Maret 09, 2016

CATATAN SEJARAH : GERHANA MATAHARI TOTAL

Rabu, 09 Maret 2016 bisa jadi catatan sejarah untuk saya. Dapat mengalami fenomena alam yang sungguh hanya Sang Pemilik Semesta inilah yang mampu membuatnya dengan sedemikian rupa. Gerhana Matahari. Kenapa bersejarah? Karena sepanjang usia ini yang pertama bagi saya. Katanya fenomena serupa pernah ada di tahun 83. Tentu saja saya belum lahir kala itu. Barangkali kedua orang tua saya pun belum menikah waktu itu. Dan belum tentu di kesempatan berikutnya umur ini masih ada.

Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas bagaimana euporia penduduk bumi khususnya Indonesia yang antusias menjadi saksi mata kebesaran Allah. Saya ingin merenungi kegiatan shalat Gerhana Matahari di lingkungan masjid sekitar rumah saja.

Pukul 06.30 kurang lebih sekiar empat puluh orang, perempuan dan laki-laki. Ibu-ibu, bapak-bapak, remaja(i) serta anak-anak berduyun-duyun datang ke masjid. Hendak mengikuti shalat gerhana matahari secara berjamaah.

Dua hal yang membuat saya merasa sedih. Pertama : ternyata sebagai muslim betapa dangkalnya ilmu ibadah kita, untuk praktek shalatnya saja (yang memang jarang dilakukan) beberapa tetua masjid masih perlu berunding ini itu. Memastikan ini itu. Membaca ulang lagi kitab-kitabnya. Tentang langkah-langkah yang seharusnya dilakukan. Jangan tanya jamaah yang lain yang hanya makmum di belakang, sudah jelas lebih tidak mengerti lagi. Yang membuat sedih bukan karena perlu belajar lagi melakukan shalat gerhana matahari yang sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Yang membuat saya sedih, ternyata kita sebagai makhluknya benar-benar tidak pandai menyambut tanda-tanda kebesaran Allah itu, yang kali ini berupa fenomena alam. Ya meskipun jauh lebih baik dibanding segelintir orang yang hanya sibuk mengabadikan keadaan langit sambil sorak sorai gembira. Seakan tidak takut matahari selamanya akan gelap.

Kedua : soal bacaan surat yang perlu dibaca setelah surat Al-fatihah. Sungguh sedih rasanya, lagi-lagi sebagai muslim tidak pandai mengikuti sunnah Rasulullah yang membaca surat-surat panjang saat melakukan shalat gerhana matahari. Kita hanya bisa sebatas surat-surat pendek yang telah dihafal.
Saya jadi membayangkan alangkah bahagianya para sahabat dulu shalat bermakmum di belakang Rasulullah yang membacakan surat Al-Baqarah. Dilanjut dengan surat Ali Imran sampai surat Al-Maidah. Mata ini sampai berkaca-kaca membayangkan hal itu.

Dan sungguh kita semua harus benar-benar memperbaiki kualitas diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)