Februari 03, 2014

CERURY: Tiga Pengalih Perhatian [1]

Setiap orang pasti memiliki dunia sendiri dalam hidupnya. Sebut saja pengalih perhatian. Menjadi tempat yang paling nyaman berlama-lama berada di dalamnya. Ia seakan tenggelam menikmati dunia itu seorang diri. Dan merasa tidak nyaman jika ada pihak lain yang mengganggu.

Mari kita uji sederhana perihal teori di atas. Minimal tiga buah kesimpulan yang harus kita dapat.

Masuk ke perpustakaan paling besar di kota ini sepertinya pilihan paling bagus untuk mulai mendiagnosanya. Banyak target yang kita bisa jadikan kelinci percobaan di sana.

Seperti biasa suasana perpustakaan meski terlihat ramai dengan banyak pengunjungnya, tapi tetap saja terdengar sepi. Semua sudah larut dalam buku masing-masing. Tidak banyak suara –hanya sesekali suara halaman buku yang dibalik. Sudah pasti perpustakaan memang tempat yang nyaman untuk membaca. Apalagi ini yang terbesar dengan koleksi buku-buku yang beragam.

Di sudut perpustakaan dekat jendela, terlihat seorang perempuan dengan rambut sebahu sedang tenggelam dengan novel favoritnya. Itu novel terbaru dari penulis yang ia gemari karyanya. Di atas meja terdapat sebuah ponsel dan tas. Dia target uji coba kita yang pertama. Dengan sampel: aktivitas membaca.

Perempuan itu tidak meminjam koleksi buku dari perpustakaan ini. Ia baru saja membelinya di toko buku terdekat. Dan memutuskan untuk menumpang membacanya di perpustakaan ini. biasanya jika sudah selesai membacanya, buku itu ia sumbangkan untuk menambah kelengkapan koleksi buku di perpustakaan ini. Biasanya begitu.

Ini menarik sekali. Teorinya penunjangnya adalah : bagi orang yang gemar membaca. Saat-saat sendiri, tidak bising, suasana tenang dan sebuah buku adalah kombinasi paling sempurna untuk menikmati bacaannya. Itu sudah masuk hitungan dunia pribadinya. Salah satu bentuk kenyamanannya. 

Mari kita mulai uji target kita ini. Perempuan itu menoleh ke ponsel yang bergetar di atas meja. Ada nomor yang tidak dikenal menghubunginya. Tentu saja mudah mendapatkan nomor pribadi target kita ini. Penjaga perpustakaan menyediakan buku tamu. Berupa nama, alamat, buku yang dibawa, buku yang dipinjam, buku yang dikembalikan dan nomor yang bisa dihubungi.

Perempuan itu tetap membaca, tidak menghiraukan panggilan itu. Kembali ponselnya bergetar. Di telpon dengan nomor yang sama. Tetap hanya dilihat. Tidak diangkat, malah ponselnya ia masukkan ke tas agar getarannya tidak mengganggu aktivitas membaca. Ia enggan menganggkat telpon dengan dua alasan. Pertama: nomor tidak dikenal, jika memang penting pasti orang itu akan meninggalkan pesan lebih dulu. Itu salah satu kebiasaannya. Enggan mengangkat nomor asing. Kedua: novel yang sedang ia baca hanya tinggal beberapa lembar, dan sedang seru-serunya. Mana mau ia diganggu dengan hal-hal seperti itu.

Baik sampel kita yang pertama sudah mendapat kesimpulan. Mari kita mencari target selanjutnya. Kita akan menuju ke taman dekat dengan gedung perpustakaan terbesar di kota ini. Biasanya ada beberapa mahasiswa menunggu kelas berikutnya sambil menulis di sana.

Di salah satu bangku taman, ada seorang mahasiswa yang sedang terlihat mengetik. Mungkin ia sedang dikejar deadline tugasnya. Atau mungkin hanya sekedar menulis artikel untuk blog pribadinya. Dia lah target kita yang kedua. Dengan sampel: aktivitas menulis. 

Teori penunjangnya adalah: bagi seseorang yang suka sekali menulis, ketika ia melakukan aktivitas itu. Otomatis seluruh perhatiannya akan terpusat ke satu titik. Imajinasi. Memindahkan gagasan yang ada di pikirannya dalam bentuk rangkaian kata-kata. Dan sudah tentu ia juga memerlukan suasana yang mendukung. Tidak terlalu ribut, tenang, nyaman dan tidak ada yang mengganggu. Ini sudah bisa masuk kategori dunia pribadinya. Beberapa menit kedepan ia akan tenggelam dalam tulisannya. 

Mari mulai uji target kedua kita ini. Salah satu agen kita akan menghampirinya, dan berpura-pura menjadi seorang sales yang datang menawarkan barang. Ini pasti jadi menarik. Pertama-tama sales itu akan menyapanya, mengucapkan selamat siang. Kemudian memperkenalkan diri. Lihatlah bagaimana ekspresi mahasiswa itu ketika sedang asyik menulis tiba-tiba ada orang asing yang datang mengganggu. Pasti imajinasinya tiba-tiba buyar. Perhatiannya akan terbagi.

Lelaki itu menolak dengan halus ketika tahu yang datang adalah sales mau menawarkan barang. Ia bilang mohon maaf belum minat. Tapi agen sales ini tidak menyerah begitu saja. Ia terus saja mengoceh menjelaskan keuntungan barangnya. Mahasiswa ini sudah mulai kusut wajahnya, memperhatikan jam tangan. Kemudian tanggannya merapikan laptop dan menyambar tasnya. Bilang permisi ke agen sales kita kalau ia sudah ada kelas berikutnya.

Kesimpulannya jelas bukan? Seseorang yang gemar menulispun menjadikan aktivitasnya itu sebagai dunia pribadinya. Yang nyaman berada di dalamnya seorang diri tanpa ingin ada yang mengganggu.

Baru dua contoh yang telah diuji. Silakan lanjut baca di post berikutnya agar tidak terlalu panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)