Maret 06, 2013

Apa Nanti Akan Sama?

Hai
Sedang apa? 


Lima belas menit sebuah chat dibiarkan berkedip-kedip tanpa dibukanya. Tatapan matanya kosong. Tidak seperti biasanya ia bersikap demikian. Padahal, hampir setiap malam ia menantikan sapaan seseorang dari seberang sana, pulau yang tidak pernah ia jelajahi. Seseorang yang tidak pernah ia temui. Bahkan di peta pun letak keberadaan tempat tinggal sahabatnya itu tidak terdefinisi. Hanya sebatas kenal di dinding maya.

Genap tujuh tahun sudah mereka saling bertukar cerita, menjabarkan dengan riang setiap inci perjalanan keseharian. Tentang kegiatan masing-masing. Tentang semua rasa yang sedang hinggap di tepian hati. Baik itu yang membuat mata memanas menahan kesal, muka memerah menahan malu, atau wajah murung disapa duka. Dan akan terukir senyum ketika semua itu menguap terbawa cerita.

Sosok itu bernama Wafi, seseorang yang tidak pernah Zavira temui. Seseorang yang selalu ada mengisi hari. Di balik dinding maya.

Zavira?
Haloo
Apa udah tepar ya?
Tumben.
Ya sudah selamat istirahat kalau gitu.


Setetes air mata membasahi keyboard, Zavira mengusap sisa air mata yang menggantung di pelupuknya. 

"Apa ketika kebahagiaanmu genap besok, malam-malam berikutnya kamu masih menyapaku Waf? Masih berbagi cerita denganku seperti biasa? Kemarin aku sangat bahagia mendengar perjuanganmu akhirnya berbuah manis, dan akan segera mempersunting pilihan hatimu itu. Seseorang yang setiap malamnya kamu ceritakan, yang setiap harinya membuat kamu tersenyum senang, dan membagi semua kebahagian itu denganku. Seseorang yang beruntung, meski aku nggak pernah benar-benar mengenalnya dalam bentuk nyata."

"Tapi... kenapa malam ini rasanya dadaku sesak sekali? Seakan aku akan digentayangi oleh rasa kehilangan. Kehilangan sosokmu, canda tawamu, senda guraumu, cerita-ceritamu. Sungguh aku tak kuasa membayangi semua yang pasti terjadi itu (nanti). Apa memang ini waktunya kehilangan kamu Waf, sahabat baikku. Sahabat yang setia mendengar keluh kesahku, menasehatiku, menemaniku ketika malam, meski hanya sebatas bertatap di dinding maya." Zavira menghela napas panjang, membasahi bantalnya dengan air mata. 

*Kadang hati dihantui oleh ilusi-ilusi kehilangan, meski yang ditakuti belum nyata ada. Hanya memikirkan satu hal, apa nanti akan sama?  

8 komentar:

  1. ilusi kehilangan menjadi universal, saat semua orang menyadari bahwa dirinya memerlukan teman, memerlukan tempat berbagi perhatian. menurut saya, ini normal sebenarnya. tinggal bagaimana kita mengendalikan liarnya rasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah kereeen bang ulasannya :) Tapi kadang rasa sudah menundukkan hati lebih dulu sebelum sempat dikendalikan, apalagi kalau lagi sama si pikiran buruk.

      Hapus
  2. Hmm, ak jg prnah merasakan takut kehilangan seperti zavira.
    Tapi smakin besar rasa takut itu, justru smakin besar pula peluang kita akn kehilang..
    Jadi, brpikirlah yg baik2 saja. Mskipun yg dipikirkan blm tentu trjadi, tp kemungkinan itu tetap ada :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepat sekali, ketakutan-ketakutan sendiri itulah yang membuat semua semakin nyata, walaupun sebenarnya nggak pernah ada.

      Hapus
  3. qu juga pernah tapi pada akhirnya positive thinking aja... karena hal tersebut belum terjadi. daripada mikirin hal yang belum tentu terjadi lebih baik pikirin apa yang bisa dilakukan sekarang ^^,

    kucingnya genit suka ngikutin kursor ^0^ heheheeee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu satu positip yang baik, jangan sampai kalah jangan sampai kalah :D

      Hapus
  4. kasian si Japira, jangan-jangan dia sebenernya ngarep ya sama si Wapi?
    etapi, harusnya kan dia jangan mikir yang jelek-jelek dulu tentang sikap Wapi kedepannya<== protes, kayak emak emak nonton sinetron :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Protesnya kaya pengalaman pribadi nih hahaha

      Hapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)