Juni 22, 2012

Maaf (Ini Salahku)

Fajar masih menyisakan langit yang remang-remang. Meskipun sang mentari hampir membuka sinarnya, tapi tubuhku masih tetap menggigil. Mungkin karena beberapa hari kurang tidur dan sedikit masuk angin. Sehingga perutku yang belum terisi, mulai terasa mual, ditambah aroma pekat obat dari segala penjuru ruangan bercampur dengan aroma pembersih lantai para petugas kebersihan di rumah sakit yang sudah mulai bersih-bersih.


Sengaja aku datang lebih pagi, meskipun semalam sudah dari sana dan pulang cukup larut. Aku memasuki ruang tunggu tak jauh dari ruangan UGD dan laboratorium rumah sakit. Kulihat sosok sayu bermata sembab masih tertunduk di samping hospital bed. Ia tampak lelah, terhitung sudah dua hari sosok itu selalu terjaga, berharap sang pasien yang sedang menerima perawatan khusus itu mulai membuka matanya dan keadaannya jauh lebih baik. Tapi harapan itu seketika pupus ketika melihat sang adik belum bergeming dari tidur panjangnya.
    
“Sudah sarapan ka?. Maaf agak telat.” Aku menyapanya sambil menyodorkan beberapa helai roti tawar lengkap dengan selainya.
    
“Tidak apa, aku mau cuci muka dulu. Tolong kamu gantiin sebentar.” Jawabnya dingin. Masih ada raut menghakimi aku, meskipun sudah tidak tegang seperti dua hari yang lalu. Karena itu sungguh aku sangat merasa bersalah. Gerimis kecilpun mulai membasahi kelopak mataku lagi.
    
Ya pasien itu bernama lengkap Anggara Nezi. Dan ia kritis karena kebodohanku. Dan itulah hari yang membuatku merasa paling berdosa dan bersalah atas apa yang menimpa Anggara. Sungguh!
Hmph, rasanya hari itu semua berlangsung begitu cepat. Ketika aku sedang menikmati kesendirian mencoba menikmati hari di sebuah taman pusat kota Tokyo. Ketika aku sedang menanyakan hatiku yang sebenarnya ingin apa?.

Satu sisi aku selalu ingin melihat sahabat-sahabatku tersenyum bahagia tanpa harus terbebani atas perasaan kemelutku. Dan di sisi lain ada getaran gundah yang segera ingin aku hilangkan, ketika mendengarkan pengakuan Amuri yang baru saja bercerita tentang lamaran kecil Zie di pantai itu. Aku tersenyum saat mengingat itu, di iringi perihnya hati yang sulit aku ungkapkan.

Tiba-tiba Anggara berinisiatif datang menghiburku. Entah ia tahu dari mana aku ada dalam keramaian menyendiri di pusat taman itu.

“Rin, kok kamu nggak sms aku kalau mau ke tempat ini? Aku kan bisa jemput kamu.” Katanya, aku menangkap raut cemas di wajahnya.

“Cuma lagi ingin menikmati kesendirian saja. Kok kamu tahu aku ada di sini?” jawabku seadanya.

“Rin, aku tahu kamu sedang sedih. Makanya aku mencarimu sampai kesini. Harus dengan cara apalagi harus aku utarakan kalau aku sayang dan peduli sama kamu?” katanya tulus.

“Aku nggak apa-apa kok. Iyah aku tahu kamu peduli tanpa kamu utarakan juga. Sungguh aku tahu itu. Tapi sekali lagi maaf, aku masih butuh waktu untuk sendiri. Masih harus menata perasaanku ini. Maaf kalau lagi-lagi mengecewakanmu Anggara. Sudah yah aku mau pulang dan terima kasih sudah jauh-jauh kesini.” Lanjutku sambil bergegas pulang.

“Aku nggak mau kamu masuk ke hati yang masih mencari jati diri Anggara, kamu cowo baik, cukup kamu kecewa tapi tidak untuk kubuat terluka. Suatu saat jika kamu memang harus masuk, masuklah saat hatiku sudah membaik.” Lanjutku dalam hati.

“Aku antar pulang ya? Tapi tunggu sebentar aku ambil motor dulu di parkiran ya Rin. Please.. sebentar kok.” Bujuknya.

“Nggak usah, aku bisa pulang sendiri kok. Terima kasih.” Aku mempercepat langkahku mencari kendaraan umum. Anggara tampak kecewa, tapi ia tetap bergegas mengambil motornya untuk menyusulku.

Sampai akhirnya kejadian yang aku sesali itu terjadi begitu cepat. Ketika aku menoleh untuk memastikan ia tidak akan menyusul, yang aku dapati hanya sebuah motor yang rusak parah tertabrak sebuah bus besar yang baru melaju kencang. Sedangkan sosok Anggara terpental jauh tak sadarkan diri dengan luka-luka di sekujur tubuhnya.

Seketika aku lemas, seberapa menit sebelumnya Anggara masih berusaha menghiburku, tapi karena keegoisanku semua begitu cepat berubah.

“Hei, bagaimana pasiennya mau cepat sembuh, kalau yang jenguknya saja melamun terus hoho..” suara itu datang memecahkan rasa sesalku. Ya Zie menyusulku tanpa Amuri. Mungkin karena membaca status facebookku yang pagi tadi tertulis hendak kerumah sakit untuk menebus kesalahan.

“Kok tiba-tiba di sini? Amuri mana? Nggak di ajak?” aku menodong dia dengan beruntun tanda tanya.

“Anggara gimana keadaanya? Sudah siuman?” Zie membiarkan pertanyaanku tak berjodoh dengan jawabannya. Aku hanya menggeleng pelan, menunduk dan lagi-lagi menahan air mata yang segera ingin tumpah.

“Aku bersalah Zie. Aku bodooooooh." Sambil menitikan air mata dan langsung bersandar dipelukan Zie.

“Airiiin, sudaah. Kamu nggak salah. Semua ini sudah suratan takdir. Anggara sahabatku, dan aku tahu ia juga tidak ingin melihat kamu terus-terusan menyalahkan dirimu sendiri.” Zie mencoba menghiburku. Tampak kesedihan di matanya yang ia coba sembunyikan.

“Tapi semua...”

“Shuuuuut! Lebih baik sekarang kita berdoa untuk kebaikan Anggara ya.” Potongnya.

Tampak Zie mulai khusu mengucapkan doa. Aku perhatikan kakak Anggara sudah mulai ketiduran di samping tubuh Anggara yang sekujur tubuhnya tertutup perban.  Ia masih sangat terpukul atas apa yang menimpa adik semata wayangnya itu.

Aku hanya menghela napas panjang menggerutui kebodohan yang sudah aku buat.

“Maafkan aku Anggara, kini jelas kamu tidak hanya kecewa. Tapi kamu sudah kubuat terluka. Bodohnya tak hanya kamu tapi juga dia kakak yang menyayangimu.” Sungguh aku menyesal.

69 komentar:

  1. Siapa yang lagi di hospital, Zay? Moga pertamax, eh, moga cepet sembuh ya... ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. jiahaha amin dah doa lo pan mujarab ya bang =D

      Hapus
    2. AAAMIIIN,,,
      numpang di pertamaxx,, heheee

      Hapus
  2. kayak biasa, bagus zay cara lo gambarin situasinya, bikin pembaca berimajinasi..
    tapi gue kagak ngerti tokoh"nya banyak juga ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. cuma 3 orang sama 1 peran pembantu. oke makasih masukannya..

      Hapus
    2. oh gitu ya zay ..
      tapi kayaknya banyak bener dah gue ngerasanya ..
      1. tokoh aku .. (Rin)
      2. Anggara Nezi
      3. Zie
      4. Amuri
      5. Kakak anggara

      saran aja, penggambaran tokohnya lebih jelas lagi (mata lo aja yang burem sra ! !) :P :P
      peace mamen, berhubung lo berbakat jadi gue kasih saran zay.. hihihihi

      Hapus
    3. kalo menurut ku, penggambaran tokohnya cukup jelas kok sra...

      Hapus
  3. "Aku bersalah Zie, aku bodoohhh.. hikz,hikzz.."
    sekedar saran bang bagusnya kata hikz dihilangkan lalu bang edit diganti: "Aku bersalah Zie, aku bodoohhh.." sambil menitikan air mata dan langsung bersandar dipelukan Zie.

    yg laennya da OK :)
    mari kita lanjutkan project barokah kita ini Airin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju, aku juga kurang suka dengan kata hikhik, menurutku hikhik itu malah terkesan untuk lucu2an, jadi ilang deh kesan dalemnya :)

      Hapus
    2. hikhik
      *tukang ikut-ikutan

      Hapus
    3. ikut setuju ah,,, hehehehee

      Hapus
  4. Sudah Airin, jangan merasa bersalah begitu. Bener kata Zie, semua udah suratan takdir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya tuh Wur bantu nasihatin dong =)

      Hapus
    2. Lhah uzay, kok malah gantian kamu yang hiatus? :D

      Hapus
    3. nggak kok Wur.. kamu tuh yang masih ilang -_-

      Hapus
  5. gue jadi kasian ame Anggara, cepet sembuh ya Angga =.=

    BalasHapus
  6. puk-puk Airin... *ikut bersandar sama Zie* #eh
    kok yang ini tokohnya banyak banget bang???apa cuma perasaan ika aja???

    BalasHapus
    Balasan
    1. tokohnya ada tiga, dan satu peran pembantu baca dari awal dong nanti juga tau..

      Hapus
  7. Demi persahabatan, terkadang kita juga harus menahan pedihnya hati dikala ada suatu cinta dalam persahabatan. Cinta dalam tanda kutip tentunya.

    BalasHapus
  8. haaahhh masih ada sambungannyaaaa???? menurutku stop aja disini dan lanjutinnya di novel antologi kalian :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih panjang ka. panjaaaaaaaang hoho... sip saran sudah di bicarakan tadi siang tunggu sampai dua kali posting lagi.

      Hapus
  9. cerita ini ada di buku yang ditawarkan itu nggak, Bang Uzay?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga bang ini project bertiga sama temen blogger. jadi ngga ada di kertas kusam..

      Hapus
  10. *mewek lagi*

    *masih belom bisa nulis fiksi*

    T_T

    BalasHapus
  11. jujur saja saya tidak habis membaca tulisan fiksi ini,, karena saya suka bosan dengan membaca tulisan yang panjang2.. tapi setelah saya membaca sedikit dari bagian cerita di atas cukup bagus.. bagi saya yg ga bisa nulis fiksi.. lanjutkan sob.. sukses selalu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya gpp udah mampir aja terima kasih..

      siiip terus berkarya juga =)

      Hapus
  12. Kyaaaa.. baru mampir lagi ke blog bang ujay, berubah ternyata.. keren Bang, lebih simple :)

    ini bersambung ya?? ntar mau langsung baca dari buku karangan bang ujay aja :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya sombong sekali kau ngga kesini sini -_-
      Kayaknya bukunya masih lama tam -_-

      Hapus
  13. tunggu kira2 tanggal 27 atau 28 saya akan membahas rombongan tulisan berantai anda.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. jeng-jeng jeng ada apakah gerangaaaaaaaan ?? Eaaaaaa kepoo..

      Hapus
  14. Apa ya ... gue ga dapet konfliknya! :D Eh coba itu dibikin mati kayaknya seru, hik hik

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf di kalau kurang memuaskan =D

      Hapus
    2. Yah, gue nyesel komenin lo kayak gitu, Zay! Fuaaah!

      Hapus
    3. haha santai mas bro.. ini kan project bertiga jadi konfliknya nanti di selipin sambil berjalan deh..

      Hapus
  15. jadi Airin kenapa berasa selalu dalam masalah gini bang?
    << jadi ikutan galau #nah Lo..

    Iya Airin gak salah sama sekali, karena hati tak pernah bisa dibohongi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa memang selalu dapet tekanan Airin itu..

      Beuh dari hati banget itu #eh..

      Hapus
  16. Jadi amuri sudah dilamar zie neh ceritanya sob ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah cuma lamaran kecil di cerita sebelumnya..

      Hapus
  17. uzay pandai bercerita..rapi lagi
    salut..

    BalasHapus
  18. Gak perlu ngerasa bersalah. Gak perlu ngerasa bodoh. Emang udah takdirnya kecelakaan. :D

    BalasHapus
  19. keren sumpah bang uzay kalo bikin yang beginian ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih Zal? Alhamdulillah kalau gitu hehe.

      Hapus
  20. wahhh manteb nih sobat :)) hehehe

    BalasHapus
  21. manteb cerpennya... ijin bookmark Gan... :D
    Hadir perdana di bLog Sobat... share : MP3 Inspiratif Bag. XIII, reviewnya dinanti Sob, :) Thanks... Salam bLogger,

    BalasHapus
  22. keren ni sobat Uzay, kapan ya saya bisa nyusul seperti sobat juga,,
    keren jujur saya iri ingin juga menulis yang seperti ini,,
    keren,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kapan saja bisa nyusul kok, di coba deh.. sama-sama belajar..

      Hapus
  23. Hehe lama nih tak berkunjung ke tulisan-tulisan cantikmu, Zay! Tambah apik aja tulisannya :-)

    BalasHapus
  24. nyimak aja sob ,, bacanya sambil ngantuks ...

    BalasHapus
  25. Mampir lagi sob. Sambil liat euro.

    BalasHapus
  26. Sudah banyak masukan dari teman2 diatas. Saya hanya perlu mengatakan bahwa ceritanya menarik. Mudah2an terus konsisten berkarya om, dan semakin baik. Ditunggu yang selanjutnya :)

    BalasHapus
  27. saluut banget, bisa nulis fiksi secara berantai..kalau saya ma bisa kebulet duluan tuh..secara nulis cerpen saja sering stag di tengah cerita lho..#ajarin dunk!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah ka Riri suka merendah, udah banyak antologinya juga =)

      Hapus
  28. andai anggara itu ada, mau di doain supaya cepat sembuh..haha

    Ditunggu kunjungannya di lapak ane

    BalasHapus
  29. Kaya udah siap nih dijadiin film cerita'a di FTV di SCTV atau RCTI,hehee

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)