Februari 23, 2014

CERURY: Sepuluh Tahun yang manis



Sudah sepuluh tahun aku bersahabat dengannya, masih tidak percaya jalinan itu diikat dengan hal yang lebih serius. Pernikahan. 

Aku dan Ra’ sudah bersahabat sejak zaman SMP. Tidak ada yang terlalu spesial dengan kisah persahabatan kami. Sekedar dua anak remaja yang suka tukar-tukaran mengerjakan PR di sekolah. Aku lemah di pelajaran IPA dan ia tidak terlalu suka pelajaran bahasa. Bisa dibilang awal terbentuk persahabatan itu tidak benar-benar tulus, ada kepentingan terselubung di sana.

Hampir setiap minggu aku main ke rumahnya untuk menukar lembar jawaban tugas sekolah. Dan kebiasaan itu terus berlanjut hingga kami sama-sama sudah kuliah di kampus berbeda. Meski bukan lagi karena tugas sekolah. Aku memang senang kerumahnya, orang tua Ra’ sangat menyenangkan. Ditambah masakan ibunya yang sayang sekali kalau dilewatkan.

Aku dan Ra’ memiliki sifat seperti bumi dan langit. Banyak sekali perbedaan di antara kami. Satu hal yang mungkin sama payahnya, kami sama-sama memiliki rahasia ‘diam-diam sedang menyukai seseorang’. Ya, kami termasuk golongan screat admirer, si penatap punggung seseorang. Ra’ mengaku sedang diam-diam menyukai teman kampusnya. Aku pun sedang tertarik dengan salah satu teman perempuannya Ra’. Sedangkan di antara kami berdua tidak pernah menyinggung soal cinta. Kami murni hanya bersahabat.

Sampai pada malam itu, aku ingat sekali jam delapan. Aku mengantar Ra’ pulang. Kami baru dari resepsi pernikahan salah satu sahabat Ra’. Dan ketika hendak pamit pulang, tiba-tiba ayah Ra’ menanyakan sesuatu yang membuatku terkejut.

“Kalian berdua kapan mau menikah?”

Aku dan Ra’ reflek saling pandang-pandangan. Aku mengerutkan dahi, sedangkan Ra’ langsung tertunduk. Malam itu untuk pertama kalinya aku memikirkan ulang ikatan persahabatan ini. Merenungkan apa perasaanku sebenarnya kepada Ra’.

Malam itu, 10 jam ke depan aku menimang-nimang hati ini. Dan pukul enam pagi akhirnya memutuskan sesuatu. Aku memberanikan diri melamarnya.

Melamar sahabat yang aku kenal 10 tahun lalu bernama Ra’.
***

Sepuluh hari berlalu setelah akad pernikahan, aku masih tidak percaya pada akhirnya kami mengisi hari-hari di bawah atap yang sama. Tidak ada yang berubah dengannya.Tidak ada yang berubah dari kami. Kami masih menjunjung tinggi perbedaan sifat-sikap masing-masing. Termasuk soal selera. Meskipun kami tahu harus sama-sama belajar beradaptasi, mencoba melebur perbedaan itu agar tetap seimbang pada tempatnya. Tanpa menghilangkan kenyamanan masing-masing dengan tetap menjadi diri sendiri.

Contoh sederhananya. Ra’ penggemar masakan pedas, tapi tidak terlalu suka dengan yang manis-manis. Sedangkan aku tidak pernah bisa memakan yang pedas dan paling suka dengan makanan manis. Ra’ pandai sekali menyikapi hal ini, ketika memasak ia selalu membagi dua bumbu yang berbeda. Sesuai dengan selera lidah kami masing-masing. Katanya, biarpun selera lidah kita berbeda, tapi lauknya tetap bisa sama. Dan aku mengacungi jempol bangga atas idenya itu.

Itulah kisahku dengan sahabatku Ra’ Dan aku mencintainya se jelas ujung lidah mengecap rasa manis.
  

2 komentar:

  1. huiiiiii dari sahabat jadi keluarga #uhuk...
    arghhhh lama gak main kesini... hihiyy

    bangg mau nanya" ni tapi fb lagi mati... emailiin no bang ujay pake j dong ke lainilaitu@gmail.com..

    sankyuuuu

    BalasHapus
  2. wahh, eksis banget nih Bang Uz. saya nggak kesini karena artikel Bang Uzay nggak tampil di daftar bacaan saya deh. koq bisa ya.

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)