Februari 16, 2014

CERURY: Sembilan point si manusia kaku



Banyak yang menjuluki ia adalah manusia kaku. Manusia yang direpotkan oleh peraturan yang dibuatnya sendiri. Meskipun perlu juga diakui ia adalah manusia yang perjalanan hidupnya terencana dengan baik. Lebih baik dari siapapun.

Aku salah satu orang yang mengenalnya dengan jauh lebih baik, bukan dari sisi yang menjulukinya kaku. Tapi dari sisi yang pergerakannya selalu terencana. Aku tahu salah satu kebiasaanya, ia selalu menyempatkan diri menulis point-point penting yang akan ia kerjakan besok, sebelum tidur. Baginya itu adalah jadwal kedisiplinan bukan sekedar oretan pengingat.

Secara garis besarnya, ia harus sudah tidur pada jam sekian-sekian. Harus bangun tepat waktu di jam sekian-sekian. Lalu harus mengerjakan ini-itu sampai jam sekian-sekian. Bla bla bla sampai catatan pada malam hari ini tercontreng sempurna. Itulah kebiasaan uniknya. Itu untuk jangka waktu yang pendek. 24 jam. Lain hal kalau menyangkut rencana seminggu ke depan, sebulan ke depan, se tahun ke depan. Harus mencapai ini di usia segini, harus sudah punya ini ketika usia beranjak sekian. Catatan itu lengkap tersimpan di file pribadinya.

Sejauh ini ia mengaku kebiasaannya itu sangat membantu ia mencapai apa yang sudah menjadi targetnya. Minimal mengurangi intensitas kegagalan. Sebagai alarm untuk dirinya sendiri. Meskipun ya itu, ia menjadi pribadi yang kaku. Seolah ada yang mengawasi dan memarahi jika ia sampai ia terlambat melakukan aktivitas berikutnya.

Pernah kami janjian makan malam bersama di luar kantor. Ada sekitar lima orang teman lain yang ikut. Malam itu kebetulan ada yang baru promosi jabatan. Hingga ia yang ditodong untuk mentraktir kita-kita. Setelah makan kami tidak langsung pulang, mengobrol-bergurau sampai tidak ingat waktu. Tiba-tiba si temanku yang kaku itu berdiri pamit duluan. Katanya dia harus bergegas pulang karena sudah terlambat lima belas menit untuk tidur. Kami semua menggelengkan kepala, sampai segitunya. Meskipun mau tidak mau menganggukkan kepala. Setuju ia pulang duluan.

Di hari minggu tidak terlalu padat aktivitasnya. Semalam ia sudah menulis sembilan point yang akan ia kerjakan/temui/kunjungi hari ini. Start jam enam teng, finish jam sembilan malam. Salah satunya, ia sudah janjian akan ketemu sahabat lamanya di salah satu kafe jam sembilan pagi. Itu point ke tiga yang harus ia selesaikan hari ini. Berarti masih sisa enam point kegiatan yang menanti.

Jam sembilan kurang sepuluh menit ia sudah sampai di kafe yang sudah ditentukan. Sengaja datang lebih awal, ia harus menyelesaikan tulisannya lebih dulu sebelum bertemu dengan sahabatnya itu. Ya di sela-sela waktu senggang ia memang berusaha menyempatkan waktu untuk menulis.

Pukul sembilan lewat lima belas, yang ditunggu belum juga muncul. Mungkin macet, ia berasumsi sembali menyeruput es teh manis yang tinggal setengah gelas. Kembali ia menekuri tulisannya.

Malang bukan kepalang. Si manusia kaku ini memang lihai mengatur waktu harus ini itu dan sebagainya. Tapi tetap saja ia juga memiliki kelemahan. Salah satunya rasa kecewa. Sudah satu jam berlalu dari jadwal yang ditentukan, sahabatnya yang ditunggu tidak kunjung datang. Padahal ia sudah memiliki harapan besar untuk pertemuan hari ini. Dan selanjutnya bisa ditebak, dengan tidak jadinya pertemuan itu, dengan rasa kecewa yang baru saja terbentuk di hatinya. Jadwal enam point ke depan sudah pasti berantakan. Ia sudah tidak selera untuk melanjutkan aktivitasnya. Memilih pulang dan tidur seharian.


4 komentar:

  1. Hahahaha
    sedang membicarakan diri sendiri ya? ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho? ini kan sengaja menceritakan kamu :P

      Hapus
    2. Hm.. aku rasa cerita ini kamu sekali.
      Aku tidak mungkin berbuat begini
      Haha

      Hapus
    3. aku peninjau!
      sudut pandangnya aku. dan aku adalah aku yang adalah orang pertama tahu segala.
      cupicupi lamki

      Hapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)