Februari 01, 2014

CERURY : Satu Kebaikan



Apakah kau percaya satu kebaikan -sekalipun kecil- itu bisa mempengaruhi banyak hal? Membuat ‘jaring laba-laba’ perubahan menjadi lebih sempurna. Tidak terlalu banyak bagian yang rusak karena tertimpa hal buruk. Satu kebaikan yang disertai dengan kepedulian bisa menjadi pionir yang bisa diandalkan untuk ‘sang raja’ –mereka yang selalu berharap akan ada perbaikan- melangkah lebih nyaman.

Seharusnya memang seperti itu sistem yang berlaku, rangkaian paralel kebaikan itu merambat terus ke segala arah. Memberikan energi baru, menghasilkan titik cahaya yang lebih terang di mana-mana. Sekalipun yang melakukan satu kebaikan itu lebih banyak tidak menyadarinya. Ada ketulusan yang selalu melindunginya dari sifat riya.

Dan ketika kau sedang membaca paragraf ini, di luar sana, di tempat yang sangat jauh, ada seseorang yang sedang serius sekali menatap selembar kertas berukuran besar di atas meja kerjanya. Kira-kira setengah jam yang lalu ia mencoret-coret kertas putih itu dengan sangat teliti. Sebisa mungkin tidak ada coretan yang tidak diperlukan. Ia sedang berusaha membuat ilustrasi tentang masa depan bumi. Kira-kira 20 tahun dari masanya sekarang. Bisa dibilang ia penghayal yang terlalu berhayal. Ia selalu ingin memindahkan apa yang sedang ia pikirkan dalam bentuk ilustrasi gambar yang sempurna. Harus sama persis. Itu tekadnya. Dan tidak akan berhenti jika menurutnya belum sesuai dengan gambaran yang ada dipikiran. Sejauh ini ia selalu berhasil. Karena menggambar memang keahliannya. Menggambar yang seakan hidup tepatnya.

Di kertas yang kini bagian-bagiannya tidak ada lagi tempat kosong -terisi penuh dengan potong-potongan gambar kecil. Tergambar suasana bumi jika di lihat dari langit. Ada banyak sekali bangunan-bangunan yang tersusun seperti sebuah negara, lengkap dengan kota-kota besarnya. Hanya tembok-tembok beton yang tertera di gambar itu. Di arsir rapi dengan tinta abu-abu. Ada juga perairan seperti laut atau sungai yang kecil dan sedikit jumlahnya, berada di beberapa titik kota. Tidak ada hijaunya pepohonan. Tidak ada hutan. Mungkin itu gambaran bumi ketika peradaban manusia semakin berkembang. Ketika manusia diperkirakan semakin nyaman bergantung dengan alat-alat yang mereka ciptakan untuk mempermudah segala aktivitas kesehariannya. Termasuk soal menghirup O2. Mereka sudah bisa melipatgandakan rekayasa udara tanpa perlu napas tumbuhan. Mereka mampu mengubah kandungan CO2 menjadi senyawa O2 yang aman untuk dihirup manusia. Kalau sudah begitu mana bertahan lama tumbuhan? Karena populasi manusia semakin hari semakin lebih banyak jumlahnya.

Sungguh gambar buatan tangan ini terlihat sangat menakjubkan. Meskipun gambaran tentang masa depan bumi itu mengerikan. Setidaknya itu gambaran yang ada dipikirannya saat ini.

Seseorang itu menghembuskan napas. Mengeluh. Menggelengkan kepala. Jelas sekali ia belum puas dengan hasil karyanya itu. Merasa masih ada yang kurang. Tidak sesuai dengan yang ia khayalkan. Ia mendongak menatap langit-langit seakan mengingat-ingat sesuatu. Seakan ia memiliki kendali untuk memutar ulang khayalannya beberapa jam lalu secara utuh. Sama persis. Dan mengecek kembali gambarnya barangkali memang ada yang masih kurang sempurna. Tentu saja ia tidak hanya sekedar menggambar. Ia juga memikirkan solusinya. Tidak cuma sekedar gemar berkhayal, tapi harus bertindak lebih baik dari khayalannya. Itu prinsipnya.

Tiba-tiba ia sumringah, mencari sudut kertas yang masih bisa didesaki oleh beberapa gambar kecil. Ekor matanya mencari ke sana kemari. Dan tangannya sempurna menghentikan pena itu di bagian paling atas kertas. Dekat dengan kotak kecil perairan. Ia mulai menggambar beberapa pohon yang sedang berbuah. Plus seekor tupai yang bertengger di salah satu dahannya. Itulah satu kebaikan yang ia pikirkan. Solusi dari khayalan masa depan bumi yang mengerikan di pikirannya.

Ia menyambar kertas kosong berikutnya. Barangkali khayalannya sedang kembali berputar di pikiran. Ia tidak mau buang waktu langsung saja merancang ilustrasinya. Seseorang itu kini menggambarnya seperti sebuah serial yang bersambung. Ia mulai menggambar hutan. –Skala hutan di kertas pertama dibuat dengan lingkup lebih besar. Dengan jumlah pohon yang sama. Kemudian menggambar seekor tupai yang melompat ke pohon yang satu ke pohon yang lain sambil menggigit daging buah. Ketika tinggal biji yang tersisa, tupai itu tanpa beban membuangnya sembarang. Kemudian sibuk memetik buah lain dan memakannya. Terus-menerus sampai perutnya merasa kenyang.

Seseorang itu tersenyum, meletakkan pena-nya. Itulah solusi selanjutnya dengan masa depan bumi. Begitu asumsinya. Satu kebaikan yang tidak disadari oleh seekor tupai, cepat atau lambat akan mengubah bumi menjadi lebih baik. Menghijaukan bumi kembali. Biji-biji yang terjatuh itu akan tumbuh susul-menyusul menjadi pohon besar. Menyebar hingga ke bagian kota lain yang sudah tidak lagi berpenghuni manusia. Sudah ditinggalkan karena mencari dataran yang lebih tinggi. Mencari udara yang lebih segar. Biji-biji itu tumbuh di antara beton-beton yang mulai retak. Cepat atau lambat kota pun akan kembali hijau.

Tak lama terdengar dengkuran. Rupanya seseorang itu tertidur kelelahan. Kegiatan menghayal memang membutuhkan energi yang banyak. Dan menggambarpun membutuhkan konsentrasi yang baik.

Aku tidak tahu apa satu kebaikan yang telah dilakukan oleh seseorang dalam tokoh kisah kali ini. Tapi aku yakin kebaikan itu ada selagi tetap terpeliharanya kepedulian untuk memperbaiki keadaan. Jelas-jelas ia peduli dengan masa depan bumi dan berusaha mencari solusinya. Masa depan yang sejatinya belum terjadi, masih dalam bentuk khayalannya. Setidaknya ia tahu apa yang seharusnya ia perbuat agar khayalan itu tidak berbentuk lebih mengerikan ketika kelak nyata. Dan kita yang sedang membaca tentangnya –yang tidak lagi mengkhayal- mari melakukan hal yang sama. Pelihara bumi dengan tetap menjaga kehijauannya. Menyebar satu kebaikan bersama.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)