuk ya bang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini tulisan lama di fb.. liat masih berantakan tanda bacanya :)

      Hapus
  3. saya suka bagaimana cara kamu selalu menyuguhkan percakapan-percakapan yang semacam ini. mengena dan terasa tidak terlalu berlebihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih udah berkunjung ke sini Chank :)

      Hapus
  4. keren zi, gak nyangka dari judulnya. isinya gitu :D

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)