Maret 22, 2013

Peranku untuk keluarga kecil di rumah

Hembusan angin segar menyeruak dari sela kaca jendela dan pintu, menggigilkan ragaku yang tak bermantel. Cukup lumayan untuk mengusir kantuk yang bergelantungan di kelopak mata. Dari balik setir ini aku mengontrol laju kendaraan, teman... lebih tepatnya rumah keduaku ketika di jalan. Di jok yang sudah tak lembut permukaannya ini aku bertahan sepanjang hari. Menahan terik panas yang memantul dari kaca depan. Dari macetnya jalanan ibu kota. Tapi kali ini benar-benar masih dini, jalanan masih tampak lenggang, meskipun ada beberapa titik sudah mulai merapat. 

Belum begitu banyak penumpang, masih terlalu dini untuk mereka berkeliaran, bercengkrama dengan dinginnya kota. Baru dua orang yang aku bawa untuk aku antarkan ke tujuannya, satu di antaranya sedang tersunut-sunut menahan kantuk, aku asumsikan ia baru saja pulang kerja, mungkin melembur, terlihat dari pakaiannya yang sudah tidak rapi, rambut berantakan dan peluh seumur jagung masih menetes di pelipisnya, meskipun aku sendiri merasakan dingin yang teramat. Satunya lagi tampak lebih segar, berkebalikan dengan yang pertama, aku terka ia akan pergi kerja jika melihat pakaian yang ia kenakan cukup rapi dengan rambut yang baru selesai di sisir. Sangat kontras pemandangan yang ku lihat, hanya satu yang sama dari keduanya, sama-sama berjuang untuk keluarganya di rumah. Aku yakin itu.

Lima meter perjalanan berlalu, satu di antaranya turun, membayarkan satu lembar uang dua ribuan, sebagai rezeki pertamaku pagi ini. Tidak berselang waktu, satu ibu sedang menenteng beberapa ikat kangkung, dan memanggul karung kecil men-stop mobilku, sudah di pastikan ia dari pasar. Lalu di susul oleh dua anak berseragam sekolah, mengingat fajar sudah mau usai. Ya... hampir tiap hari aku dapati mereka... para penumpangku, dengan karakter dan tujuan berbeda aku antarkan satu persatu sampai tujuannya, dari fajar sampai pekat malam aku tekuni sebagai ibadah dan kebutuhan.

Untuk itu aku harus selalu bangun lebih awal agar saat mereka butuh tumpangan aku sudah ada, jauh lebih awal ku jemput rezekiku yang di titipkan melalui mereka. Salah satu yang bisa aku ambil pelajaran untuk hidup, bahwa semua ini datang dan pergi, naik turun menemui tujuan masing-masing, sama-sama berjuang untuk diri dan keluarga mereka. Meskipun tanpa ada yang mau singgah lebih lama untuk sekedar menggantikan posisiku, di balik setir ini. Setidaknya aku nikmati perananku ini. Seperti mereka, karena aku juga punya tujuan, keluarga kecilku di rumah.

 Perananku tak seberapa dibadingkan melihat senyuman bahagia mereka di rumah.
 

72 komentar:

  1. bang, ini critanya tentang kang angkot ya bang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tepat sekali, tahun lalu juga di ketiknya waktu di angkot antar bapak berobat sebelum subuh (ramadhan)

      Hapus
    2. Wah bisa ya ketik sambil berkendaraan. Saya punya teman yang bisa mengetik di atas pesawat. Apa nda konsentrasinya terganggu. Saya aja jarang kontek atau nulis SMS sambil berkendaraan. Beda kalau saya sebagai penumpangnya mungkin bisa SMS atau menulis.

      Hapus
    3. lho? saya mah cuma jadi penumpang kang asep. Sopirnya mah tetep nyopir..

      Hapus
    4. haha... kang asep ling-lung...

      Hapus
    5. saya mesti pusing kalo ngetik sambil jalan.. jadi harus bekal permen biar berkurang pusingnya.

      Hapus
    6. Kalau sekedar ngetik di hape sih nggak pusing mbak din, kecuali baca buku nggak akan kuat lama.

      Hapus
    7. iya bang, ngetiknya sebentar2 aja.. kalo klamaan liat layar, hoeek langsung muntah bang *lalu curhat*

      Hapus
    8. Kepalanya kayak muter muter ya apalagi kalau jalanannya jelek.

      Hapus
  2. Alur ceritanya bagus banget Pak. Sepertinya sosok di atas sopit angkot atawa Bus Kota. bener ndak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe saya belum punya anak mbak, apalagi menikah :D

      Di angkot, bener.

      Hapus
    2. kang uzay...bujangan rupanya?...nambah lagi satu pesaing berat di kpk deh nih....huh

      Hapus
    3. @uswah : Hiehiehiehieee JOMBLO akut? Bwaaaaakakakaka. Sorry mangap eh maaf. Saya cuma geli aja baca komennya @uswah hiheieiehihee. Soale saya juga dulu Jomblowan di komunitas JOJOBA alias Jomblo Jomblo Bahagia. Sekarang sudah alumni tentunya.

      @Cilembu Thea : Semakin banyak saja nih "dedemit" KPK yang berstatus JOMBLO hmm ini peluang juga buat para "senior" untuk mempertemukan sesama jomblo followers. Eala nanti lama lama KPK malah jadi komunitas BIRO JODOH.

      Hapus
    4. Mbak Indah P.
      Indah Panggilpakkebanguzay

      Hapus
    5. *hadooooooh*
      hahahaha asyik asyik aja lah ya...

      Hapus
    6. asik tuh,,, setelah bikin rek amal, selanjutnya bikn birjod, sapa mo daftr p'tama... ???
      #yg pst bukn bang zach atau kang asep, apalgi mamang cilembu.... :)

      Hapus
    7. @Sun : hiheiheiheie tepat sekali. Exactly. Kita kita mah sudah "veteran JOmblo" hiehiheiee. Bener apa Bener?

      Hapus
    8. Aduh kang asep istilahnya keren sekali ada jojoba ada veteran jomblo juga toh.
      Mbak sun jadi bagian apanya nih? tukang catet umur kali ya :D

      Hapus
    9. saya haha...

      masa saya harus panggil nek dini mbak?

      Hapus
  3. Perjalanan mencari rezeki dan ibadah demi menafkahi keluarga. Satu tujuan demi kesejahteraan dan kemapanan finansial.

    BalasHapus
  4. bang.. mbaca tulisanmu ini aku jadi mbrebes mili (baca: hujan rintik di sudut mata), kenapa? karena bapakku dulu juga sopir angkot, kebayang saat kami kecil dulu, pas hidup masih seadanya, pagi bapak harus nyupir, sorenya njahit, semua itu beliau lakukan demi agar kami ke-3 putra putrinya bisa bertahan hidup.. Bapakku luar biasa, sopir bagi penumpang, tapi sopir akhiratku menuju surga kelak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini yang lebih mengharukan dari sekedar cerita fiksi, cerita cerita nyata di kehidupan sehari-hari dari orang orang terdekat kita.

      Hapus
    2. Kalau saya juga ikut hanyut sehanyut hanyutnya. Tau ID Twitter saya? ID twitter saya @cepot , nah itu nama kesayangan pemberian dari kakek saya yang berprofesi sebagai penarik Becak.

      Jadi sama sama mencari nafkah untuk keluarganya, dan saya sebagai cucunya sering mendapat uang seratus rupiah waktu saya masi SD. Jumlah yang sangat besar di jaman saya SD. Dengan 100 rupiah saya bisa beli makanan. Sekarang kakek saya sudh meninggal dunia.

      Membaca tulisan ini, profesi penarik angkot, membuat saya terharu. Saya jadi ingat kakek. DUlu Kakek penarik Becak, substansinya sama. Sama sama mengangkut penumpang ke tujuannya masing masing. Kakek. AKu rindu padamu :(

      Hapus
    3. Kang asep ini kisahnya keren keren yo.
      Dan di kelilingi orang orang keren juga.

      Hapus
    4. Alhamdulillah. Segala puji hanya milik ALLAH SWT.
      Terima Kasih

      Hapus
    5. saya baru tau dari sini kalo kakeknya kang asep penarik becak.. luar biasa..

      Hapus
  5. singkat tapi sudah mewakili semua, angan langsung menuju pada sebuah tujuan mulia dari seorang yang mengais rejeki sebagai bentuk tanggung jawab keluarga

    BalasHapus
  6. Salut Mas,disaat orang lagi asyik tidur maka kita harus bangun pagi dari awal untuk mendapatkan rezeki yang lebih demi mencukupi kebutuhan orang-orang dirumah.Luar biasa Mas tanggung jawabnya.Ini perlu kita teladani.Trims udah berbagi kisahnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. luar biasa memang. terutama setelah dibuat tulisan begini, kita jadi makin berapresiasi

      Hapus
    2. Yohaaaa mari bapak-bapak yang menjadi tulang punggung keluarga biar tambah semangat yaa...

      Hapus
    3. Rasanya tidak adil juga bagi pasangan kita ya. Para istri sekarang semakin diakui eksistensinya, dan sudah tidak lagi peran Domestik (mengurus anak). Ibu ibu sekarang giat membantu suaminya mencari nafkah. Saya dan istri sama sama jadi lokomotif. Bedanya saya Pegawai Swasta, dan Istri Pegawai Negersi. Swasta VS Negeri = untuk keluarga. Hihehieheheiee

      Hapus
    4. Kolaborasi yang klop itu kang asep saling bantu membantu, bahu membahu dalam berumah tangga ya.

      Hapus
    5. kayak saya sama bang aci, gitu ya? :">

      Hapus
    6. Cieeeeeeeeeee uhuk uhuk, romantisnya yaaa

      Hapus
  7. terharu bacanya bang. yang penting, terus semangat aja. jgan patah smangat...

    BalasHapus
  8. Indah sekali tulisan ini. Saya menyimak dengan tenang penggalan paragraf demi paragraf di sini. Luar biasa karean dari tiap penumpang yang menggunakan jasa kita, ternyata beragam profesi dan tujuan masing masing. Entah itu untuk tujuan mengais mencari rezeki dari ALLAH SWT atau berjuang melalui pendidikan seperti mengangkut anak sekolah.

    Secara tidak langsung abang @uzayzie sudah mengumpulkan pundi pundi amal dan ibadahnya dan Insya Allah akan mengundang Pahala dan kebajikan. Mengantar orang bekerja dan mencari nafkah adalah ibadah. Saya menarik pelajaran dari tulisan ini bang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena Kang, bukan karean! huhh

      Hapus
    2. Hihi kang asep terlalu bersemangat bang zach. Selalu semangat ini beliau kalau memberi sambutan.

      Hapus
    3. Herman eh salah Heran. Hampir setiap komen yang saya buat selalu saja ada terselip salah ketik, salah huruf, kurang satu huruf, dan bahkan terbalik balik. HIheiheee ih jadi malu. Kalau sudah malu rasanya mau segera mlorotin Celana aja

      Hapus
    4. jgn prnh bikin kang asep malu, bisa gaswat..
      #catet

      Hapus
    5. Nah kan melorotin celana di sini jadinya haha...

      Hapus
    6. pak zach ini lama2 jadi kayak guru bahasa indonesia aja, tiap typo dimarahin ckckck.. gak boleh gitu pak.

      Hapus
    7. hahaha kang asep terus yang jadi sasaran bang zach nih.

      Hapus
  9. kata-katanya tu lho Bang Uz, menunjukkan bang Uzay berperasaan halus.
    setiap kata bisa dapet feelnya. itu kelebihan loh Bang Uz.
    cara mendeskripsikan stentang sopir angkot, seolah sopir angkot merangkap pujangga.
    top!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduuuuh semoga nggak berlebihan ya bang menilainya, takut saya.

      Hapus
    2. Kenapa harus takut sama Bang Zachflazz?
      Dia nda gigit kok. Beneran deh.

      Hapus
    3. takut??? tenang,,, ada akiu!!! huek...huek...

      Hapus
    4. oh bang zach udah jinak ya sekarang? Oooooo #kemudianngumpet

      Hapus
  10. salah satu hikmah dari sopir angkot adalah bahwa begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari penumpang yang beraneka ragam yang naik dan turun di angkotnya sepanjang roda angkot menggilas aspal jalanan...dan itu hanyalah contoh kecil dunia yang kita tempati sementara ini ...salam :-)

    BalasHapus
  11. kerja jadi supir angkut? atw bapaknya? ah apapun kerjanya yg terpntng bermanfaat bagi mereka. Kadang kita tidak bisa menawar atau membalikkan kisah silam menjadi benderang layaknya sinetron. Tapi sejatinya mengharu biru kisah ini adalah rasa syukur dan nikmatnya sebuah Kerja keras.
    Real ^_^

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)