Maret 21, 2013

Kenangan yang bersenandung, hati yang bicara

Bagaimana pun kamu mengelak, sekuat apapun melupa. Hati akan selalu pulang. Menyapa kembali masa lalu. Minimal tentang kenangannya. Lebih-lebih sisa harapannya.

Siapa yang menginginkan luka? Tidak ada. Tapi lihatlah seperti apa kerja sebuah luka. Tanpa pinta, tanpa sengaja, tanpa disadari, tanpa rencana. Luka kecil mampu mengiris perih hati seseorang. Tanpa isyarat apa-apa gerimis mengundang airmata. Lalu bagaimana luka yang dibuat sengaja? Aduhai hati pun tidak tega menceritakan rasanya.

Bertahun-tahun belajar mengubur kisah itu, memendam rapat-rapat asa dan rasa dalam album memori hati, sekuat mungkin tidak ingin dibuka kembali. Terkubur rapi dalam jeruji hati, tersimpan rapi di dasar hati. Semakin tertutup, tersamar dengan kisah-kisah baru. Asa baru. Rasa baru. Aduhai, tidak butuh satu menit untuk kembali menyeruak kepermukaan semua memori itu, tumpah meruah kembali diingatan. Padahal hanya dengan sekilas kenangan.

Dua sisi yang sama-sama keras kepala sedang berdebat hebat, bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Tentang satu hal yang kadang berasa sangat berharga, kadang menjemukan bahkan lama-lama sungguh memuakkan. Sebuah pilihan.

Sisi pertama berteriak keras. "Bukankah sebaiknya kau yang mengalah? Untuk apa kau melindunginya? untuk apa kau mati-matian mempertahankannya. Untuk apa hah? Apa yang akan kau dapat? Tidak ada, tidak akan pernah ada."

Sisi yang lainnya lebih lantang berteriak "Aku berhak memilikinya, aku harus menjaganya. Aku membutuhkannya. Kau tidak berhak melarangnya, karena kau tidak mengerti. Jelas-jelas kau tidak pernah mengerti. Tidak akan."

Kedua sisi itu bernama logika dan perasaan. Mereka bertengkar membuat gundah hati. Membuat samar pilihan. Tugasmu sekarang, leraikanlah mereka. Rangkul lah mereka. Dengan sikap tegasmu. Hanya itu, mereka akan berdamai. Kembali berjabat erat. Segan mendengar sikap tegas itu.

Pada akhirnya hanya hati yang bisa lapang dengan penerimaan yang baik. Hanya hati yang mau berdamai dari luka dan kecewa. Hanya hati yang mampu melega dari sesaknya dusta dan harapan semu semata. Bukan logika. Bukan pikiran. Bicaralah dari hati. Dengarkanlah kata hati. Bukan logika. Bukan pikiran. Karena itu yang bisa memaafkan segala kejadian. Karena itu yang melegakan.

 

22 komentar:

  1. yupz...seringkali perasaan dan logika tak sejalan, tak ada yang mau mengalah diantaranya...
    yah...memamg hati yang harus berdamai...

    postingan yang sangat menarik, membuat saya ingin mengulang membacanya kembali....:-)

    BalasHapus
  2. lelaki memakai logika, wanita memakai perasaan, lelaki mampu menghancurkan perasaan wanita dan wanita mampu menghilangkan akal lelaki

    BalasHapus
  3. betewe, lakaran minda artinya apaan ya?

    *bertanya dengan wajah polos

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah pernah di bahas nih coba diubek ubek postingannya hehe

      Hapus
    2. baiklah

      *singsingkan lengan baju

      #siap ngublek

      eh, bikin kopi dulu aaaah..

      Hapus
    3. judulnya apa bang.. sudah ublek2 sampe arsip januari 2012 kok gak ada

      *ngambek

      T.T

      Hapus
    4. http://www.azura-zie.com/2013/02/nyataku-tanyamu-di-balik-lakaran-minda.html

      hihi....

      Hapus
  4. mau baca udah ngantuk abis. besok pagi deh Insya Allah

    BalasHapus
  5. kenangan memang sulit untuk dilupakan #moveON

    BalasHapus
  6. untunglah saya tipikal perempuan sanguinis yg mudaaaah sekali memaafkan *seketika merasa keren*

    BalasHapus
  7. buseeet, ika sering kayak gitu, tapi dikirain itu setan sama malaikat yang kaya ditipi-tipi gitu, ternyata logika sama perasaan yang lagi ribut ya -_-

    BalasHapus

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)