Juni 26, 2012

Karena Aku Berbeda (Aku Bisa)

Angin berdesir di antara jemariku yang gemetar melihat besarnya gerbang megah ini. Beberapa orang yang hilir mudik menatap wajahku dengan ekspresi yang aneh. Aku tahu mereka pasti heran melihatku yang berbeda. Aku menundukkan wajahku dan berharap bisa mengalihkan semua tatapan itu. Ibu, apakah masih boleh aku melewati gerbang ini?.

Hari ini memang permulaan untukku melangkahkan kaki di sini. Sebuah bangunan sekolah nan megah yang selama ini aku idamkan. Impian selama ini menjadi salah satu anak yang beruntung berada di sana, sebentar lagi akan terwujud. Meskipun tak di pungkiri, aku sempat ragu melangkahkan kaki di babak baruku ini. Tapi semua karena ayah, lagi-lagi karena motivasinya yang membuatku masih mampu berdiri sampai  hari ini.

“Kamu yakin Haqi?” lagi-lagi tampak kecemasan ibu. “Ibu sih masih ingin kamu sekolah di dekat rumah saja.”

“Yakin bu, tenang saja aku akan baik-baik saja. Aku janji.” Lalu aku pamit memasuki gerbang sekolah itu.

Kulihat ibu yang masih mematung melepaskan anaknya dari kecemasan pikiran yang menghantuinya. Aku tahu perasaannya, tidak ingin aku menjadi bahan olok-olokan teman-teman baruku nanti. Seperti yang sudah sering ibu lihat sewaktu di sekolah dasar dulu. Makanya ibulah orang pertama yang menentang aku memilih sekolah unggulan ini. Sekolah yang katanya berisi anak-anak orang kaya dan pintar-pintar. Ibu takut aku tidak memiliki teman seperti yang sudah-sudah. Dan bisa dibilang aku anak yang beruntung mendapatkan beasiswa itu.

“Aku harus kuat!, untuk Ayah dan pembuktianku kepada ibu,” kataku menegarkan hati. Sekilas terbayang wajah ayah yang kini terbaring karena sakit yang menahun di rumah.

To be continue... 

39 komentar:

  1. aku suka banget dg untaian katanya, bagus dan menyentuh hati. Btw kisah selanjutnya bagaimana ya? krn msh To Be Continue.. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terima kasih pendapatnya mas =)
      masih harus banyak perbaikan.

      Hapus
  2. untaian kata nya bagus bgt sob.......
    benar2 menyentuh hati.....^_^

    BalasHapus
  3. ayo buktikan pasti bisa dan pasti mampu.

    BalasHapus
  4. Cemungudh Haqi!

    *menunggu lanjutannya*

    BalasHapus
  5. Sastranya dapet.
    Diksi yang keren dari untaian katanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduuh kaka terlalu berlebih, masih banyak yang harus di perbaiki, makasih kunjungan dan pendapatnya..

      Hapus
  6. kalo aku jadi haqi, mungkin aku juga akan nekat sekolah di sekolah favorit meski banyak rintangan yang harus aku hadapi.

    BalasHapus
  7. Fiksi bang? .. pengen belajar nulis -__-

    BalasHapus
  8. Ini yang buat GA bukan yaa? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Lu, sedikit menyalahi aturan harusnya ngga boleh di posting hoho..

      Hapus
  9. ayo haqi kamu bissaa *pukpuk

    BalasHapus
  10. Selamat ya Zay... sudah bikin buku "kertas kusam".

    Ooo imelmu itu ya... :D

    BalasHapus
  11. hmm.. kenapa berbeda..?
    faktor ekonomi kah..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba di baca lanjutannya, nanti tau jawabannya kenapa berbeda

      Hapus
  12. yaaaaah...tanda2 bakal kaya sinetron ini...
    chemungudth Haqi....
    cemungudth juga yang Nulis... :)

    BalasHapus
  13. Waw, yang ini rapi banget! :)

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)