Juni 28, 2012

Sisi (Ruang) Ketiga


Suara tetesan air terdengar jelas. Tiap lontarannya, bulir per bulir serasa berirama damai, tenang dan jernih. Gelombang yang di hasilkan dari tetesan yang jatuh ke genangan air yang lebih luas seolah memiliki magic bagi siapa saja yang memandangnya, atau sekedar mendengarnya. Clak.. clak... bunyi percikan dari sudut lain tempat Ichi berdiri menyepi. Sebuah tepi sungai, tempat favorit untuk sekedar bercengkrama dengan angin dan pemandangan alam lainnya.

Matanya masih terasa panas, efek semalam terjaga. Ketika hati dan pikirannya terkontaminasi bayang-bayang dua sisi yang bersebrangan. Satu sisi ia tak ingin kehilangan simpul senyum dari sosok yang mulai singgah di hatinya. Sosok yang hangat, menawarkan canda mesra, gelak tawa, sampai kadang menghadirkan setitik kerinduan ketika sisi itu mulai menghilang, meski hanya sesaat. Bayangan yang menghadirkan sisi semu, tapi terasa kehadirannya begitu dekat, meski dibatasi berlapis-lapis dinding maya, yang hanya akan terbuka oleh rasa nyaman, atau sekedar sapaan sederhana.

Tapi di sisi lain Ichi sadar, masih ada bayangan yang lebih terlihat setia menyelami hari-harinya. Satu sisi yang tak hanya menawarkan ruang semu, ia lebih nyata. Tapi terkadang kehadirannya terhalang oleh rasa hampa yang sulit untuk di definisikan, sisi itu kadang timbul kadang tenggelam, tak pernah konstan berdiri di satu titik. Selalu berlari-lari tanpa harus peduli kapan ia akan kembali. Beranjak menjauh, tak peduli seberapa besar ia di nanti.

Ichi menyepi dalam renungan, tersadar dirinya tidak boleh egois ingin selalu memiliki kedua bayangan itu. Apalagi keduanya sudah berperan untuk melengkapi keseharian. Tapi hati harus tetap memilih bukan? Dan kini ia di hadapi oleh pilihan yang sulit. Yang mungkin ada hati yang akan tergores luka jika ia putuskan. Lebih dari kata kehilangan, tapi luka dalam.

Semilir angin menerbangkan sebagian helaian rambutnya yang tergerai rapi. Tatapannya masih terpaku, melihat air jernih yang belum ternoda oleh tangan-tangan kotor manusia. Berharap air itu memberi sedikit ketenangan dan gambaran jawaban yang masih menggantung di hati. Ichi memperhatikan refleksi wajahnya yang kusut, tergambar jelas di layar bening air luas itu.

Byaaaaar... tiba-tiba sebongkah kerikil cukup besar mengusik lamunannya. Wajahnya seketika menoleh, sorot mata protes, Ichi tak terima air yang tenang itu di buyarkan begitu saja.

“Sudah aku duga kamu pasti di sini jelek..” Suara Kimi memecahkan sayup-sayup kesendirian. “Masih soal semalam?” lanjutnya menebak. Ya sahabatnya satu ini, semalam mengutarakan dilema besar, lalu di tutup dengan air mengalir dari pelipis matanya.

“Iyah, hmmm.. dan aku masih belum bisa memutuskan.” Lalu kembali merunduk lesu.

“Senja memang menawan, tapi tidak setiap sore ia tunjukan kecantikannya bukan? Terkadang senja itu di iris gerimis, sehingga tidak nampak warna jingga kemerah-merahannya. Rembulan juga mempesona, tapi tidak setiap malam ia menampakan kehangatannya. Terkadang ia harus tertutup awan tebal dan bersembunyi di belakangnya. Coba kamu posisikan keduanya (senja dan rembulan) dengan Kedua sisi bayanganmu itu. Yang kamu bilang, satu nyata berada tak jauh dari sini. Dan satunya dibatasi dunia maya yang kamu tidak pernah tahu persis seberapa jauh dinding pemisahnya.  Kamu hanya berdalih, meski jauh ia nyaris selalu ada, dan semudah itulah rasa nyaman itu menggoda.” Kimi memberi solusi.

“Sulit Kimi hmmm.. keduanya aku butuhkan dan memiliki perannya masing-masing. Seandainya saja ada sisi lain yang menyatukan keduanya aku pasti akan pilih sisi itu. Sungguh aku terlalu takut menyudahi, terlebih menyakiti.”

“Ingatlah! selalu ada fajar yang setia menyambut pagimu. Yang kadang sering kamu tidak perhitungkan.” Kimi tersenyum “Dan fajar itu adalah aku, sahabatmu! yang selalu berusaha melengkapi senja, rembulan dan fajarmu. Menjadi satu kesatuan yang utuh.” Lanjut Kimi dalam hati.
***
“Sungguh aku bingung Kimi, Abi cemburu karena kedekatanku dengan Firas. Padahal dia tahu, aku dengan Firas hanya sebatas sahabat lama yang bertemu lagi di dunia maya. Cuma sekedar untuk teman sharing, dan aku sudah nyaman bercerita dengannya.” Ichi menceritakan kegundahan hatinya.

“Terus masalahnya sekarang?” Kimi menanggapi.

“Abi memintaku untuk memilih. Dia atau Firas! Hmmm.. padahal aku dengan Firas hanya berteman. Dia nggak ngerti itu.” Ichi dilema. “Dan tak mungkin aku memilih salah satu diantara mereka.” Lanjutnya.

“Ambil pilihan yang menurutmu cukup bijaklah. Kamu pasti bisa itu.” Hibur Kimi.

“.......”

40 komentar:

  1. Bang Uzay paling bisa buat cerita kyag bgni .. Mantap dah bang ceritanya :) :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau kamu suka ;) makacii ^^

      Hapus
    2. Okke deh bang sama sama. :D

      Ceritanya puitis abis :)
      Hanyut hanyut *tolong :D :P

      Hapus
    3. hehe jangan hanyut dooong :d

      Hapus
  2. Bagus, Zay. Puitis, sesuai gaya lo. Kalo gue boleh ngomentarin, bagian ucapan ucapan tokohnya gak perlu di puitisin. Bikin aja obrolan layaknya kita di kehidupan sehari hari. Biar lebih terasa gimanaa gitu pas dibaca. Tapi kalo malah ngeberatin elo dalam menulis ya mendingan ga usah diubah. Tetep kayak gini pun udah bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe lagi belajar bikin yang sepenuhnya diksi di, thanks apresiasinya. jadi kali ini ngga ada kritik? ayolah bro kritik lagi =D

      Hapus
  3. wah templetenya gnti lg #OOT

    BalasHapus
  4. cerita fiksi yang menarik,PUITIS euy! :D

    salam persahabatan (:

    BalasHapus
  5. hmm triangle love again?? syahdu sekali kata-katanya kimi

    BalasHapus
  6. weiszz, ntar malem takbaca deh, lagi diluar ni soalnya. cuma kayaknya sepintas ada yang gamang di hati Kimi ya... Nice!

    BalasHapus
  7. selalu bikin pembacanya jadi hanyut... gaya tulisanmu mantap :)

    BalasHapus
  8. ceritanya pilih salah satu nich...wah ikut terbawa arus cerita jd melow

    BalasHapus
  9. pilihan??
    hahaha kenapa dari tadi saya selalu ketemu dengan kata pilihan??
    (masih nyindir kata2nya) :D

    Oia.. da lama ngk kesini, mau baca beberapa posting yg da terlewatkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe lagi berada diantara pilihan kali niz, Eh..

      Hapus
  10. Pilih dua-duanya saja, kan enak punya dua fajar. Pasti hidup lebih terasa terang benderang.

    BalasHapus
  11. Kayak nggak nyambung. Apa tulisan Sobat Uzay ini ada versi sebelumnya?

    Maaf sob, jarang kesini. Maaf

    BalasHapus
  12. ini bersambung nggak bang???
    terus jadinya si ichi ambil keputusan gimana???

    BalasHapus
    Balasan
    1. ngga ah skak sampe sini aja, ntar beneran jadi sinetron bahaya..

      Hapus
  13. Saya suka dengan paragraf "Senja memang menawan....." serasa solusi ini ditujukan pula kepada saya. :)

    BalasHapus
  14. Senja akan tetap menawan walau tertutup awan.

    BalasHapus
  15. klo bisa dua, kenap harus satu.. hehehe, ngajarin ga bener nie aku. tapi itu pilihan loh ya, menarik gan ceritanya. penuh makna tersirat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe jangan bandel bang tentuin pilihan sekarang =)

      Hapus
  16. kok tidak lanjut lagi yang apa tuh nama orang yang saya bilang bakal jadi pemain utama dalam cerbungnya itu.. aduhh

    BalasHapus
  17. ehm.. kalau tidak bisa memilih yaaa pilihlah tidak ada :D
    *fufufufu~

    BalasHapus
  18. Sahabat yang diam-diam mencintai.
    Dalem bang..
    selalu suka sama tulisan bang UZAY..

    *nulisnya pake Z* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. asyiiiik pertahankan di huruf Z nya yak? haha

      Hapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)